ZAKY BIOLOGI

Kamis, 06 Januari 2011

APA ITU SISTEM PENCERNAAN MAKANAN


A.    SENTRAL AYAT
1. Q.S Al- Muminun Ayat 21
21:23

21.  Dan Sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi kamu, kami memberi minum kamu dari air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk kamu, dan sebagian daripadanya kamu makan,

2. Q.S  Al- Baqarah Ayat 172

172.  Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.

B.     PEMBAHASAN
Jika kita perhatikan ayat-ayat diatas bahwa Allah SWT memerintahkan agar manusia memperhatikan dengan cermat keadaan dirinya sendiri dengan pengaturan makanan. Allah SWT memerintahkan agar kita memakan makanan yang baik untuk kesehatan jasmani dan rohaniya, dan bukan tanpa alasan apabila Allah SWT melarang makanan yang tidak baik yaitu karena pada makanan yang tidak baik itu mengandung berbagai macam unsur penyakit, baik bagi jasmaninya maupun bagi rohaninya.
Rahasia dibalik ayat-ayat diatas mengenai pengaturan makanan adalah melalui system pencernaan makanan. Makanan yang kita makan sesungguhnya mengalami proses yang panjang dan rumit didalam tubuh kita sampai dikeluarkan kembali melalui pembuangan yaitu anus. Secara sederhana proses pencernaan makanan yaitu  makanan yang masuk melalui mulut kemudian masuk ke esophagus atau kerongkongan, yang kemudian makanan tersebut masuk ke lambung, lalu masuk ke usus halus, lalu ke usus besar lalu dikeluarkan melalui lubang anus.
Secara ilmiah dan lebih mendalam proses pencernaan makanan yaitu makanan yang masuk ke mulut dicerna secara makanik oleh gigi dan secara kimia oleh kelenjar ludah. Makanan yang sudah hancur tersebut kemudian masuk ke esafagus atau kerongkongan,di kerongkongan tersebut makanan hanya mengalami
pencernaaan secara mekanis yaitu dengan gerak peristalik sehingga makanan terdorong menuju lambung. Di dalam lambung terjadi pencernaan secara mekanis dengan bantuan gerak peristalik dan pencernaan secara kimiawi dengan bantuan asam lambung dan enzim pepsin serta rennin. Gerak peristalik adalah suatu gerak melingkar dan memanjang akibat adanya kontraksi otot-otot secara bergantian. Akibat gerak peristalik makanan yang diproses oleh lambung menjadi berbentuk bubur yang disebut kim,kemudian kim terdorong ke pylorus yang merupakan jalan masuknya kim dari lambung ke usus halus.
Dalam usus halus, proses pencernan lemak dan protein dituntaskan, dan hasil-jasil pencernaan di absorpsi oleh jonjot usus halus. Usus halus berupa tabung yang panjangnya sekitar 6-8 meter, terdiri atas tiga bagian yaitu duodenum (usus 12 jari) yang panjangnya sekitar 25 cm, jejunum sekitar 2,5 cm dan ileum sekitar 3,6 meter. Kim yang berasal dari lambung bersuasana asam karena mengandung HCl. Suasana asam merangsang dinding usus 12 jari untuk mengeluarkan hormone sekretin dan kolesitokonin. Kolesitokonin merangasang kelenjar empedu untuk mengeluarkan empedu. Kerjasama hormone kolesitokinin dan sekretin juga merangsang pancreas agar mengeluarkan sekretnya. Pencernaan makanan kimiawi oleh usus halus hasilnya adalah berupa asam amino glukosa, asam lemak . Jadi didalam usus halus selain terjadi pencernaan kimiawi juga terjadi penyerapan sari-sari makanan. Materi yang tidak dapat diserap oleh usus halus didorong menuju usus besar atau kolon.
Fungsi utama kolon  atau usus besar adalah mengabsorpsi air, membentuk massa feses. Didalam usus besar terdapatbakteri E coli yang hidup pada makanan yang tidak dapat dicerna oleh manusia, misalnya selulosa, dan menghasilkan vitamin K. vitamin K disintesis oleh E coli, diserap masuk kedalam tubuh melalui  dinding usus besar. Jadi didalam usus besar tidak terjadi pencernaan mekanis maupun kimiawi, yang terjadi adalah penyerapan air dan pembentukan feses yang dapat tersimpan selama 24 jam. Feses yang terbentuk akan terdorong ke rectum secara peristalik dan dikeluarkan lewat anus.
Berdasarkan  penjelasan ayat-ayat dan uraian ilmiah tersebut diatas dapat diketahui dengan jelas bahwa Allah SWT menciptakan manusia dengan begitu sempurna. Proses pencernaan makanan yang begitu rumit dan panjang semuanya dapat teratur sesuai fungsinya masing-masing, dan keteraturan tersebut Allah ciptakan hanya untuk manusia. Dan bagi kita sendiri system pencernaan tersebut yang sangat teratur merupakan nikmat yang wajib disyukuri.







C. REFERENSI
Hafidhudin, Didin. 2007. Ensiklopediana Ilmu dalam Al- Qura’an. Bandung: Mizania
Irianto, K. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Jakarta: Yrama Widya
Pratiwi dkk. 2007. Biologi XI. Jakarta: Erlangga

Senin, 03 Januari 2011

Sabtu, 01 Januari 2011

Penelitian Tindakan Kelas (Perencanaan dan Langkah-langkah)

I. PENDAHULUAN

Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dapat ditempuh melalui beberapa upaya, yaitu antara lain melalui pembenahan isi kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa, penyediaan bahan ajar yang memadai, penyediaan sarana belajar, dan peningkatan kompetensi guru.
Keberhasilan seorang guru bukan diukur hanya rutinitas kehadirannya saja tetapi bagaimana dia bisa mendinamisasi, memdorong, merangsang, menantang para siswanya untuk maju secara dinamis dan progresif  yang akhirnya  mencapai target pembelajaran.
Namun pada perjalanan untuk menuju target pembelajaran yang bagus terdapat masalah yang muncul, oleh karena itu guru harus menemukan solusi penyelesaian masalah melalui langkah-langkah penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Penelitian tindakan merupakan alternative pengembangan dan perbaikan praktek pendidikan yang tidak hanya berbasis akademis, yaitu guru menerapkan temuan para pakar, sehingga kerja guru seperti dinilai berdasarkan criteria teori-teori yang diambil dari filsafat, psikologi dan sosiologi. Pada penelitian tindakan kinerja guru diukur melalui criteria kegitan praktek sehari-hari dalam pendidikan.
Pengembangan pendidika dengan basis penelitian akademik hanay menetapkan guru sebagai objek pengembangan pendidikan, sehingga kurang memberi peran pada guru untuk memperbaiki praktek pendidikannya sendiri. Pengembangan model ini sering mengakibatkan guru hanya sebagai pelaksana tanpa mengetahui secara prsis apa yang mendasari kegiatan perbaikan itu, apa yang ingin dicapai dari kegiatan itu.
Penelitian akademis menempatkan pakar sebagai satu-satunya orang yang mengetahui bagaimana perbaikan pendidikan itu dilakukan sedang guru sebagai pelaksana saja. Hal ini berbeda dengan pengmbangan dan perbaikan praktek pendidikan melalui penelitian tindakan yang menempatkan guru sebagai pembaharu untuk tugas dan tanggung jawabnya sendiri dengan menggunakan criteria prakteknya yang dilakukan sehari-hari.
Secara konventif kita mengenal dua jenis penelitian, yaitu penelitian kuantitatif yang sering disebut penelitian posifistic dan penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif menuntun peneliti untuk menguji sebuah teori sedangkan penelitian kualitatif justru membangun teori. Bila kuantitatif memiliki alur dari teori (hasil dari kualitatif) selanjutnya diuju. Sedangkan kualitatif berdasar  satu acuan teori peneliti masuk ke dalam untuk menemukan pola-pola (teori baru).
Sementara tindakan perbaikan atau pemecahan masalah dapat dilakukan dengan melihat situs (secara lengkap) menemukan penyebab, menemukan karakter subjek, selanjutnya mencari teori-teori yang sesuai dengan masalah dan subjek, selanjutnya teori dilakukan, barulah kita bisa melihat bagaimana dampaknya. Hal itulah yang disebut penelitian tindakan (action research). Maka dari itu pada makalah ini akan kami bahas mengenai rencana dan langkah-langkah dalam pembuatan penelitian tindakan kelas?

II. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Fokus Masalah
    Kegiatan PTK sebelum pelaksanaan penyusunan rencana PTK merupakan kegiatan yang mendasari pelaksanaan PTK, yang berupa kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1.      Identifikasi masalah
Kegiatan diawali dengan langkah mengidentifikasi bidang fokus masalah yang akan diteliti, bidang masalah diteliti dan dikembangkan. Dalam pendidikan dan kurikulum, bidang masalah yang dipilih adalah bidang masalah yang memiliki sumbangan paling besar terhadap mutu hasil pendidikan, khususnya mutu kemampuan dan pribadi siswa, misalnya implementasi kurikulum.
Bidang tersebut masih mencakup secara luas, cakupannya dapat terdiri dari berbagai sub bidang atau segi, misalnya segi pembelajaran, segi praktik, pengelolaan kurikulum, kegiatan ekstra kurikuler, penggunaan media, evaluasi, dll. Dalam segi pembelajaran masih terdapat lagi masalah-masalah yang bisa diidentifikasi dan dipilih sebagai fokus masalah, seperti pembelajaran pemecahan masalah, pembelajaran konstektual, eksprensial, pembelajaran inkuiri-diskaveri, pembelajaran kooperatif dll. Dalam pemilihan fokus masalah atau kegiatan yang ingin dipilih didasarkan atau urgensi dan mafaatnya, serta kemampuan diri dalam melaksanakan kegiatan pemecahan masalah tersebut.
2.      Pengumpulan data
Langkah kedua ini merupakan langkah dengan melakukan kegiatan pengumpulan data berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan yang menjadi fokus masalah. Sebagai contoh masalah yang menjadi dasar adalah pembelajaran kooperatif (pembelajaran yang menekankan aktivitas siswa dalam pembelajaran). Dalam langkah ini seorang guru mengidentifikasi, menghimpun dokumen-dokumen, mengingat-ingat kegiatan pembelajaran, serta hasil pembelajaran yang berkenan dengan pemecahan masalah yang pernah dilakukannya. Topik-topik apa yang dibahas, bagaimana langkah-langkahnya, bagaimana kegiatan guru dan siswa, buku media, dan sumber belajar, keberhasilan yang dicapai, dll.
3.      Analisis dan interpretasi data
Hasil pengumpulan data kemudian dianalisis secara kualitatif , diuraikan, dibandingkan, dikategorikan, disintesiskan, lalu diurutkan secara sistematis. Hasil analisis diinterpretasikan dalam arti diberi makna, baik makna umum maupun makna atau sendiri-sendiri.
4.      Solusi permasalahan
Hasil masalah-masalah yang telah dijabarkan, kemudian dicarikan solusi untuk mencari/mengembangkan cara perbaikan, yang dapat dilakukan dengan mengkaji teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan, berdiskusi dengan teman (guru lain) atau dengan pakar, serta guru dapat menggali pengalaman sendiri. Pengembangan cara perbaikan atau tindakan harus sesuai dengan kemampuan dan komitmen guru sebagai peneliti pelaksana, kemampuan siswa, fasilitas yang tersedia, serta iklim belajar dan iklim kerja di sekolah.
B. Pelaksanaan PTK
Berdasarkan empat kegiatan awal, yaitu identifikasi masalah, pengumpulan data, analisis dan interpretasi data, dan solusi permasalahan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan langkah-langkah umum PTK yang merupakan satu daur atau siklus, yang terdiri dari kegiatan:
1.      Perencanaan
Pelaksanaan tindakan dimulai dengan mempersiapkan rencana pembelajaran dan skenario tindakan, termasuk bahan pelajaran dan tugas-tugas, menyiapkan alat pendukung atau sarana lain yang diperlukan, mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data, dan melakukan simulasi pelaksanaan jika diperlukan.
2.      Pelaksanaan (Tindakan)
Fase tindakan merupakan tahapan pelaksanaan tindakan-tindakan (intervensi) yang telah direncanakan. Pada fase ini peneliti peneliti sudah harus benar-benar menguasai skenario pengajaran sebelum menerapkannya. Fokus perhatian peneliti pada fase bukan pada bagaimana mengimplementasikan rencana atau pada proses peningkatan keterampilan mengajar guru, tetapi pada proses menggunakan strategi yang direncanakan untuk melihat seberapa jauh strategi itu mengatasi masalah yang ingin diatasi. Peneliti disarankan untuk berkolaborasi dengan satu atau lebih kolega yang mengampu mata pelajaran yang sama. Kolaborator tersebut bertugas mengamati implementasi perencanaan dan melihat seberapa jauh strategi itu memecahkan masalah.
3.      Observasi
Observasi merupakan proses pengumpulan data mengenai tingkat keberhasilan strategi yang digunakan untuk memecahkan masalah. Observasi difokuskan pada data yang berhubungan dengan kriteria keberhasilan yang telah ditentukan. Pertanyaan-pertanyaan yang lazim diajukan pada fase observasi adalah: Seberapa efektif strategi yang digunakan memecahkan masalah?, bukan, seberapa baik pengajaran guru?. Atau, seberapa baik strategi pengajaran itu diimplementasikan oleh guru?. Kedua pertanyaan terakhir adalah pertanyaan untuk observasi ketika mahasiswa melakukan praktik mengajar, bukan dalam observasi PTK. Pada fase observasi ini, peneliti dan kolaborator juga menyepakati sumber dan jenis data yang akan dikumpulkan serta teknik dan instrument yang akan digunakan untuk mengumpulkan data tersebut. Proses penjaringan data sesuai dengan kesepakatan yang diambil juga dilakukan pada fase observasi ini.
4.      Refleksi
Refleksi merupakan proses analisis data dan diskusi (keduanya selalu berlangsung tumpang tindih) untuk menentukan sejauh mana data yang dijaring menunjukkan keberhasilan strategi mengatasi masalah. Refleksi juga menunjukkan faktor-faktor apa saja yang mendukung keberhasilan strategi atau persoalan-persoalan tambahan apa yang muncul selama proses implementasi strategi. Analisis terhadap hasil observasi dilakukan dengan membandingkan data yang terjaring dengan kriteria keberhasilan yang telah ditargetkan.
Sebagai contoh, sebuah strategi yang diarahkan untuk meningkatkan kemahiran para guru di sebuah Sekolah Dasar dalam pembelajaran melalui metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, pembelajaran kooperatif dianggap berhasil bila (1) para guru tersebut menyenangi pembelajaran kooperatif tipe STAD, (2) peneliti merasa nyaman menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD, (3) para guru semakin aktif dalam pembelajaran, (4) kemahiran guru menjalankan pembelajaran kooperatif tipe STAD TIK dalam aktivitas pembelajaran, seperti terungkap melalui penilaian siswa yang memberikan nilai rata-rata 4,6 (dalam skala 5) kepada guru melalui angket.
Refleksi yang dilakukan melalui proses analisis data dan diskusi ini berfungsi untuk menilai kriteria keberhasilan yang mana yang sudah tercapai, mana yang belum tercapai dan apa yang menyebabkan kriteria itu belum tercapai. Hasil penilaian ini akan memperlihatkan unsur strategi yang perlu diperbaiki. Dengan demikian peneliti dan kolaborator dapat memperbaiki strategi tersebut secara optimal sehingga pengimplementasian strategi revisi ini nantinya dapat mencapai semua target keberhasilan.
Strategi yang sudah diperbaiki (revised strategy) inilah yang menjadi fase perencanaan (plan) pada siklus kedua, yang nantinya diimplemetasikan, diobservasi, dan direfleksi kembali. Siklus tersebut dapat diulang beberapa kali hingga seluruh kriteria keberhasilan tercapai. Jumlah siklus tidak dapat diprediksi pada awal penelitian. Jika setelah siklus pertama semua kriteria keberhasilan dapat dicapai maka penelitian dapat dihentikan. Namun selama kriteria-kriteria keberhasilan itu belum tercapai, revisi terhadap strategi perlu dilakukan dan siklus berikutnya dilaksanakan.
Dalam melaksanakan tindakan atau perbaikan, observasi dan interpretasi dilakukan secara simultan. Aktor utama adalah guru. Namun, guru dapat dibantu oleh alat perekam data atau teman sejawat sebagai pengamat. Agar pelaksanaan tindakan sesuai dengan kaidah PTK, perlu diterapkan enam kriteria, sebagai berikut:
1.      Metodologi penelitian jangan sampai mengganggu komitmen guru sebagai pengajar
2.      Pengumpulan data jangan sampai menyita waktu guru terlampau banyak
3.      Metodologi harus reliabel (handal) hingga guru dapat menerapkan strategi yang sesuai dengan situasi kelasnya
4.      Masalah yang ditangani guru harus sesuai dengan kemampuan dan komitmennya
5.      Guru harus memperhatikan berbagai aturan (etika) yang berkaitan dengan tugasnya
6.      PTK harus mendapat dukungan dari masyarakat sekolah.

III. KESIMPULAN
Langkah-langkah dalam PTK merupakan satu daur atau siklus yang terdiri dari:
1.       merencanakan perbaikan,
2.       melaksanakan tindakan,
3.       mengamati, dan
4.       melakukan refleksi.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik di sini berarti pihak yang terlibat (guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Diimplementasikan dengan benar berarti sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian tindakan.







DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.  Jakarta: Bumi Aksara.
Masnur Muslich. 2009. Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) . Jakarta: Bumi Aksara.
Mukhlis, A. 2001. Penelitian Tindakan Kelas Konsep Dsar dan Langkah – langkah. Surabaya: Unesa.
Tim pelatih proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Resesearch). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi