ZAKY BIOLOGI

Jumat, 17 Desember 2010

Kemampuan Berfikir Kreatif

A. PENDAHULUAN


Kreativitas bukanlah kata-kata mutiara yang eksklusif untuk sesuatu yang asing bagi manusia, kreativitas justru merupakan suatu sisi dari manusia yang menandai “manusianya” seorang manusia. Karena dengan kreativitas inilah maka manusia dapat berada pada kemajuan di berbagai bidang kehidupan seperti sekarang ini.

Hasil penelitian Hans Jellen dan Klaus Urban (Dedi Supriadi,1992:8) yang dilakukan pada tahun 1987 terhadap anak-anak Indonesia yasng berusia 10 tahuan ternyata dibandingkan dengan 8 negara lain, anak Indonesa menampilkan ekspresi kreatif yang paling rendah. (negara-negara sampel adalah : Filipina, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, India, RRC, Kamerun, Zulu, Indonesia) Sudah barang tentu bahwa hasil penelitian ini tidak lantas membuat kita harus berkesimpulan bahwa Bangsa Indonesia memiliki kreativitas rendah, karena seperti yang terungkap dari pendapat Frans Boas(Dedi Supriadi,1992:4)” jika kita mencari orang paling cemerlang, maka orang seperti itu akan ditemukan pada setiap bangsa dan ras di dunia”. Artinya bukan Bangsa Indonesianya yang tidak kreatif melainkan seperti hasil penelitian Utami Munandar(1977), iklim llingkungan di Indonesia baik lingkungan keluarga maupun sekolah kurang menunjang tumbuh dan berkembangnya kemampuan kreatif itu. Arieti (Dedi Supriadi,1992:27) juga menyatakan bahwa: “ creativity does not occur at random, but enhanced by environment factors”.

Seperti yang sering diungkapkan para pakar, setiap orang adalah kreatif walaupun tentu dengan tingkat yang berbeda atau dengan cara pengekspresian yang berbeda. Kalau kemudian kita terbentur pada persoalan bahwa ternyata ekspresi kreatif para siswa kita rata-rata rendah pertanyaan yang muncul adalah mengapa demikian ?. Walaupun mungkin dengan alasan yang berbeda-beda, tampaknya semua orang akan sepakat bahwa kreativitas itu perlu dikembangkan, bukan saja dalam konteks kependidikan, tapi juga dalam bidang kehidupan lainnya.

B. KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF

1. Pengertian Kreativitas.

Kendatipun kita sepakat bahwa kreativitas itu memang perlu dikembangkan, namun kadang-kadang kita memandang istilah kreativitas itu sebagai sesuatu yang berbeda satu sama lain, yang dapat menyebabkan kaburnya makna essensial dari istilah ini.

Pandangan atau pemahaman tentang kreativitas yang berbeda itu menurut Dedi Supriadi (1992:1) disebabkan karena dua hal. Pertama, sebagai suatu “konstruk hipotesis” kreativitas merupakan ranah psikologis yang kompleks dan multi dimensional, yang mengundang banyak penafsiran. kedua, definisi-definisi kreatifitas memberikan penekanan pada sisi yang berbeda-beda, tergantung dasar teoritis yang menjadi acuan pembuat definisi.

Perbedaan pemahaman dalam mengartikan istilah kreatifitas tidak berarti bahwa kita lantas mengambil salah satu istilah dengan menafikan yang lain, tetapi hendaknya semua dipandang sebagai sesuatu yang saling melengkapi sehingga kita boleh berharap dengan melihat berbagai pandangan itu akan tampak kepada kita “kreativitas” sebagai sesuatu yang utuh menyeluruh.

Beberapa definisi kreativitas, antara lain:

1. Torrance (dalam Penick,1988:7) mengemukakan: ” Creativity is a process of becoming sensitive to problems, deficiencies, knoeledge, missing elements, disharmonies, etc.; identifying the difficulties; searching for solution, making guesses, or formulating hypotheses and possibly modifying them and retesting them; finally communicating the results.”

2. Baron (dalam Rotherberg,1987:190) berpendapat bahwa kreatifitas adalah:” The ability to bring something new into existence”

3. Mac Kinnon (dalam Yelon,1977:2332) menyatakan bahwa kreativitas adalah: ... seems to be unique combination of ingredients, a combination which leads to novel approaches to situations, to problrm solving through sustained insight”.

4. Mednick (dalam Picard,1979:15) mengemukakan kreativitas sebagai salah satu ragam berpikir:” creative thinking consist in forming need combination of associative elements, especially mutually remote elements”.

5. Guilford (dalam Dedi Supriadi,1992) bahkan menambahkan bahwa :” ... creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people”.

Jika kita telaah, akan tampak bahwa orang memang bisa memandang kreativitas dari segi yang berbeda, bisadari segi proses, produk atau mungkin pula dari segi orangnya. bahkan Rhodes (dalam Rampengan,1986:24) menyatakan bahwa kreativitas dapat dipandang dari empat sisi komponen kreativitas, yaitu ” person, process, products and press” atau yangterkenal dengan sebutan “ the four P’s of creativity.”

Telaahan lain terhadap berbagai definisi dari kreativitas akan memunculkan apa yang kemudian dikenal sebagai “ Mac Kinnon Tri Partite definition of creativity” sebagai karekteristik dari kreativitas, yaitu: 1. Melibatkan penciptaan sesuatu yang baru atau jarang; 2. Mampu mengidentifikasi arah atau petunjuk ke arah tujuan yang diinginkan, contoh : merancang gedung hingga benar-benar memiliki ruang yang efisien untuk bekerja; 3. selalu berusaha untuk mencapai kesempurnaan atau ketuntasan (Wilson,1974:1930).

Kata “baru” dal;am kaitan dengan kreativitas tidak perlu diartikan sesuaru yang benar-benar baru (sebelumnya belum pernah ada), tetapi dapat saja hasil ciptaannya itu merupakan kombinasi dari apa-apa yang telah ada sebelumnya. Atau mungkin pula sesuatu yang baru itu hanya baru bagi orang tersebut, jadi mungkin saja bagi orang lain bukan hal yang baru (Anderson,1970:90).
Contoh kreativitas dalam arti kombinasi dari apa-apa yang telah ada adalah penciptaan sepatu roda. Sepatu adalah bukan hal yang aneh, roda pun telah dikenal sejak zaman dahulu, tetapi sepatu roda adalah buah kreativitas yang brilian. sedangkan contoh yang baru hanya bagi dirinya , banyak ditemukan dalam kaitan dengan proses belajar mengajar di sekolah. Mungkin bagi guru suatu pemecahan soal tentang nateri pelajaran dalam PBM yang dikelolanya adalah bukan sesuatu yang baru, tetapi bagi muridnya adalah sesuatu yang baru. Ini pun termasuk salah satu bentuk kreativitas.

Selain dari apa yang dikemukakan di atas, definisi kreativitas juga dapat dibedakan menjadi definisi konsensual dan definisi konseptual. Definisi konsensual adalah bahwa sesuatu itu bernilai kreatif jika oleh pengamat yang ahli dalam bidangnya sesuatu itu memang bernilai kreatif. Sedabngkan definisi konseptual diartikan bahwa sesuatu itu bernilai kreatif jika secara konseptual sesuatu itu memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Misalnya : a) Produk itu baru, unik , berguna, benar atau bernilai dilihat dari segi kebutuhan tertentu dan b) Produk itu bersifat heuristik, yaitu menampilkan metode yang masih belum pernah atau jarang dilakukan oleh orang lain sebelumnya (Amabile, dalam Dedi Supriadi,1992:2).

Anderson (1970) memendang kreativitas sebagai suatu proses berpikir. Adapun jenis berpikir yang dapat mencerminkan kreativitas adalah tergolong jenis berpikir divergen (divergent thinking) seperti terungkap dari apa yang dikemukakan Yelon (1977:232) “ An important ingredient in creativity is divergent thinking”.

Selanjutnya Yelon (1977:232) dengan diilhami oleh pendapat Guilford menerangkan bahwa “ divergent thinking is characterized by producing wide variety of alternative solutions, each of which is logically possible”. Utami Munandar (1987:48) merumuskan dalam bahasa yang akrab dengan kita, bahwa “Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban”.

Jenis berpikir yang oleh Guilford dinamai berpikir divergen (divergent thinking) ini tampaknya setali tiga uang dengan jenis berpikir yang oleh De Bono diberi nama “Lateral thinking” (Berpikir Lateral).

berpikir lateral atau berpikir menyamping, diberi nama demikian oleh De Bono untuk mengisyaratkan keragaman kemungkinan jawaban terhadap permasalahan, sebagai kontradiksi dengan penalaran ilmiah yang oleh De Bono disebut sebagai berpikir vertikal.
Adapun ciri-ciri berpikir lateral yang membedakannya dengan berpikir ilmiah, antara lain:
• Berpikir vertikal lebih menekankan pada kebenaran (right), sedangkan lateral menekankan pada kekayaan ragam.

• Dalam berpikir vertikal orang bergerak ke arah yang didefinisikan untuk sampai pada pemecahan masalah, sedangkan lateral bergerak untuk menghasilkan arah.

• Berpikir vertikal bersifat analisis sedangkan lateral bersifat provokatif.

• Dalam berpikir vertikal orang melangkah selangkah demi selangkah secara berurutan, sedangkan lateral dapat membuat lompatan dalam berpikir.

• Dalam berpikir vertikal orang harus benar pada setiap langkah sedangkan dalam lateral tidak perlu.

• Dalam berpikir vertikal orang mengikuti jalan yang paling mungkin sedangkan dalam lateral orang menjajagi jalan yang paling tidak mungkin.

• Dengan berpikir vertikal orang berkonsentrasi dan mengesampingkan apa yang tidak relevan sedang kan dalam lateral orang menyambut baik terobosan yang kebetulan.

• Dengan berpikir vertikal kategori, klasifikasi dan label bersifattetap, sedangkan dalam lateral tidak.

• berpikir vertikal nmerupakan proses terbatas sedangkan lateral merupakan proses yang serba mungkin.

• Berpikir vertikal dan berpikir lateral memang secara fundamental berbeda, hal itu tidak berarti bahwa kita harus memilih salah satu kemudian mengesampingkan yang lain, namun hendaknya dipandang bahwa satu sama lain saling melengkapi. keduanya perlu dilatihkan , agar selain memiliki kemampuan penalaran ilmiah yang baik, kitapun kreatif.

Sebagai kemampuan berpikir , Guilford mengemukakan bahwa kreatifitas ditandai dengan adanya: Kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan elaborasi (elaboration) (Rotherberg,1978:200).

Kelancaran dimaksudkan sebagai kemampuan untuk mengemukakan banyak gagasan pemecahan terhadap suatu masalah; Keluwesan didefinisikan sebagai kemampuan untuk membuat transformasi informasi, menafsirkan ulang (reinterprate), membuat definisi lain (redifine); kealsian diartikan sebagai kemampuan untuk membuat gagasan yang alain dari yang lain (unique); sedangklan elaborasi adalah kemampuan untuk memerinci, mengambangkan gagasan dan membuat implikasi dari informasi-infornasi yang tersedia.

2. Tahap-tahap proses Kreatif.

Wallas mengungkapkan gagasan dalam buku “ The art of Though” bahwa proses pemecahan masalah (berpikir) kreatif melalui empat langkah pokok, yakni: tahap 0persiapan (preparation), tahap inkubasi (incubation), tahap illuminasi (illumination, dan tahap verifikasi (verification). (Gilhooly,1982:129; Rotherberg & Hausman,1978:69-73).

Pada tahap persiapan berjalan proses pengenalan permasalahan, berusaha mengumpulkan informasi-informasi yang relevan, berusaha menampilkan alternatif-alternatif pemecahan masalah. Dalam istilah Wallas: “The problem was investigated ... in all direction” (Rotherberg & Hausman,1978:70). Torrance (Penick, 1988:9) mengungkapkan bahwa tahap persiapan ini “... involves sensing a defisiency or need, some random exploration, and a clarifying of the problem.”
Tahap kedua yaitu inkubasi, terjadi pada saat orang yang sedang berpikir itu berusaha memecahkan masalah dengan keras kemudian menekan persoalan ke alam bawah sadarnya. Tahap ini berlangsung seolah orang ingin melepaskan diri dari persoalan yang digelutinya dan pada tahap ini seperti yang digambarkan oleh Poincare dan ahlilainnya, alam bawah sadar lah yang bekerja.

Tahap iluminasi ini merupakan buah dari kerja yang dilakukan pada tahap persiapan, karena secara logis jawaban yang muncul pada tahap inspirasi adalah jawaban terhadap pernmasalahan yang dicoba diakrabi pada tahap persiapan. Inspirasi mucul tanpa pendahuluan tapi merupakan buah dari kerja keras yang kadang memakan waktu tidak sedikit. Eddison mengemukakan : “ No inspiration without perspiration” (Gilhooly,1982:129). Dengan kata lain inspirasi tentang suatu hal tidak akan muncul kepada orang yang memang tidak berpikir tentang hal tersebut atau minimal berpikir tenteng hal-hal yang berhubungan, sekalipun memang inspirasi dapat muncul pada saat-saat kita tengah mengerjakan pekerjaan lain. Atau kita tengah lupa dengan persoalan yang kita geluti. Sebagai contoh misalnya Helmholtz mendapatkan ide pemecahan permasalahan secara aneh ketika dia sedang mengerjakan pekerjaan lain, atau misalnya Kekule yang menemukan ide tentang struktur kimia Benzena terlintas pada sebuah mimpinya.(Fontana, 1981:139).

Tahap keempat, yakni tahap verifikasi merupakan tahap akhir dari sebuah proses kreatif. Pada tahap ini inspirasi yang jkuncul dikembangkan dan diuji secara kritis dengan uji laboratorium misalnya, atau menghadapkan dengan realita. Tahap-tahap bawah sadar yang menandai tahap inkubasi dan iluminasi kemiudian berganti dengan tahap sadar pada tahap verifikasi ini, kajian kritis rasional merupakan ciri pokok tahap ini dan pemikiran-pemikiran divergen diperas untuk masuk pada pemikiran konvergen, hungga yang muncul kemudian adalah ide kreatif terbaik yang telah teruji secara rasional.

Masih ada pemikir lain yang mengungkapan tahap-tahap berpikir kreatif ini, namun selain gagasan kuncinya hampir senada dengan apa yang dikemukakan oleh Wallas ini juga pendapat Wallas lah yang saat ini dianut oleh banyak orang.

3. Faktor - faktor vang mempengaruhi berpikir kreatif:

· Kemampuan kognitif (kecerdasan, kemampuan menciptakan gagasan baru dan fleksiblitas kognitif).

· Sikap yang terbuka (bisa menerima hal-hal baru, unik taua tidak biasa).

· Sikap yang bebas, otonom (tidak terikat oleh konvensi)

· Percaya diri sendiri

4. Cara Melatih Berpikir Kreatif

Kreatif” hanyalah sebuah kata pendek dan sederhana. Namun, berkat pemikiran kreatif, kesuksesan besar, semisal kemajuan teknologi, industri, dan bidang lain, terjadi.

Berikut ini cara yang bisa dilakukan:

a. Berpikir, semua bisa dilakukan

Yakinlah, sesuatu yang akan kita kerjakan mampu kita selesaikan. Artinya, harus optimis. Buang ungkapan bernada pesimis. Misal, ”Saya mungkin bisa mengerjakan”. Ganti dengan ungkapan penuh optimisme. Contoh, ”Saya pasti bisa mengerjakannya”, ”Bagi saya tidak ada kata menyerah!”.Pernyataan optimis melatih kita berani masuk ke persoalan. Pola pikir pun berkembang, karena dipaksa memeras otak untuk mewujudkan tekad itu.

b. Hilangkan cara berpikir konservatif

Pola berpikir konservatif ditandai dengan kekhawatiran untuk menerima perubahan, meski perubahan itu menguntungkan. Karena ingin mempertahankan gaya konservatif, perubahan ditanggapi secara dingin, bahkan dipersepsikan sebagai ancaman. Karena merasa nyaman atau diuntungkan dengan cara konservatif, ketika dituntut untuk mengubah pola pikir, kita takut akan mengalami kerugian.

Hendaknya disadari, cara berpikir konservatif memasung pemikiran kreatif karena pikiran dibekukan oleh sesuatu yang statis. Padahal dalam berpikir kreatif unsur statis semestinya dihilangkan. Mulailah berpikir dinamis, dengan terus mengolah pemikiran untuk menemukan pola pikir efektif.

Ada tiga cara mengurangi atau menghilangkan pola berpikir konservatif.

Pertama, terbuka terhadap masukan. Masukan adalah bahan mentah sangat berharga. Lalu, kita mengolahnya menjadi “barang jadi” lewat pemikiran kreatif. Jadi, jangan takut dengan ide, usulan, bahkan kritik. Karena semua itu merangsang kita berpikir kreatif.

Kedua, mencoba pekerjaan atau hal di luar bidang kita. Untuk ”memperkaya” diri, pola pikir juga perlu menghadapi sesuatu yang berbeda dari biasanya.

Ketiga, harus proaktif. Kita dituntut ”menjemput bola” dalam menghadapi sesuatu, dan bukan ”menunggu bola”. Bertindak proaktif berarti membuat diri bebas memilih tindakan, tentu berdasarkan perhitungan matang. Ini bisa terjadi kalau kita mempunyai kreativitas berpikir. ( from Kompas dot com )

C. KESIMPULAN

· Di era globalisasi, pengembangan kemampuan berpikir baik itu berpikir nalar maupun kreatif merupakan hal yang tidak bisa diabaikan

· Berpikir kreatif atau berpikir divergen (Guilford) atau berpikir lateral (De Bono), oleh utami Munandar dilukiskan sebagai kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban”.

· Kemampuan kreatif ditandai dengan adanya: kelancaran, keluwesan, keaslian dan elaborasi.

· Berpikir kreatif dalam pelaksanaannya melalui empat tahap berpikir, yakni persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi.

DAFTAR PUSTAKA

http://blog.nazmi.web.id/2008/01/04/5-cara-melatih-berpikir-kreatif/

http://didin-uninus.blogspot.com/2009/03/berpikir-kreatif.html

Senin, 06 Desember 2010

Pengalaman di MTs Al-Ikhlas Setupatok Mundu Kab. Cirebon

Tepatnya tanggal 01 November 2010 adalah saat pertama kali kami dari mahasiswa PPL IAIN Syekh Nurjati Cirebon memulai petualangan baru di sebuah sekolah yang terletak di kecamatan mundu kabupaten cirebon, yaitu di MTs Al-ikhlas. petualangan yang menurut kami benar-benar baru dan tidak di jumpai sebelumnya. pada hari itu kami dilepas oleh dosen pembimbing kami Bpk. Dr. Bambang Yuniarto, M.Si. dalam sambutanya beliau menitipkan agar kami selalu siap untuk di tempatkan dalam kondisi apapun.
pengalaman mengajar selama 1 bulan di sekolah tersebut merupakan suatu hal yang sangat berharga, banyak sesuatu yang tak terduga sebelumnya, karena kami harus membiasakan diri dengan peserta didik dengan berbagai macam karakter. namun Alhamdulillah akhirnya kerikil-kerikil yang menghalangi kami selama mengajar dapat diminimalisir.

akhirnya... tiba saatnya kami untuk berpisah dengan anak didik kami, banyak kesan yang tak mungkin kami lupakan dalam sejarah hidup kami.. berikut proses perpisahan PPL II mahasiswa IAIN SNJ Cirebon...

1. Pembukaan Oleh MC (sdri. Juniah/IPS)
2. Pembacaan Ayat Suci Al-Qur'an oleh sdr. Irwan (PAI)
3. Sambutan dari Ketua Osis MTs Setupatok, dalam sambutanya mewakili siswa/i dia mengucapkan banyak terima kasih kepada mahasiswa PPL atas pengorbanan dan Transfer ilmunya.
4. Sambutan dari perwakilan mahasiswa PPL (sdr. Harist N/ PAI ) dalam sambutanya beliau mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak sekolah dan siswa/i atas fasilitas dan kesempatan yang diberikan untuk mengajar di sekolah tersebut, beliau juga berpesan kepada siswa untuk terus belajar spaya pintar dan dapt nilai memuaskan.
5. Sambutan dari Guru Pamong yang diwakili oleh bpk. Saefudin, S.Ag ... beliau sangat berterima kasih atas kedatangan kami untuk mengajar di sekolahanya.
6. Sambutan Kepala Madrasah Bpk. Yahya, M.Ag ... dalam sambutanya beliau juga mengucapkan banyak terima kasih...... smpe selesai...
7. Kesan dan Pesan dari Siswa/i dan Mahasiswa PPL.
8. Pemberian cinderamata dari Mahasiswa PPL kepada Pihak sekolah.
9. Do'a
10. bersalaman dan foto bersama
11. Jamuan Alakadarnya dari Mahasiswa PPL
12. selesai deh...




Jumat, 26 November 2010

Pantai Desa Tegaltaman Akan Jadi Bumi Perkemahan..???

Pantai Tegal Taman Jadi Bumi Perkemahan


Indramayu, Pelita
Kwartir Ranting (Kwarran) Gerakan Pramuka Kecamatan Sukra berkeinginan agar Pantai Tegal Taman milik pemerintah kabupaten seluas 4 hektar dijadikan sebagai bumi perkemahan sekaligus taman rekreasi. Demikian dikemukakan Ketua Kwarran Aida Mustopa SAg, MSi kepada Pelita. Kamis (3/6).

Untuk mewujudkan rencana itu, anggota pramuka di wilayah Sukra telah menyiapkan tenaga guna menata pantai serapi mungkin, dan sebagai tahap pertama penataan, pramuka membina kerjasama dengan pemerintah desa, organisasi pemuda, dan karang taruna mengadakan gerakan penghijauan.

Keinginan yang kuat mewujudkan taman rekreasi plus bumi perkemahan itu mendapat tanggapan positif dari Ketua Kwarcab Indramayu Trisula Baedi MM yang beberapa waktu lalu melantik Dewan Kerja Ranting dan Pengurus Kwarran Sukra periode 2010-2013 seraya mengharapkan agar rencana kerjanya segera diajukan. "Pembuatan taman seperti itu adalah selaras dengan program kerja Pemerintah Kabu-paten dalam membina generasi muda yang potensil di Indramayu," katanya.

Kursus Dasar dan Lanjutan Selain mempersiapkan penataan pantai rekreasi dan bumi perkemahan, Kwarran pada tahun ini juga mempunyai program meningkatkan pengetahuan dan keterampilan parapembina di setiap pangkalan yaitu dengan mengadakan Kursus Dasar dan Kursus Lanjutan Gerakan Pramuka.

"Kursus itu diadakan secara terpadu antar tiga kwarran yaitu Sukra, Patrol, dan Kandang-haur. Kwarran Sukra bertindak selaku penyelenggara sekaligus menyiapkan tempat pelaksanaannya, dengan materi-ma* eri pelatihan disampaikan langsung dari Kwarab Indramayu," jelas Alda.

Di Kwarran Sukra dewasa Ini terdapat 40 gugus depan penggalang yang terdapat di 20 pangkalan sekolah dasar, serta 8 gugus depan penegak yang terdapat di 4 pangkalan sekolah lanjutan. Menurut Sekbid Minkeu Kwarran Kasto SPd, para anggota gugus depan pramuka itu giat mengadakan latihan minimal sekali dalam seminggu. Di Pangkalan Penggalang Sukra I misalnya, latihan kepramukaan yang semula diadakan setiap hari Jumat sekarang dirubah menjadi hari Minggu sesuai dengan keinginan para anggota.

Latihan kepramukaan lebih diutamakan bagi anak-anak kelas 4 dan 5, sedangkan kelas 6 hanya satu semester. "Latihan-latihan yang diadakan umumnya tentang baris berbaris, pengetahun macam-macam sandi, kecintaan terhadap alam, hacking, tali temali, serta materi kegiatan kepramukaan lainnya," jelas Kasto SPd. (ck-101)

Sabtu, 20 November 2010

apa itu tundra..??

TUNDRA

A. PENDAHULUAN

Bioma tundra merupakan bioma yang terdapat di daerah lingkar kutub utara dan selatan. Pada bioma ini tidak terdapat pepohonan yang dapat tumbuh, yang ada hanya tumbuhan kecil sejenis rumput dan lumut. Bioma ini terdapat di sekitar lingkar Artik, Greenland di wilayah kutub utara. Di wilayah kutub selatan terdapat di Antartika dan pulau-pulau kecil disekitar Antartika. Bioma tundra berdasarkan pembagian iklim terdapat di daerah beriklim es abadi dan iklim Tundra .

Dalam geografi fisik, tundra adalah biome dimana pohon pertumbuhan terhalang oleh temperatur rendah dan musim tumbuh yang pendek. Istilah tundra berasal dari Kildin Sami tūndâr, yang berarti "dataran tinggi, saluran gunung tanpa pohon." Ada dua jenis tundra: Arctic tundra (yang juga terjadi di Antartika) dan alpine tundra. Di tundra, yang tumbuh-tumbuhan kurcaci terdiri dari semak, sedges dan rerumputan, lumut, dan lumut.

Daerah tundra hanya terdapat di belahan bumi utara dan kebanyakan terletak di daerah lingkungan kutub utara. Daerah ini memiliki musim dingin yang panjang serta gelap dan musim panas yang panjang serta terang terus-menerus. Daerah tundra di kutub ini dapat mengalami gelap berbulan-bulan, karena matahari hanya mencapai 23½° LU/LS. Di daerah tundra tidak ada pohon yang tinggi. Kalau ada pohon, maka pohon itu terlihat pendek seperti semak. Di daerah tundra ini banyak terdapat lumut, terutama sphagnum dan lichenes (lumut kerak). Tumbuhan semusim di daerah tundra biasanya berbunga dengan warna yang menyolok dengan masa pertumbuhan yang sangat pendek sehingga pada musim pertumbuhan, pemandangannya sangat indah. Tumbuhan di daerah ini dapat beradaptasi terhadap keadaan dingin sehingga akan tetap hidup meskipun dalam keadaan beku.

B.KEHIDUPAN DI KAWASAN TUNDRA

1.TABURAN KAWASAN

  1. Sekitar Garisan Artik & Garisan Antartika (66½oU & S).
  2. Hemisfera utara
  • Pulau Greenland
  • Utara benua Amerika Utara (Utara Kanada)
  • Alaska
  • Utara benua Rusia
  • Eropah
  1. Hemisfera selatan – Kawasan Tundra.

2. SIFAT IKLIM

  1. Mengalami dua musim yang nyata (musim dingin dan musim panas).
  2. Musim dinginnya panjang (Nov-Mac).
  3. Musim dinginnya terlampau sejuk dengan suhu antara 18oC-37oC.
  4. Musim dingin - siangnya pendek & malam panjang.
  5. Bila matahari berada di Garisan Jadi, kawasan Artik mengalami malam 24 jam.
  6. Musim panas pendek antara Mei-Julai dengan suhu yang sederhana (bawah 10oC).
  7. Bila matahari berada di Garisan Saratan, kawasan Artik mengalami siang 24 jam & kawasan utara siang 6 jam.
  8. Bezantara suhu tinggi (28oC).
  9. Hujan terlalu sedikit – kurang daripada 250mm.
  10. Paling lebat dalam musim panas.
  11. Musim dingin hujan turun dalam bentuk salji.

3. TUMBUHAN SEMULAJADI

  1. Tumbuhan tundra seperti lumut & kulampair.
  2. Pokok-pokok renek dan bunga artik pada musim panas.
  3. Rumput keras dan lumut disepanjang tanah pamah pantai.
  4. Pokok-pokok bantut seperti willow & hirch yang tumbuh di tepi-tepi sungai.
  5. Rumput paya di kawasan berpaya.

4. CARA HIDUP PENDUDUK

  1. Penduduk utama di kawasan Tundra
  • Orang Eskimo - perisai Kanada, Alaska dan pantai Greenland.
  • Orang Lapp - sepanjang pantai Norway, Sweden dan Findland - Eropah utara.
  • Orang Samoyed, Tungu, Yakut & Koryak disepanjang pantai Cis yang menghadap lautan Artik.
  1. Memperoleh makanan dengan cara menangkap ikan, mengumpul tumbuhan dan berburu binatang seperti walrus, singa laut dan karibu.
  2. Gunakan kulit, bulu untuk buat pakaian, khemah, selimut dan hasil dagangan lain.
  3. Kaya dengan hasil galian seperti :
  • Arang batu, petroleum dan emas di Alaska.
  • Bijih besi di Sweden Utara.
  • Nikel dan fosfat di Rusia.
  • Kuprum di Kanada.
  1. Kenderaan utama - kayak dan umiak. Musim dingin gunakan kenderaan yang dipanggil andursalji.

C. KARAKTERISTIK TUNDRA

1. Mendapat sedikit energi radiasi matahari, musim dingin sangat panjang dapat berlangsung selama 9 bulan dengan suasana gelap.

2. Musim panas berlangsung selama 3 bulan, pada masa inilah vegetasi mengalami pertumbuhan.

3. fauna yang terdapat di wilayah ini memiliki bulu dan lapisan lemak yang tebal untuk tetap membuat tubuhnya hangat

4. Rata-rata curah hujan tahunan di Tundra biasanya kurang dari 15 inci

5. Rata-rata suhu musim dingin -34 °c-60 ° C tapi musim panas rata-rata suhu 3-12 ° C, sehingga pepohonan sangat sulit untuk tumbuh.

6. Usia tumbuh tanaman sangat pendek, berkisar antara 30 – 120 hari (1 – 4 bulan).

7. Jenis-jenis vegetasi yang dapat hidup di bioma tundra misalnya lumut kerak, rumput teki, tumbuhan terna, dan semak-semak pendek.

· Pada daerah yang berawa jenis vegetasi yang ada misalnya rumput teki, rumput kapas dan gundukan gambut (hillock tundra).

· Di cekungan yang basah seperti di Greenland terdapat semak salik dan bentula.

· Di tempat yang agak kering ditumbuhi lumut, teki-tekian, ericeceae, dan beberapa tumbuhan yang berdaun agak lebar.

· Di lereng-lereng batu terdapat kerak, lumut dan alga.

Karena memiliki iklim es abadi dan iklim tundra, maka wilayah bioma tundra selalu bersuhu dingin sehingga fauna yang terdapat di wilayah ini memiliki bulu dan lapisan lemak yang tebal untuk tetap membuat tubuhnya hangat. Contoh fauna di bioma tundra misalnya rus, rubah, kelinci salju, hewan-hewan pengerat, hantu elang, dan beruang kutub.

Jenis-jenis burung yang hidup di bioma tundra misalnya : itik, angsa, burung elang dan burung hantu. Mamalia darat berkaki empat yang berbulu tebal dan besar misalnya Muskox.

Selain beberapa jenis di atas, bioma tundra juga mempunyai fauna khas yang lain misalnya penguin. Fauna khas yang hidup di air misalnya paus Beluga (paus putih) dan paus Narwhal (paus bertanduk).

D. PERMASALAHAN

1. Pencemaran dari pertambangan dan pengeboran minyak telah mencemari udara, dan lingkungan sekitarnya.

2. Tanah di sekitar beberapa tambang nikel di Rusia telah menjadi begitu tercemar sehingga tanaman di daerah sekitarnya mati.

3. Efek global warming: mengancam kehidupan di bumi.

FAKTA

Di kutub tersimpan milyaran ton metana beku: apabila kutub mencair metana juga ikut terlepaskan ke atmosfer.

Dua kapal barang Jerman berlayar dari Korea Selatan menuju Siberia lewat Laut Kutub Utara. Ini adalah untuk pertama kalinya kapal asing berlayar melewati jalur laut utara ke Eropa tanpa memakai alat pemecah es.

Dua kapal Jerman mulai berlayar Jumat (21/8) dalam perjalanan pertama mereka melintasi wilayah pantai utara Rusia yang menghadap ke Kutub Utara tanpa bantuan kapal pemecah es setelah perubahan iklim membantu membuka jalur itu.

Niel Stolberg, presiden dan CEO Beluga Shipping GmbH, mengatakan kapal Beluga Fraternity dan Beluga Foresight meninggalkan pelabuhan Rusia, Vladivostok, dalam pelayaran bersejarah yang menghemat biaya, dengan barang yang diambil di Korea Selatan menuju Belanda.

Mencairnya es Kutub Utara akibat perubahan iklmi telah memungkinkan perusahaan pelayaran tersebut mengirim kapal berat banyak-manfaat Beluga melayari Jalur Timur-laut, yang legendaris, kata Stolberg.

Beluga memperoleh izin dari pemerintah Rusia untuk mengirim kapal komersial pertama non-Rusia melayari jalur tersebut pada Jumat.

Jalur Laut Utara memangkas 7.400 kilometer dari jalur biasanya sepanjang 20.350 kilometer melalui Terusan Suez sehingga menghasilkan penghematan yang sangat besar dalam biaya bahan bakar dan buangan gas CO2, katanya.

“Kapal pemecah es dan kapal selam Rusia telah menggunakan Jalur Utara pada masa lalu tapi itu tak terbuka bagi pelayaran komersial sebelum sekarang karena ada banyak daerah yang diselimuti es tebal,” kata Stolberg kepada wartawan kantor berita Inggris, Reuters, dalam satu wawancara melalui surat elektronik, e-mail.


E. SOLUSI

n Memperhatikan analisis dampak lingkungan

n Mengurangi efek rumah kaca

n Meningkatkan kesadaran manusia akan pentingnya kelestarian alam.

F. KESIMPULAN

Bioma tundra merupakan bioma yang terdapat di daerah lingkar kutub utara dan selatan. Pada bioma ini tidak terdapat pepohonan yang dapat tumbuh, yang ada hanya tumbuhan kecil sejenis rumput dan lumut. Bioma ini terdapat di sekitar lingkar Artik, Greenland di wilayah kutub utara. Di wilayah kutub selatan terdapat di Antartika dan pulau-pulau kecil disekitar Antartika. Bioma tundra berdasarkan pembagian iklim terdapat di daerah beriklim es abadi dan iklim Tundra .

Walaupun kehidupan di bumi semakin terancam, kita masih punya kesempatan untuk mencegahnya, yang kita butuhkan hanyalah kemauan kuat untuk berubah dalam menyelamatkan bumi ini.

G. REFERENSI

Anonim. Tundra. www.id.wikipedia.com Tgl akses 20 September 2009.

http://andimanwno.wordpress.com/2009/02/09/bioma-tundra/ Tgl akses 20 September 2009.

http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=75&fname=ekosistem.htm

Tgl akses 20 September 2009.

http://free.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/.htm#Tundra

Kumpulan Artikel Bioteknologi Pengolahan Limbah Plastik

MIKROBA "TENAGA KERJA" BIOPLASTIK

Mikroba adalah jasad renik yang sangat beragam jenisnya dan memiliki fungsi sebagai pengurai. Kini salah satu jenisnya telah diubah menjadi ”tenaga kerja” untuk memproduksi bioplastik oleh Khaswar Syamsu. Ia seorang perekayasa dari Institut Pertanian Bogor yang berhasil merekayasa pembuatan plastik terbuat dari bahan pati sagu dan lemak sawit sehingga menjadi plastik ramah lingkungan atau bioplastik. ”Mikroba itu tenaga kerja yang tidak pernah menunggu perintah dan tidak pernah demo,” ujar Khaswar.

Perlengkapan tua itu termasuk bioreaktor buatan Jerman yang dibeli 23 tahun silam atau pada 1986. Bioreaktor itu telah menemani Khaswar setidaknya ketika memulai riset produksi bioplastik sejak tahun 2000 hingga 2006 ketika ia berhasil menemukan metode pembuatan bioplastik dan mendaftarkan patennya.

Sedikitnya ada tujuh uji coba bioplatik yang dilaksanakan. Uji coba itu meliputi kekuatan tarik, elastisitas, perpanjangan putus, sifat termal, derajat kristalinitas, gugus fungsi dalam struktur kimia, dan biodegradabilitas atau keteruraiannya. Uji coba yang terakhir mengenai keteruraiannya ini, bioplastik hasil rekayasa Khaswar dapat terurai atau termakan mikroba dalam waktu 80 hari. ”Dibandingkan dengan bahan organik lainnya, seperti kertas, laju terurai pada bioplastik ini lebih cepat,” ujar Khaswar.

Menimbun plastik

Khaswar mengutip sebuah referensi yang menunjukkan fenomena yang berlangsung saat ini berupa timbunan plastik sebagai salah satu produk utama sampah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia. Padahal, sampah plastik itu tidak akan terurai dan akan merusak lapisan tanah.

”Pada 2003 kebutuhan plastik di Indonesia mencapai 1,35 juta ton per tahun. Setelah menjadi sampah, pemerintah hanya mampu mengelola 20-30 persennya. Selebihnya ditimbun ke area pembuangan sampah,” katanya yang kini menjabat Kepala Divisi Rekayasa Bioproses dan Bahan Baru pada Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi IPB.

Pada 2000 dan 2001, Khaswar menggunakan dana riset dari program Riset Hibah Bersaing Direktorat Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan saat itu. Dana riset Rp 29,9 juta per tahun. Kemudian dilanjutkan pada 2005 dan 2006 menggunakan dana riset dari program Riset Unggulan Terpadu Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Dana riset setiap tahun Rp 97 juta dan Rp 93 juta. Dari kegiatan riset selama empat tahun itulah lalu dihasilkan bioplastik. Menurut dia, harga produksi bioplastik ini antara lima sampai tujuh kali harga pembuatan plastik konvensional yang terbuat dari bahan berbasis petrokimia atau minyak bumi.

”Negara Korea saat ini berhasil menyimulasikan produksi bioplastik hanya dengan biaya tiga kali biaya pembuatan plastik berbasis petrokimia. Ketika bahan petrokimia yang terbatas dan tidak teruraikan itu ke depan makin mahal, produksi bioplastik akan makin murah dan yang lebih penting ramah lingkungan,” ujar Khaswar.


Mikroba impor

Mikroba yang disebut-sebut Khaswar sebagai tenaga kerja bioplastik, yang bekerja dengan tidak pernah menunggu perintah dan tidak pernah mendemo, adalah Ralstonia eutropha impor dari Jepang. ”Sebetulnya, mikroba itu juga ada di dalam tanah di mana pun di Indonesia ini. Namun, di Indonesia tidak ada badan nasional yang secara khusus menangani masalah pemetaan dan pengoleksian mikroba seperti di Jepang,” kata Khaswar.

Secara terpisah, Kepala Bidang Biologi Sel dan Jaringan pada Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Puspita Lisdiyanti mengatakan, keberadaan badan nasional yang secara khusus menangani pemetaan dan pengoleksian berbagai mikroba di Indonesia belum dirintis.

”Saat ini para peneliti atau perekayasa yang membiakkan mikroba itu hanya menggunakannya demi kepentingan masing-masing. Semestinya, memang ada badan nasional yang secara khusus menangani koleksi mikroba dan pemanfaatannya untuk kepentingan bersama,” kata Puspita (Sumber: Kompas)

Pada era ke depan, menurut Puspita, bidang mikroorganisme ini memiliki peranan sangat penting untuk menunjang kehidupan yang berkelanjutan. Mikroba terbukti dapat menciptakan bahan bioplastik sekaligus akan mengurainya kembali. Dengan rantai ini, keseimbangan alam tercipta.


Sumber :

http://www.kompas.com/read/xml/2009/01/09/08283719/mikroba.tenaga.kerja.bioplastik
9 Januari 2009,

Sumber Gambar :
http://www.nec.co.jp/eco/en/annual2006/02/images/2-1-02.jpg

Referensi :

http://bioteknologiindonesia.blogspot.com/2009/03/mikroba.tenaga.kerja.bioplastik diunduh 12 April 2010


Rekayasa Bioplastik Berbahan Dasar Limbah Jagung dengan Plasticizer Asam Lemak Inti Sawit dan Aplikasinya Sebagai Pengemas Biodegradable untuk Bahan Pangan dan Farmasi.

Masykuri, M.; Radiman, Cynthia L.; Arcana, I Made*)

Fakultas KIP UNS, Penelitian, Dikti, Hibah Bersaing, 2007

Telah dilakukan rekayasa pembuatan bioplastik dengan bahan dasar limbah jagung dengan plasticizer asam lemak inti sawit. Plasticizer asam lemak inti sawit dipilih untuk menggantikan plasticizer komersial, yakni dioctylphtalate (DOP), trioctylphtalate (TOP), dan dioctylsebasate (DOS) yang bersifat toksik. Keuntungan plasticizer dari minyak nabati sebagai pengganti plasticizer sintetis adalah selain dapat diperbaharui, juga tidak bersifat racun dan lebih bersahabat dengan lingkungan. Penelitian ini mengkaji sintesis bioplastik zein dengan variasi 3 jenis plasticizer, yaitu: gliserol, asam oleat dan tanpa plasticizer sebagai pembanding. Variasi konsentrasi plasticizer/zein (v/w) yang diteliti terdiri dari 0,1/1; 0,2/1; 0,4/1; 0,8/1 dan 1/1.

Karakterisasi yang dilakukan meliputi sifat termal, struktur dan morfologi lintang dan kristalinitas dari produk. Prosedur pengujian yang digunakan adalah berturut-turut ASTM D638-99, DSC, XRD, FTIR, dan SEM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin bertambahnya konsentrasi plasticizer, semakin lentur bioplastik yang dihasilkan. Bioplastik zein memiliki suhu transisi gelas, Tg, antara 110 – 165oC, pada pemanasan di atas suhu tersebut terjadi perubahan dari keadaan glassy ke rubbery.

Ditinjau dari aspek morfologi lintang, struktur bioplastik dengan plasticizer asam oleat lebih baik daripada bioplastik dengan plasticizer gliserol atau tanpa plasticizer, karena memiliki struktur matrik polimer yang lebih rapat. Bioplastik dengan plasticizer asam oleat memiliki fasa kristalin yang paling besar dibanding kedua jenis bioplastik lainnya, fasa kristalin bioplastik dengan plasticizer gliserol relatif sama dengan bioplastik tanpa plasticizer. Pada aspek karakter mekanik, meningkatnya kadar plasticizer mampu meningkatkan kuat tarik. Kuat tarik dan perpanjangan putus menunjukkan penurunan dengan semakin lamanya waktu penyimpanan. Bioplastik dengan plasticizer asam oleat memiliki kuat tarik yang lebih tinggi dibanding bioplastik dengan plasticizer gliserol atau bioplastik tanpa plasticizer. Kuat tarik bioplastik dengan plasticizer asam oleat, gliserol dan tanpa plasticizer pada awal perlakuan berturut-turut adalah 7,8 MPa, 7,2 MPa dan 6,9 MPa.


Referensi:

http://lppm.uns.ac.id/2009/01/29/rekayasa-bioplastik-berbahan-dasar-limbah-jagung-dengan-plasticizer-asam-lemak-inti-sawit-dan-aplikasinya-sebagai-pengemas-biodegradable-untuk-bahan-pangan-dan-farmasi-2/

diunduh 12 April 2010


KEMASAN PLASTIK NANOTEKNOLOGI SANGAT RAMAH LINGKUNGAN

on: January 28, 2010, 02:42:58 pm

Jakarta - Teknologi nano (nanotechnology) dalam kemasan plastik bisa menjadi teknologi yang sangat ramah lingkungan karena plastik menjadi sangat mudah terurai oleh mikroba yang ada dalam tanah.

"Dengan nanoteknologi, maka plastik kemasan yang sebelumnya membutuhkan waktu puluhan tahun untuk terurai, menjadi mudah terurai hanya dalam 4-8 minggu, bahkan lebih cepat lagi," kata Sekjen Masyarakat Nanoteknologi Indonesia (MNI), Dr. Agus Haryono, di sela Konferensi Internasional "Advanced Materials and Practical Nanotechnology" di Jakarta, Rabu (11/11’ 09). Plastik kemasan nanoteknologi yang disebut sebagai plastik "biodegradable" hasil riset bersama MNI itu, dibuat dengan mencampurkan kalsium karbonat dalam bentuk partikel nano dengan ukuran puluhan nanometer ke dalam bahan kemasan plastik polietilen (PE) atau polipropilen (PP) hingga 70 persen.

"Kemasan plastik nanoteknologi mudah terurai karena dengan ukurannya yang sangat kecil, luas permukaanya menjadi lebih lebar, kontak dengan mikroba dalam tanah jauh lebih banyak," kata pakar kimia polimer LIPI itu.Nanoteknologi berkaitan dengan bagaimana cara mengatur material, sruktur dan fungsi zat pada skala nano (satu nanometer sama dengan satu meter dibagi satu miliar -red) sehingga menghasilkan materi dengan struktur dan fungsi baru.
Namun sayangnya, ujar dia, kemasan plastik nanoteknologi yang dibuat oleh mikroba ini masih lebih mahal dibanding kemasan plastik biasa sehingga akan sulit dilirik masyarakat meski sangat bagus untuk lingkungan."Tapi kami sudah mencoba mendorong Kementerian Lingkungan Hidup untuk membuat peraturan tentang pemanfaatan kemasan plastik biodegradable ini," kata dia.
Menurut dia, jika perusahaan plastik kemasan bisa memproduksi dua persen saja kemasan plastik biodegradable ini dari total produksi plastik PE dan PP-nya, maka hal itu udah sangat bagus.Agus mengatakan, ada dua metode pembuatan kemasan plastik nanoteknologi, yakni secara kimia dan secara fisika.

Secara kimia yaitu dengan melarutkan dan ditambahkan zat kimia tertentu sehingga muncul dalam bentuk bubuk seukuran nano atau dengan cara fisika yaitu dengan menghancurkan zat-zat dengan alat "high energy milling."Ketua Umum MNI Dr Nurul Taufiqurochman mengatakan, nanoteknologi saat ini sudah semakin diaplikasikan ke berbagai bidang seperti di bidang kosmetik, pengobatan, tekstil, bahan bangunan, teknologi informasi dan komunikasi dan lain-lain.(ant/yan).

Referensi:

http://forum.upi.edu/v3/index.php?PHPSESSID=42a020f745f25ba40da8ef409b878406&topic=15659.msg49732#msg49732 Tanggal Dowload 2 April 2010


Polimer Biodegradable dari Pati

Published By riekri On Sunday, February 7th 2010.

Under Chemical Engineering Tags: Biodegradable Polymer

Polimer biodegradable adalah polimer yang dapat berubah menjadi biomassa, H2O, CO2 dan atau CH4 melalui tahapan depolimerisasi dan mineralisasi. Depolimerisasi terjadi karena kerja enzim ekstraseluler (terdiri atas endo dan ekso enzim). Endo enzim memutus ikatan internal pada rantai utama polimer secara acak, dan ekso enzim memutus unit monomer pada rantai utama secara berurutan. Bagian-bagian oligomer yang terbentuk dipindahkan ke dalam sel dan menjadi mineralisasi. Proses mineralisasi membentuk CO2, CH4, N2, air, garam-garam, mineral dan biomassa. Definisi polimer biodegradable dan hasil akhir yang terbentuk dapat beragam bergantung pada polimer, organisme, dan lingkungan.

Pengkajian pemanfaatan sumberdaya pati untuk produksi plastik biodegradable dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu:

  1. Pencampuran (blending) antara polimer plastik dengan pati
    Pencampuran dilakukan dengan menggunakan extruder atau dalam mixer berkecepatan tinggi (
    high speed mixer) yang dilengkapi pemanas untuk melelehkan polimer plastik. Plastik yang digunakan dapat berupa plastik biodegradable antara lain PolyLactic Acid (poli asam laktat) maupun plastik konvensional (polietilen). Sedangkan pati yang digunakan dapat berupa pati mentah berbentuk granular maupun pati yang sudah tergelatinisasi. Sifat mekanik dari plastik biodegradable yang dihasilkan tergantung dari keadaan penyebaran pati pada fase plastik, yaitu bila pati tersebar merata dalam ukuran micron dalam fase plastik, maka produk plastik biodegradable yang dihasilkan akan mempunyai sifat mekanik yang baik. Sifat biodegradabilitas dari plastik biodegradable berbasiskan pati sangat bergantung dari kandungan patinya. Semakin besar kandungan patinya, maka semakin tinggi tingkat biodegradabilitasnya.

  1. Modifikasi kimiawi pati

Untuk menambahkan sifat plastisitas dari pati, metode grafting sering digunakan. Sifat biodegradabilitas dari produk plastik yang dihasilkan tergantung daripada jenis polimer yang dicangkokkan pada pati. Jika polimer yang dicangkokkan bersifat biodegradable, maka produk yang dihasilkan juga akan bersifat biodegradable. Namun demikian, biasanya sifat biodegradabilitas pati akan berkurang atau bahkan hilang sama sekali dengan proses modifikasi kimiawi.

  1. Penggunaan pati sebagai bahan baku fermentasi menghasilkan monomer/polimer plastik biodegradable

Pati dapat dipakai sebagai bahan baku fermentasi untuuk menghasilkan asam laktat (monomer dari PLA), 1,4-butanediol (monomer dari PBS) atau polyester mikroba (PHB) atau biopolimer lainnya.

Sifat polimer biodegradable sangat beragam bergantung pada jenis polimer, jenis aditif yang dipakai dan kondisi proses. Menurut Andrady (2000) diacu dalam Hartoto et al (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi biodegradabilitas senyawa polimer antara lain adalah panjang rantai molekul polimer, kompleksitas struktur polimer dan hidrofilitas polimer. Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi biodegradasi plastik di lingkungan antara lain sifat-sifat primer bahan yang meliputi komposisi polimer, berat molekul (BM), distribusi bobot molekul, kritalinitas, suhu transisi gelas (Tg), porositas, hidrofibisitas, konfigurasi sterik, jenis ikatan antar monomer serta proses pembuatan bahan yang mencakup jenis pembuatan, karakteristik permukaan, ketebalan bahan, zat aditif, bahan pengisi, dan pelapis (Brandl et al, 1995 dalam Hartoto et al, 2005).

Siklus produksi dan degradasi biodegradable polymer (IBAW  Publication, 2005)

Siklus produksi dan degradasi biodegradable polymer (IBAW Publication, 2005)

Daftar Pustaka:

Anonymous, 2005. Highlights in Bioplastics, Berlin: IBAW Publication.

Hartoto, Liesbetini., Ani Suryani dan Erliza Hambali, 2005. Rekayasa Proses Produksi Asam Polilaktat (PLA) dari Pati Sagu Sebagai Bahan Baku Utama Plastik Biodegradable, Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Nasiri, Syah Johan A., 2008. Mengenal Polylactic acid, dalam Majalah Sentra POLIMER, Tahun VII nomor 27, Jakarta.

Referensi:

http://riekonaicha.co.cc/2010/02/polimer-biodegradable-dari-pati/ diunduh 02 April 2010

Bioplastik, Mari Kita Mencoba Membuatnya

Sebelum mengetik lebih jauh, saya ingin memberikan rasa terima kasih pada Brandon Sweeny dan rekan, anak-anak muda dari AS, yang telah membagikan materi berikut ini di internet.

BioPlastik adalah plastik yang diperoleh dari bahan-bahan bio masa yang dapat diperbaharui (renewable). Plastik ini berbeda dari plastik konvensional yang diproduksi dengan bahan dasar petroleum. Kenapa sih perlu dunia ini membutuhkan bioplastik? Dan bagaimana cara membuat bioplastik secara sederhana?

Plastik dibutuhkan dalam berbagai keperluan sehari-hari dalam kehidupan modern ini. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, 100 juta ton plastik konvensional berbahan dasar petroleum diproduksi tiap tahun. Dibutuhkan 7 juta barel minyak per hari untuk memperoleh bahan dasar plastik dan untuk memproduksinya.

Bayangkan, berapa banyak polusi dan penggunaan bahan bakar fosil yang bisa ditekan, apabila bio plastik ini digunakan di seluruh dunia. Belum lagi masalah sampah plastik konvensional yang tidak terurai, dan mencemari lingkungan.

Sebelum kita mulai, mari sedikit kita mengulas mengenai kimia dari polimer. Polimer adalah bahan utama dari semua plastik. Plastik yang ideal memiliki rantai polimer yang sangat panjang dan lurus yang membuatnya kuat dan lentur. Sedangkan tajin tepung jagung (salah satu bahan organik yang akan kita coba untuk membuat bioplastik) terdiri dari 2 komponen dasar: amilose dan amilopektin. Amilosa adalah polimer yang lurus dan panjang, persis seperti yang kita butuhkan. Amilopektin, di sisi lain, adalah polimer yang pendek dan bercabang, yang artinya: ini akan menghasilkan plastik yang kaku dan rapuh.
Ada 2 hal yang kita akan lakukan untuk meningkatkan sifat dari plastik kita ini.

Pertama, teknik ini sangat sederhana yang dinamakan hidrolisis asam (acid hyrolysis) dengan menambahkan cuka ke dalam plastik, kita bisa mematahkan cabang amilopektin yang membuat plastik menjadi kaku dan rapuh.

Kedua, kita akan menambahkan plasticizer, bahan ini bisa didapatkan dari toko kimia atau toko grosir dengan sebutan gliserin. Gliserin berperan sebagai pelumas pada tingkat molekul. Untuk memmahaminya, bayangkan saja semangkok mi lengket dan kempal, lalu kita menuangkan minyak sayur ke atas mi agar tidak begitu lengket lagi.

Jika Anda membutuhkan plastik yang lentur, terutama untuk tas, tambahkan lebih banyak gliserrin, tapi jika ingin plastik yang kaku, maka gunakan lebih sedikit gliserin.

Pengen mencoba membuat bioplastik secara sederhana dengan tepung jagung?

Ini dia caranya kalau pengen nyoba bikin bioplastik sendiri:

Bahan:
1. Satu sendok makan tepung jagung atau tepung maizena

2. Empat sendok makan air

3. Satu sendok teh gliserin

4. Satu sendok teh cuka dapur

Cara Membuat:

  • Masukkan semua bahan ke dalam panci kecil dan panaskan dengan api kecil
  • Aduk-aduk bahan tadi sambil dipanaskan hingga adonan berbentuk seperti jel, pecahkan gelembung udara yang biasa agar hasilnya bagus
  • Matikan api kompor, dan tuangkan adonan ke atas alas, atau cetakan. Jika ingin membuat plastik dalam bentuk lembaran, tuang dan ratakan adonan di atas alas dengan luas yang cukup, diamkan selama sekitar satu hari.

Jadilah percobaan kita membuat plastik dari bahan organik.

Referensi :

http//anunyaanu.blogspot.com/2009/06/bioplastik-mari-mencoba-membuatnya

diunduh 12 Aprril 2010.