ZAKY BIOLOGI

Sabtu, 25 Oktober 2008

matahari sebagai pusat tata surya




MATAHARI SEBAGAI PUSAT TATA SURYA

Diajukan untuk memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah: IPBA

Dosen: Sadirah, M.Fis

Disusun oleh:

Ais Hamidah

Desty destiana

Erni

Abdurrahman

Tarzaki

Kelompok I

Biologi-C/III

DEPARTEMEN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI CIREBON

(STAIN)

2008




BAB I

MATAHARI SEBAGAI PUSAT TATA SURYA

A. MATAHARI

1. DESKRIPSI MATAHARI

MatahariMatahari adalah bintang terdekat dengan Bumi dengan jarak rata-rata 149.680.000 kilometer (93.026.724 mil). Matahari serta kedelapan buah planet (yang sudah diketahui/ditemukan oleh manusia) membentuk Tata Surya. Matahari dikategorikan sebagai bintang kecil jenis G.Matahari adalah suatu bola gas yang pijar dan ternyata tidak berbentuk bulat betul. Matahari mempunyai katulistiwa dan kutub karena gerak rotasinya. Garis tengah ekuatorialnya 864.000 mil, sedangkan garis tengah antar kutubnya 43 mil lebih pendek. Matahari merupakan anggota Tata Surya yang paling besar, karena 98% massa Tata Surya terkumpul pada matahari. Matahari adalah sebuah bintang karena matahari memancarkan cahaya yang dihasilkan sendiri. Matahari dapat memancarkan cahaya dan panas yang amat sangat besar energinya karena dihasilkan dari reaksi fusi nuklir penggabungan inti atom hidrogen

Di samping sebagai pusat peredaran, matahari juga merupakan pusat sumber tenaga di lingkungan tata surya. Matahari terdiri dari inti dan tiga lapisan kulit, masing-masing fotosfer, kromosfer dan korona. Fotosfer adalah Bagian lapisan permukaan yang memancarkan cahaya yang kuat dan menyilaukan. Kormosfer adalah Lapisan gas yang sangat tebal. Dan korona adalah Lapisan atmosfer terluar matahari. Adapun unsur penyusun matahari terdiri dari Hidrogen : 70%, Helium : 25%, Unsur lainnya : 5%. Untuk terus bersinar, matahari yang terdiri dari gas panas menukar zat hidrogen dengan zat helium melalui reaksi fusi nuklir pada kadar 600 juta ton, dengan itu kehilangan empat juta ton massa setiap saat.Matahari dipercayai terbentuk pada 4,6 miliar tahun lalu. Banyaknya kalor yang diterima oleh setiap 1 cm persegi pada bagian atas atmosfir matahari permenit adalah 2 kalori per menit per cm persegi. Energi matahari terjadi karena adanya fusi atau penggabungan inti hidrogen membentuk inti helium serta 2 positron dan energi 24,7 MeV.

Kepadatan massa matahari adalah 1,41 berbanding massa air. Jumlah tenaga matahari yang sampai ke permukaan Bumi yang dikenali sebagai konstan surya menyamai 1.370 watt per meter persegi setiap saat. Matahari sebagai pusat Tata Surya merupakan bintang generasi kedua. Material dari matahari terbentuk dari ledakan bintang generasi pertama seperti yang diyakini oleh ilmuwan, bahwasanya alam semesta ini terbentuk oleh ledakan big bang sekitar 14.000 juta tahun lalu.

2. JARAK MATAHARI DENGAN BUMI

Jarak matahari ke bumi adalah 93.000.000 mil. Jarak ini dipakai sebagai satuan astronomi. Satu satuan astronomi (Astronomical Unit = AU) adalah 93 juta mil = 148 juta km. Dibandingkan dengan bumi, diameter matahari kira-kira 112 kali diameter Bumi. Gaya tarik matahari kira-kira 30 kali gaya tarik bumi. Cahaya matahari menempuh masa 8 menit untuk sampai ke Bumi dan cahaya matahari yang terang ini dapat mengakibatkan siapapun yang memandang terus kepada matahari menjadi buta. Matahari adalah bintang yang tampak paling besar dibandingkan bintang-bintang lain yang bertaburan di angkasa luar karena jaraknya yang sangat dekat, yaitu sekitar 150 juta km. 150 juta kilo meter disebut juga sebagai satuan astronomi. Jarak kedudukan terdekat matahari ke bumi jaraknya adalah 147 juta km disebut Perihelium (1 januari). Sedangkat jarang paling jauh matahari ke bumi yakni kurang lebh sekitar 152 juta km disebut Aphelium (1 juli). Tentu saja saat ini belum ada orang yang menghitung secara langsung jarak matahari ke bumi karena sangat panas dan silau

3. SUHU MATAHARI

Menurut perhitungan para ahli, temperatur di permukaan matahari sekitar 6000 derajat Celsius namun ada juga yang menyebutkan suhu permukaan sebesar 5500 derajat Celsius. Jenis batuan atau logam apapun yang ada di Bumi ini akan lebur pada suhu setinggi itu. Temperatur tertinggi terletak di bagian tengahnya yang diperkirakan tidak kurang dari 25 juta derajat Celsius namun disebutkan juga kalau suhu pada intinya 15 juta derajat Celsius. Ada pula yang menyebutkan temperatur di inti matahari kira kira sekitar 13.889.000°C. Menurut JR Meyer, panas matahari berasal dari batu meteor yang berjatuhan dengan kecepatan tinggi pada permukaan matahari.

Sedangkan menurut teori kontraksi H Helmholz, panas itu berasal dari menyusutnya bola gas. Ahli lain, Dr Bothe menyatakan bahwa panas tersebut berasal dari reaksi-reaksi nuklir yang disebut reaksi hidrogen helium sintetis. Panas matahari pada permukaannya adalah kurang lebih 6 ribu derajat selsius. Sedangkan pada inti matahari temperatur mencapai 150 juta derajat celcius. Dari waktu ke waktu suhu matahari akan diperkirakan semakin dingin dan akhirnya mati bersama planet-planet lain termasuk bumi.

4. PERPUTARAN MATAHARI

Matahari berputar 25,04 hari bumi setiap putaran dan mempunyai gravitasi 27,9 kali gravitasi Bumi. Terdapat julangan gas teramat panas yang dapat mencapai hingga 100.000 kilometer ke angkasa. Semburan matahari 'sun flare' ini dapat mengganggu gelombang komunikasi seperti radio, TV dan radar di Bumi dan mampu merusak satelit atau stasiun angkasa yang tidak terlindungi. Matahari juga menghasilkan gelombang radio, gelombang ultra-violet, sinar infra-merah, sinar-X, dan angin matahari yang merebak ke seluruh tata surya.Bumi terlindungi daripada angin matahari oleh medan magnet bumi, sementara lapisan ozon pula melindungi Bumi daripada sinar ultra-violet dan sinar infra-merah. Terdapat bintik matahari yang muncul dari masa ke masa pada matahari yang disebabkan oleh perbedaan suhu di permukaan matahari. Bintik matahari itu menandakan kawasan yang "kurang panas" berbanding kawasan lain dan mencapai keluasan melebihi ukuran Bumi. Kadang-kala peredaran Bulan mengelilingi bumi menghalangi sinaran matahari yang sampai ke Bumi, oleh itu mengakibatkanterjadinya gerhana matahari

5. MANFAAT MATAHARI

· Matahari mempunyai fungsi yang sangat penting bagi bumi. Energi pancaran matahari telah membuat bumi tetap hangat bagi kehidupan, membuat udara dan air di bumi bersirkulasi, tumbuhan bisa berfotosintesis, dan banyak hal lainnya.

· Merupakan sumber energi (sinar panas). Energi yang terkandung dalam batu bara dan minyak bumi sebenarnya juga berasal dari matahari.

· Mengontrol stabilitas peredaran bumi yang juga berarti mengontrol terjadinya siang dan malam, tahun serta mengontrol planet lainnya. Tanpa matahari, sulit membayangkan kalau akan ada kehidupan di bumi.

· Dimanfaatkan sebagai energi alternatif. Sel surya dan panel surya dapat menghaslkan energi listrik

B. KOMET

1. Deskripsi komet

Komet Hale-BoppKomet adalah benda angkasa yang mirip asteroid, tetapi hampir seluruhnya terbentuk dari gas (karbon dioksida, metana, air) dan debu yang membeku. Komet memiliki orbit atau lintasan yang berbentuk elips, lebih lonjong dan panjang daripada orbit planet. Ketika komet menghampiri bagian-dalam Tata Surya, radiasi dari matahari menyebabkan lapisan es terluarnya menguap. Arus debu dan gas yang dihasilkan membentuk suatu atmosfer yang besar tetapi sangat tipis di sekeliling komet, disebut coma. Akibat tekanan radiasi matahari dan angin matahari pada coma ini, terbentuklah ekor raksasa yang menjauhi matahari.Coma dan ekor komet membalikkan cahaya matahari dan bisa dilihat dari bumi jika komet itu cukup dekat. Ekor komet berbeda-beda bentuk dan ukurannya. Semakin dekat komet tersebut dengan matahari, semakin panjanglah ekornya. Ada juga komet yang tidak berekor. Komet berbeda dengan asteroid, benda tersebut berbahan utama sedan debu.para ahli berpendapat bahwakomet merupakan bola salju kotor.

2. Ciri orbit

Komet mempunyai orbit berbentuk elips. Perhatikan ia mempunyai dua ekorKomet mempunyai orbit berbentuk elips. Ilmuwan Komet bergerak mengelilingi matahari berkali-kali, tetapi peredarannya memakan waktu yang lama. Komet dibedakankan menurut rentangan waktu orbitnya. Rentangan waktu pendek adalah kurang dari 200 tahun dan rentangan waktu yang panjang adalah lebih dari 200 tahun. Secara umumnya bentuk orbit komet adalah elips.Ilmuwan telah memindai sekitar 900 orbit komet beberapa diantaranya memiliki orbit diantara garis edar planet venus dan mars dan memerlukan beberpa tahun untuk berevolusi sementara yang lainnya, memiliki orbit yang eksentris, yaitu berbentuk lonjong dan memerlukan waktu berabad-abad untuk melakukan revolusi.

Komet atau bintang berekor adalah anggota Tata Surya yang mempunyai orbit hiperbola. Ekornya kian panjang bila mendekati Matahari. Begitu panjangnya hingga bisa mencapai 150 juta kilometer, atau sejauh jarak Bumi-Matahari atau biasa dinamakan 1 Satuan Astronomi (SA). Dengan begitu komet bisa dibilang anggota tata surya terbesar.

3. Asal usul komet

Seorang astronom Belanda, Jan Oort mengemukakan teori bahwa Tata Surya dikelilingi awan dengan jari-jari antara 50.000 SA-100.000 SA. Awan ini tersusun dari materi berukuran kecil yang menjadi tempat pembentukan dan kemunculan komet. Untuk menghormati Jan Oort, awan itu lalu dinamai Awan Oort, dengan perkiraan populasi komet sekitar seratus triliun dan bermassa total 10-100 kali massa Bumi. Akibat gangguan bintang-bintang sekitar Matahari terhadapnya, sebagian materi awan jatuh ke bidang Tata Surya, selanjutnya tertarik oleh gravitasi Matahari dan bergerak ke pusat Tata Surya. Fred L Whipple, astronom dari Universitas Harvard, mengusulkan pertama kali di tahun 1950 mengenai struktur komet yang berupa gumpalan es kotor (Dirty Snowballs) berdiameter 1-10 kilometer karena tersusun dari beragam senyawa seperti karbondioksida, sianida, amonia, metana, air, serta berbagai macam logam yang bercampur dengan debu dan batuan. Ketika komet bergerak mendekati Matahari pada jarak kurang dari 3 SA, muncullah selubung gas dan debu yang berukuran 100.000 hingga 1 juta kilometer, yang dinamai Coma. Dalam bahasa latin Coma berarti 'rambut'.

Dari kata inilah sebutan komet berasal. Gas dalam Coma beragam seperti CO, CO, HCN, CH, CN, air dan formaldehid. Coma ini diselubungi oleh awan hidrogen berukuran jutaan kilometer yang muncul dari disosiasi radikal hidroksil (OH) akibat radiasi Matahari pada materi yang ada di Coma. Saat jarak komet kian dekat ke Matahari muncullah ekor komet akibat partikel-partikel yang dipancarkan Matahari (embusan angin Matahari) menguapkan materi yang menyelubungi inti komet. Ada dua jenis ekor Matahari, yaitu ekor ion yang arahnya selalu menjauhi Matahari (segaris arah Matahari-komet), dan ekor debu yang berarah melengkung ke Matahari, akibat tarikan gravitasi Matahari.

Meskipun ekor itu sedemikian panjang, kerapatannya amat kecil, bahkan lebih kecil dari kerapatan ruang hampa yang mampu dibuat di Bumi. Semakin dekat ke Matahari, maka ekor komet kian panjang. Materi yang hilang pun kian banyak. Sebaliknya, ketika menjauhi Matahari, ekor komet memendek. Komet pun kembali ke bentuk semula, namun dengan massa yang telah berkurang, ketika berada jauh dari Matahari menuju ke tempat asalnya. Namun, tidak semua komet memiliki nasib seperti itu. Ada komet yang ditakdirkan hancur akibat gravitasi Matahari seperti Komet West yang ditemukan pada tahun 1976. Selain gravitasi Matahari, juga ada yang tertarik oleh gravitasi planet raksasa, Yupiter, yaitu Komet Halley. Komet yang terkenal ini dihitung elemen orbitnya oleh astronom Inggris, Edmund Halley, pada tahun 1705 dan ditemukan periode orbitnya yaitu setiap 76 tahun sekali. Komet yang juga mengitari planet raksasa akan memiliki bentuk orbit yang amat eksentrik, kelegkungannya besar.

4. Komet yang terkenal

Komet Halley, secara resmi diberi nama 1P/Halley, nama umumnya diberikan menurut nama Edmond Halley, adalah suatu komet yang terlihat dari bumi setiap 75-76 tahun. Komet ini merupakan komet paling terkenal di antara komet-komet periodik lainnya. Walaupun pada setiap abad banyak komet berperiode panjang yang muncul dengan lebih terang dan dahsyat, Halley adalah satu-satunya komet dengan periode pendek yang tampak dengan mata telanjang, dan karenanya merupakan komet yang tampak dengan mata telanjang yang pasti kembali dalam rentang umur manusia. Kemunculannya sepanjang sejarah memiliki pengaruh yang besar terhadap sejarah manusia, walaupun penampakannya tidak dikenali sebagai obyek yang sama sampai abad ke-17. Komet Halley terakhir muncul di tata surya pada tahun 1986, dan akan muncul kembali pada pertengahan 2061. Pada Tahun 2004 ada dua komet yang bisa diamati dengan mata telanjang.

Pada tanggal 7 Mei 2004, salah satu komet itu mencapai kecerlangan maksimum. Di tahun 2004 ada dua komet yang bisa diamati dengan mata telanjang, yaitu Komet C/2001 Q4 (NEAT) dan C/2002 T7 (LINEAR). Dengan bantuan teleskop kecil dan binokular, kedua komet tersebut sudah bisa diamati sejak Februari 2004. Mulai bulan Maret, baru bisa diamati dengan mata telanjang setelah kecerlangannya lebih kecil dari 6 magnitudo semu. Magnitudo adalah skala kecerlangan obyek langit yang terlihat oleh pengamat, semakin kecil magnitudo maka akan semakin terang. Perbedaan sebesar 5 magnitudo setara dengan perbedaan kecerlangan 100 kali. Obyek terlemah yang bisa diamati oleh mata telanjang di langit memiliki magnitudo 6,5. Sebagai perbandingan magnitudo semu matahari sebesar - 26,8 dan bintang langit malam terterang, yaitu Sirius sebesar - 1, 46. Rata-rata bintang yang terang bermagnitudo dari 1 hingga 2. Komet NEAT ditemukan pada 28 Agustus 2001 melalui program Near Earth Asteroid Tracking (NEAT), saat itu magnitudonya 20 setara dengan 400 ribu kali lebih lemah dari bintang teredup yang bisa diamati dengan mata telanjang.

Namun, pada bulan April akan memiliki magnitudo sebesar 1-2 dan mencapai kecerlangan maksimum pada 7 Mei 2004, saat sejarak 48 juta kilometer dari Bumi. NEAT bergerak dalam arah rasi Canis Mayor, melewati Cancer, dan tiba di arah Ursa Mayor pada akhir Mei. Bisa diamati setelah matahari terbenam dari arah Barat-Utara bola langit. Lalu, sekitar tanggal 12-16 Mei ada pemandangan yang menakjubkan dikarenakan keberadaan empat planet terterang, yaitu Venus, Mars, Saturnus, dan Yupiter di sekitar komet. Adapun Komet LINEAR ditemukan melalui program Lincoln Laboratory Near Earth Asteroid Research (LINEAR) pada 29 Oktober 2002 dan akan mencapai kecerlangan maksimum 19 Mei 2004 pada jarak 40 juta kilometer dari Bumi. Komet ini bergerak dari arah rasi Pisces melewati Cetus, Eridanus, dan Lepus menuju Canis Mayor. Pada pertengahan April hingga awal Mei, komet ini bisa dilihat pagi hari di arah timur. Setelah itu, komet akan terlihat di arah Barat, setelah matahari

C. ASTEROID

1. Deskripsi Asteroid

Sabuk asteroid (titik-titik putih).Asteroid adalah benda langit kecil dan padat yang terdapat dalam sistem tata surya kita.Asteroid adalah contoh dari sejenis planet kecil (atau disebut juga planetoida), namun jauh lebih kecil dari sebua planet.Selama 200 tahun Ceres dianggap sebagai asteroid terbesar. Namun pada 23 Agustus 2001, telah ditemukan asteroid yang lebih besar daripada Ceres. asteroid ini bernama 2001 KX 76, lintasan orbitnya di dekat Pluto. Asteroid yang paling kecil mempunyai diameter beberapa puluh meter. Asteroid termasuk benda minor di sistem tata surya, bersama dengan komet dan meteoroid.

Asteroid benda kecil yang terbuat dari batu dan besi, yang berevolusi mengelilingi matahari seperti planet. Diameter asteroid kurang dari 100 km. berbeda dengan planet, asteroid tidak berbentuk bola, tidak beraturan, dan batuan berwarna gelap. Beberapa dapat terperangkap gravitasi seperti mars (phobos dan Deimos) dan beberapa satelit Yupiter.

Sudah sebanyak ratusan ribu asteroid di dalam tatasurya kita diketemukan, dan kini penemuan baru itu rata-rata sebanyak 5000 buah per bulannya. Pada 27 253 Mathilde, Asteroid tipe C.Agustus, 2006, dari total 339.376 planet kecil yang terdaftar, 136.563 di antaranya memiliki orbit yang cukup dikenal sehingga bisa diberi nomor resmi yang permanen. Di antara planet-planet tersebut, 13.350 memiliki nama resmi (trivia: kira-kira 650 di antara nama ini memerlukan tanda pengenal). Nomor terbawah tetapi berupa planet kecil tak bernama yaitu (3360) 1981 VA; planet kecil yang dinamai dengan nomor teratas (kecuali planet katai 136199 Eris serta 134340 Pluto) yaitu 129342 Ependes.

2. Peredaran Asteroid

Dari kiri ke kanan: 4 Vesta, 1 Ceres, BulanDari kiri ke kanan: 4 Vesta, 1 Ceres, Bulan..

Kebanyakan asteroid mengelilingi matahari dengan orbit hampir berbentuk lingkaran. Tetapi beberapa asteroid seperti Icarus dan Apollo memiliki orbit yang sangatt lonjong dimana orbitnya berpotongan dengan bumi. Kini diperkirakan bahwa asteroid yang berdiameter lebih dari 1 km dalam sistem tatasurya tatasurya berjumlah total antara 1.1 hingga 1.9 juta[3]. Astéroid terluas dapam sistem tatasurya sebelah dalam yaitu 1 Ceres, dengan diameter 900-1000 km. Dua asteroid sabuk sistem tatasurya sebelah dalam yaitu 2 Pallas dan 4 Vesta; keduanya memiliki diameter ~500 km. Vesta merupakan asteroid sabuk paling utama yang kadang-kadnag terlihat oleh mata telanjang (pada beberapa kejadian yang cukup jarang, asteroid yang dekat dengan bumi dapat terlihat tanpa bantuan teknis; lihat 99942 Apophis). Massa seluruh asteroid Sabuk Utama diperkirakan sekitar 3.0-3.6×1021 kg, atau kurang lebih 4% dari massa bulan. Dari kesemuanya ini, 1 Ceres bermassa 0.95×1021 kg, 32% dari totalnya. Kemudian asteroid terpadat, 4 Vesta (9%), 2 Pallas (7%), dan 10 Hygiea (3%), menjadikan perkiraan ini menjadi 51%; tiga seterusnya, 511 Davida (1.2%), 704 Interamnia (1.0%), dan 3 Juno (0.9%), hanya menambah 3% dari massa totalna. Jumlah asteroid berikutnya bertambah secara eksponensial walaupun massa masing-masing turun. Dikatakan bahwa asteroida juga memiliki satelit yang bernama Dactyl.

D. METEORIT

1. Deskripsi Meteorit

Bumi terus menerus dihantam oleh berbagai partikel bebatuan yang dating dari sabuk asteroid yang berada diantara planet Mars dan Yupiter. Ditarik oleh gravitasi Bumi, partikel tersebut masuk ke atmosfer Bumi dengan kecepatan yang membahayakan. Partikel kecil yang terbuat dari batu dan partikel debu ini disebut meteoroid. Meskipun terbakar dalam atmosfer, beberapa diantaranya dapat mencapai permukaan bumi; meteorit. Meteorit adalah batu meteor yang berhasil mencapai permukaan bumi. Disebut juga meteor setelah menembus atmosfir bumi tetapi belum mencapai permukaan bumi. Merupakan asteroid kecil yang ketika memasuki atmosfir bumi, gesekan udara menyebabkan meteor menjadi panas dan menimbulkan cahaya sehingga kadang kala disebut bintang jatuh.

Dalam hal penemuan, meteorit terbagi atas dua kelompok yakni “falls” dan “finds”. Kelompok falls adalah kelompok meteorit yang terlihat jatuh dan ditemukan sesaat setelah kejatuhannya di permukaan Bumi. Sementara kelompok finds merupakan kelompok objek yang ditemukan dan dikenali sebagai meteorit, yang telah jatuh di Bumi puluhan, ratusan bahkan ribuan tahun lalu. Meteorit besi jauh lebih banyak ditemukan dalam kelompok finds. Bagi para peneliti planet, meteorit yang paling berharga adalah golongan falls yang ditemukan segera setelah jatuh ke Bumi, karena kontaminasi yang alami akibat cuaca dan lingkungan masih sangat minim.

2. Asal – Usul Meteorit

Hasil pengamatan T. Mothé-Diniz (Brazil) dan D. Nesvorný (USA) menunjukan spektrum asteroid yang mereka temukan memiliki kemiripan dengan chondrite umum, yang merupakan materi meteor yang mirip dengan komposisi Matahari. Dari seluruh meteor yang jatuh di Bumi, sebagian besar diperkirakan berasal dari sabuk asteroid yang berada di antara Mars dan Jupiter. Tampaknya mereka terlontar setelah terjadi tabrakan dan masuk ke dalam orbit yang baru, dan pada akhirnya jatuh ke Bumi.Meteorit dalam perjalanan sejarah tata Surya memiliki peran penting, karena ia merupakan alat utama dalam memahami sejarah Tata Surya. Komposisi meteor merekam proses geologi di masa lalu yang terjadi saat mereka masih bersatu dengan induknya (tubuh utamanya).

Maksud induk atau tubuh utama disini adalah ada sbeuah asteroid yang kemudian ketika terjadi tabrakan melontarkan sejumlah materi keluar dan materi yang terlontar inilah yang kita kenal sebagai meteorit. Masalahnya, astronom seringkali gagal untuk menemukan induk si meteorit yang umum ditemukan di Bumi sehingga tak bisa diketahui spesimen asal si meteorit pada sabuk asteroid. Chondrites umum merepresentasikan 75% dari seluruh meteorit yang berhasil ditemukan.Untuk menemukan asal sumber si meteorit, astronom harus membandingkan spektrum spesimen meteorit dengan asteroid yang diamati. Ini sulit, karena setelah terlontar keluar, proses yang berlangsung di dalam meteorit dan di dalam asteroid yang jadi induknya sudah berbeda. Umumnya, permukaan sering mengalami perubahan akibat proses “cuaca angkasa”, yang berasal dari pergerakan mikrometeorit dan angin matahari. Kedua komponen ini secara progresif merubah spektrum permukaan asteroid, sehingga spektrumnya jadi berbeda dari meteorit yang terkait dengannya.

3. Besarnya tabrakan meteorit ke bumi

Jutaan tahun lalu, tepatnya 65 juta tahun lalu, meteor berjatuhan di Bumi dan menyebabkan terjadinya kepunahan massal. Meteorit-meteorit yang menghujani Bumi itu berdiameter 4 - 6 km. Hasil penelitian ilmuwan menunjukan, meteorit yang menumbuk Bumi pada era cretaceous-tertiary (K-T) 65 juta tahun lalu memiliki diameter sekitar empat hingga enam kilometer. Dan hujan meteroit tersebutlah yang menjadi pemicu terjadinya pemusnahan besar-besaran dinosaurus dan berbagai bentuk kehidupan lainnya yang ada pada masa itu.Dalam penelitian ini, François Paquay, seorang ahli geologi dari University of Hawaii at Manoa (UHM), menggunakan variasi (isotop) elemen osmium yang ada pada sedimen di dasar laut untuk mengukur ukuran meteorit tersebut. Osmium merupakan variasi (isotop) yang jarang ditemukan.

Saat meteorit menabrak Bumi, mereka membawa serta isotop osmium dalam berbagai rasio (perbandingan), dan rasionya juga berbeda dengan level isotop osmium yang normal didapat di lautan.Ketika tiba di Bumi, meteorit yang membawa elemen osmium yang sangat jarang ini kemudian menguap ke area sekitar tempat meteorit itu mendarat. Osmiumnya kemudian tercampur di lautan dengan cepat. Catatan tabrakan yang ada menunjukan adanya perubahan kimiawi lautan terutama di sedimen yang sangat dalam. Analisis dilakukan dengan contoh dari 2 situs, yakni dari Ocean Drilling Program (ODP) situs 1219 (berlokasi di Equatorial Pacific), dan ODP situs 1090 (berlokasi di ujung tepi Africa). Analisis lainnya juga dilakukan terhadap level isotop osmium selama periode Eocene, saat tabrakan besar meteorit terjadi. Hasilnya memperlihatkan adanya perubahan osmium pada sedimen lautan selama tabrakan dan sesudah tabrakan terjadi.

Meteorit Hoba West, Meteorit terbesar yang pernah ditemukan di Namibia pada tahun 1920. berat mencapai 55.000 kg (121.250 pon) meteorit ini jatuh ke bumi sekitar 80.000 th lalu.

KOMET-KOMET YANG TERKENAL

Nama

Tahun ditemukan

Deskripsi

Komet Halley

Lexell

Encke

Great March komet

Great komet

Swift – tuttle

Arend- Roland

Ikeya-seki

Bennett

Kohoutek

West

Shoemaker – Levy 9

Halle bop

Hyakutake

Tabur

1705

1770

1786

1843

1861

1862

1965

1965

1970

1973

1975

1993

1995

1996

1996

Muncul 76 tahun sekali sejak 240 SM

Komet terdekat dari bumi, jaraknya sekitar 2,2 jt km (1,4 jt mil)

Komet berperiode sangat pendek hanya 3,3 th

Memiliki ekor raksasa sepanjang 320 jt km

Memiliki ekor berbentuk kipas yang menakjubkan

Komet induk dari hujan meteor Perseid

Mempunyai anti-tail yang mengarah ke matahari

Komet terang yang mendekat matahari periodenya 880 th

Memiliki ekor melengkung yang indah dan pancaran dari inti kometnya

Difoto oleh wahana penjelajah Pinear

Komet paling terang sejak Ikeya – seki

Hancur bertubrukan dengan Jupiter

Dapat dilihat dengan mata telanjang pada tahun 1997

Komet paling sterang sejak komet west

Diperkirakan akan tampak terang tapi kemudian redup.

FAKTA ASTEROID

Nama

Thn ditemukan

Perkiraan Diameter

Jarak dari matahari

Ceres

Pallas

Vesta

Hygena

Davida

Interamnia

Cybele

Europa

Sylvia

Patientia

Juno

Psyche

Euphrsyne

1801

1802

1807

1849

1903

1910

1861

1858

1866

1899

1804

1852

1854

975 km (605 mil)

535 km (330 mil)

525 km (323 mil)

425 km (265 mil)

325 km (200 mil)

325 km (200 mil)

280 km (175 mil)

280 km (175 mil)

270 km (170 mil)

270 km (170 mil)

265 km (165 mil)

265 km (165 mil)

250 km (155 mil)

2,77

2,77

2,36

3,18

3,06

3,43

3,10

3,49

3,06

2,67

2,92

3,19

FAKTA HUJAN METEOR

NAMA

TGL MAXIMUM

KOMET TERKAIT

PERIODE

Quadrantids

Lyrids

Eta Aquarids

Delta Aquarids

Perseids

Draconids

Orionids

Taurids

Leonids

Geminids

3 Januari

21 April

4 Mei

30 Juli

11 Agustus

9 Oktober

20 Oktober

31 Oktober

16 November

13 Desember

-

1861

Halley

-

Swift – tuttle

Giacobini – Zinner

Halley

Encke

18661

Phaethon

(sebuah asteroid)

-

415 th

76 th

-

105 th

4 th

76 th

3 th

33 th

1,4 th

Kamis, 18 September 2008

Strategi Pembelajaran Sains di Sekolah Menengah Pertama (SMP)

STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Diajukan untuk memenuhi tugas mandiri

Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan

Dosen: Drs. Endang Abdurrahman, MPd

Disusun Oleh:

TARJAKI

07460915

BIOLOGI-C

DEPARTEMEN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) CIREBON

2008




KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat sehingga makalah ini dapat diselesaikan tanpa adanya hambatan dan gangguan. Pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan berupa moril maupun berupa materil. Oleh karena sepantasnyalah penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini.

Makalah yang berjudul “STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS DI SMP” selain bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ilmu Pendidikan juga untuk bekal bagi calon guru sains dalam pembelajaran sains. Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi diri pribadi dan umumnya bagi para pembaca.

Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan makalah ini.

Cirebon, Juni 2008



Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1.2 Rumusan Masalah dan Pemecahanya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1.3 Tujuan dan Manfaat Pembuatan Makalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1.4 Metodologi Pembuatan Makalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1.5 Waktu dan Tempat Pembuatan Makalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB II STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS

DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) . . . . . . . . . . . . .

2.1 Pengertian Sains . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

2.2 Jenis-jenis Pelajaran Sains di SMP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

2.3 Jenis-jenis Strategi Pembelajaran Sains di SMP . . . . . . . . . . . . . . . .

2.4 Metode Pembelajaran Sains di SMP

serta Keunggulan dan Kelemahanya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

2.5 Kendala yang Dihadapi dalam Pembelajaran Sains . . . . . . . . . . . . . .

BAB III FAKTOR-FAKTOR PENUNJANG PEMBELAJARAN SAINS

DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) . . . . . . . . . . . . .

3.1 Faktor Guru . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

3.2 Faktor Motivasi Siswa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

3.3 Faktor Sarana Penunjang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB IV TUJUAN AKHIR SERTA EVALUASI PEMBELAJARAN

SAINS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA . . . . . . . . . . . .

4.1 Tujuan Akhir Pembelajaran Sains di SMP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

4.2 Evaluasi Pembelajaran Sains di SMP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB V PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

5.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

5.2 Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .




BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Di era globalisasi dewasa ini, kehidupan masyarakat banyak dipengaruhi oleh perkembangan sains dan teknologi. Banyak permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari memerlukan informasi ilmiah dalam pemecahanya. Oleh karena itu, literasi sains menjadi kebutuhan bagi setiap individu agar memiliki peluang yang lebih besar untuk menyesuaikan diri dengan dinamika kehidupan.Sains dikembangkan dengan tujuan untuk memahami gejala alam. Rasa keingintahuan mendorong ilmuan utuk melakukan proses penyelidikan ilmiah, atau doing science (Hodson, 1996) , hingga ditemukan suatu jawaban yang kemudian menjadi produk sains, seperti konsep, hukum, prinsip dan teori. Dalam istilah psikologi pengetahuan tentang proses ilmiah itu, disebut pengetahuan prosedural, dan pengetahuan yang berkaitan dengan produk ilmiah disebut pengetahuan deklaratif.

Kecepatan perkembangan sains dan teknologi pada akhir-akhir ini menuntut perlunya pembaharuan dibidang pendidikan dan pengajaran sains baik di negara-negara maju maupun berkembang. Hal ini mengingat bahwa sains dan teknologi berperan dalam meningkatkan kesejahteraan kita baik sebagai individu maupun kelompok masyarakat (Eddy M. Hidayat, 1988:1). Pembaharuan yang dilakukan merupakan upaya untuk mewujudkan tantangan kebutuhan masyarakat akan pendidikan dan pengajaran sains, yang memberikan bekal kepada anak didik sehingga mereka kelak dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan masyarakat yang sudah makin terikat pada kemajuan-kemajuan sains serta hasil-hasilnya di bidang teknologi.

Kita mengetahui bahwa sikap anak didik terhadap sains di sekolah-sekolah di negara kita banyak ditentukan oleh bagaimana guru memberikan pelajaran sains tersebut. Jika guru mengajarkan sains secara murni dalam arti seolah-olah itu tidak ada kaitanya dengan teknologi dan masyarakat maka lambat laun akan tertanam pada diri anak itu sikap dan anggapan bahwa sains, teknologi dan masyarakat seolah-olah berjalan sendiri-sendiri. Sedangkan masalah yang akan dihadapi kelak di masyarakat ternyata sains dan teknologi saling berkaitan.

Dalam pengajaran sains seringkali guru melakukan pengajaran yang modelnya satu arah. Guru lebih sering memberikan informasi tentang pengetahuan sains. Pengajaran dengan model seperti itu menyebabkan siswa tidak termotivasi untuk belajar sains. Belajar dengan hanya menerima informasi dari guru kurang bermakna bagi siswa. Banyak siswa yang menganggap pelajaran sains sebagai pelajaran yang menakutkan, mereka mengingat-ingat kembali penjelasan guru dan menuliskanya lagi pada waktu ujian.

Siswa yang mempelajari sains melalui pengalaman langsung akan lebih menghayati pelajaran sains itu sendiri. Umpamanya dalam pelajaran sains biologi, melalui pengamatan tentang bagaimana mahluk dapat melakukan perkembangbiakan, siswa menemukan fakta bahwa mahluk hidup dapat berkembangbiak melalui beberapa cara. Bila fakta mengenai hal tersebut dibiarkan begitu saja, maka pengetahuan siswa tentang perkembangbiakan kurang bermakna. Bila siswa diajak mendiskusikan peran perkembangbiakan dalam kelangsungan jenis selain beradaptasi dan seleksi alam, maka pengetahuan siswa tentang perkembangbiakan secara umum membekalinya tentang bagaimana cara mempertahankan kelestarian jenis.

Kemajuan yang pesat dari sains mengakibatkan informasi yang dapat dikumpulkan dalam bentuk fakta-fakta ilmiah menjadi berlipat ganda jumlahnya. Masalahnya menjadi semakin kompleks karena pertambahan informasi ini di ikuti pula oleh informasi-informasi yang ada menjadi ditinggalkan karena sudah diganti oleh informasi yang lain yang lebih relevan dan valid. Hal ini mengakibatkan apa yang di pelajari sekarang menjadi tidak cocok lagi kalau menjadi bahan ajar di masa sepuluh tahun yang akan datang.

1.2 Rumusan Masalah dan Pemecahanya

Upaya pembaharuan pendidikan dan pengajaran sains yang dilakukan tidak semulus sebagaimana yang direncanakan , karena permasalahan muncul dalam proses belajar mengajar di sekolah-sekolah khususnya pelajaran sains. Banyak siswa yang menganggap bahwa pelajaran sains adalah pelajaran yang menakutkan.

Dari uraian diatas permasalahan tersebut dirinci menjadi menjadi beberapa pokok diantaranya sebagai berikut:

1. Strategi apa yang di sampaikan oleh guru sains agar pelajaran sains mudah diterima oleh siswa?

2. Bagaimana cara guru sains memotivasi siswa agar senang terhadap pelajaran sains?

3. Bagaimanakah mengevaluasi keberhasilan pelajaran sains?

Pembaharuan pengajaran sains di sekolah dapat ditempuh dengan mengacu pada prioritas pengajaran sains. Kesadaran anak didik dapat dibina dan ditumbuhkembangkan melalui pendidikan sains dengan berbagai pendekatan, sehingga sekolah tidak sekedar menjadikan outputnya hanya dapat membaca saja dan memiliki pengetahuan yang sebenarnya kurang berfungsi dalam mewujudkan kemandirianya, melainkan yang sangat diharapkan adalah lulusan sekolah yang melek sains, melek teknologi dan melek pikir.

1.3 Tujuan dan Manfaat Pembuatan Makalah

Makalah ini dijabarkan menjadi beberapa tujuan khusus, diantaranya sebagai berikut:

1. Membekali calon guru dan guru sains dalam melaksanakan strategi pembelajaran sains di SMP

2. Membekali calon guru dan guru untuk memotivasi siswa dalam pelajaran sains khususnya di tingkat SMP

3. Membekali calon guru dan guru agar mengarahkah siswa SMP dalam pelajaran sains untuk dipergunakan seterusnya.

Pembuatan makalah ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk pengembangan pelajaran sains di SMP, sehingga dapat meningkatkan kemampuan calon guru dan guru sains di SMP.

1.4 Metodologi Pembuatan Makalah

Metode pembuatan makalah ini dilakukan dengan menghimpun buku bacaan dari berbagai sumber yang berkaitan dengan pembelajaran sains itu sendri, baik dari koleksi buku pribadi maupun meminjam dari perpustakaan STAIN Cirebon juga dari perpustakaan umum kota Cirebon.

1.5 Waktu dan Tempat Pembuatan Makalah

Pembuatan makalah ini berlangsung selama beberapa minggu dan dilakukan di beberapa tempat, baik dirumah sendiri yaitu di wilayah Indramayu, maupun di kosan rekan-rekan yang ada di sekitar kampus STAIN Cirebon.




BAB II

PEMBAHASAN

STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

2.1 Pengertian Sains

Pengertian sains atau IPA ternyata mengalami perkembangan dari jaman ke jaman. Pada mulanya sains merupakan pengetahuan biasa, lambat laun pengertianya berubah menjadi pengetahuan yang rasional lepas dari takhayul. Pada mulanya sesuatu dikatakan ilmiah asalkan rasional dan sesuai dengan objeknya. Namun kemudian nampaknya persyaratanya bertambah yaitu haruslah bersifat pragmatis.

Sebagai awalan kami kutipkan pendapat dari Nash, L.K. dalam bukunya The Nature of Natural Science. Ia mengatakan bahwa: “Science is a way of looking at the world” Jadi disini sains atau IPA itu dipandang sebagai suatu cara atau metode untuk dapat mengamati ssuatu, dalam hal ini adalah dunia. Namun kata Nash selanjutnya, cara memandang sains terhadap sesuatu itu berbedadengan cara memandang biasa atau cara memandang seorang filosof misalnya. Cara memandang sains bersifat analitis, Ia melihat sesuatu secara lengkap dan cermat serta dihubungkanya dengan objek yang lain sehingga keseluruhanya membentuk suatu perspektif baru tentang objek yang diamati. lebih lanjut ia menandaskan metode berpikir atau pola berpikir yang tidak sama dengan pola berpikir sehari-hari, berfikirnya harus menjalani refinement sehingga cermat dan lengkap.

Ada satu buku lagi yang juga menjawab pertanyaan “what is science” yaitu yang berjudul UNESCO Handbook for Science Teachers yang diterbitkan oleh UNESCO Paris. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa “Science is what scientists do”. Kalimat tersebut adalah bahwa yang dikerjakan scientis itu ada dua hal, yang pertama adalah mengumpulkan pengetahuan ilmiah sehingga sehingga menjadi Body of scientific knowledge dan yang kedua adalah suatu proses untuk mendapatkan scientific knowledge itu. R. Hare juga menjelaskan tentang sains ia berpendapat bahwa sains adalah suatu kumpulan teori-teori yang telah diuji kebenaranya, manjelaskan tentang pola-pola dan keteraturan dari gejala yang telah diamati secara seksama.

2.2 Jenis-Jenis Pelajaran Sains di Sekolah Menengah Pertama (SMP)

1. Pelajaran Sains Matematika

Dalam mempelajari matematika, tentunya wajar kalau mungkin diantara kita ada yang bertanya ”apa itu matematika ?” . untuk dapat memberikan jawaban yang pasti tentang arti matematika sangatlah sulit. Definisi matematika makin lama makin sukar untuk dibuat secara tepat dan singkat. James dan James (1976) dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan dengan jumlah yang banyak. Matematika timbul karena pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Matematika terdiri dari empat wawasan yang luas ialah aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis.

Kline (1973), mengatakan bahwa matematika itu bukan pengetahuan yang menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi keberadaanya itu untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam. Kemudian Johnson dan Rising (1972) mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logis; matematika itu adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jalas dan akurat.

2. Pelajaran Sains Fisika

Reif (1995) menyatakan bahwa tujuan utama pembelajaran fisika adalah membantu siswa memperoleh pengetahuan dasar secukupnya yang dapat digunakan secara fleksibel. Alasanya tujauan pembelajaran sains bukan untuk mengumpulkan fakta tetapi untuk memperoleh kemampuan mengunakan sejumlah kecil pengetahuan dasar yang berguna dalam memprediksi dan menjelaskan atau memecahkan berbagai masalah.

Siswa hidup dalam dunia yang kompleks dan terus berubah, mereka akan memperolae keuntungan yang sedikit dari pengetahuan yang dihafalkan atau kurang dipahami. Pengetahuan fisika yang diperolehnya akan berguna jika mereka dapat mengolahnya secara fleksibel dengan masalah yang bihadapinya. Dengan demikian pembelajaran fisika yang terlalu berambisi dengan menganggap seolah olah semua siswa SMP akan melanjutkan ke SMA, dan semua siswa SMA akan melanjutkan ke perguruan tanggi, apalagi menganggap mereka yang melanjukan ke perguruan tinggi akan mengambil jurusan fisika, menjadi kurang relevan.

3. Pelajaran Sains Biologi

Kata Biologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Bios dan Logos. Bios berarti Hidup, sedangkan Logos beratri Ilmu. Jadi secara sederhana yang dimaksud dengan biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang segala kehidupan.

2.3 Jenis- Jenis Strategi Pembelajaran Sains di SMP

Strategi dibedakan dari metode. Strategi lebih menekankan pada pendekatan dalam perencanaanya, sedangkan metode lebih menekankan pada tehnik pelaksanaanya. Satu strategi atau pendekatan mungkin mencakup beberapa metode pada pelaksanaanya, begitu pula suatu metode dapat digunakan untuk merealisasikan beberapa pendekatan. Menurut modul Dasar-dasar Pendidikan MIPA yang diterbitkan oleh Depdikbud tahun 1994 jenis-jenis pendekatan atau strategi pembelajaran sains yang digunakan di sekolah menengah pertama (SMP) diantaranya:

  1. Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)

Pembelajaran sains berbasis CBSA bertitik tolak dari anggapan bahwa siswa memiliki potensi untuk berpikir sendiri dan untuk itu siswa harus diberi kesempatan. Dalam pembelajaran sains berbasis CBSA ini, siswa lebih banyak aktif daripada guru, namun tidak berati guru tidak ikut proses belajar mengajar. Dalam hal ini guru berperan sebagai perangsang yang selanjutnya siswa itu sendiri yang harus berfikir memecahkan masalah. Dalam pembelajaran sains berbasis CBSA di SMP pula teknis pelaksanaanya dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya metode tanya jawab dan diskusi, metode eksperimen dan demonstrasi, serta metode penugasan dan proyek, metode tersebut akan dibahas pada bagian selanjutnya.

  1. Strategi Keterampilan Proses

Selain CBSA dunia pendidikan kita juga mendegung-dengungkan penggunaan pendekatan keterampilan proses. Conny Semiawan (1985) mengemukakan, bahwa dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproseskan perolehan (mengamati, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, mengendalikan variabel, mencari hubungan ruang dan waktu, membuat hipotesis, merencanakan penelitian, menafsirkan data, menyusun kesimpulan semsntara, menerapkan serta mengkomunikasikan), anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep, serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Proses belajar mengajar seperti ini akan menciptakan kondisi belajar siswa aktif. Jadi apa yang dikemukakan terdahulu tentang CBSA diperjelas oleh penggunaan pendekatan keterampilan proses ini.

Agar para siswa memperoleh sains sebagai produk dan dan proses, dalam strategi ini harus diikuti beberapa prinsip, diantaranya:

a. Dalam menyusun strategi mengajar, pengembangan keterampilan proses terintegrasi dengan pengembangan produk sains (konsep-konsep perlu di seleksi untuk menghindari banyaknya materi yang harus diajarkan), sebab perkembangan ilmiah anak pada dasarnya merupakan interaksi antara konsep-konsep, keterampilan proses sains, serta nilai-nilai dan sikap-sikap yang timbul akibat dimilikinya keterampilan proses sains.

b. Keterampilan –keterampilan proses sains, mulai dari mengamati hingga mengajukan pertanyaan, tidak perlu merupakan suatu urutan yang harus diikuti dalam mengajar sains, keterampilan-keterampilan itu diperkirakan sesuai dengan tingkat perkembangan anak di SMP.

c. Setiap metode mengajar yang diterapkan dalam pendidikan sains dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses sains.

d. Pendekatan keterampilan proses tidak menunjukan suatu dikthonomi, tetapi menunjukan suatu kontinum.

e. Dalam satu satuan waktu, baik caturwulan maupun semester, seluruh keterampilan proses sains harus pernah dikembangkan, dan tersebar pada seluruh materi yang diajarkan dalam satu satuan waktu tersebut.

  1. Strategi Konstruktivisma dalam Belajar Mengajar

Para kontruktivis menyatakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak. Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun sambil anak (yang belajar) mengatur pengalaman-pengalamanya yang terdiri atas struktur-struktur mental atau skema-skema yang sudah ada padanya. Implikasi pandangan konstruktvis pada pendidikan ialah bahwa dalam mengajar guru seharusnya memperhatikan pengetahuan yang diperoleh anak-anak dari luar sekolah, dan menunjang proses alamiah itu.

Dalam strategi ini guru harus menerima mengajar bukan sebagai proses dimana gagasan-gagasan guru diteruskan pada siswa, melainkan sebagai proses-proses untuk mengubah gagasan-gagasan siswa yang mungkin ”salah”. Salah satu metode mengajar sains untuk menerapkan model konstrktivis ialah pengguanaan siklus belajar yang terdiri atas tiga fase, yaitu fase eksplorasi, fase pengenalan konsep dan fase aplikasi konsep. Selama fase eksplorasi para siswa belajar melalui aksi dan reaksi mereka sendiri dalam situasi baru, misalnya para siswa bereksperimen. Fasa kedua ialah pengenalan konsep, yang biasanya dimulai dengan memperkenalan suatu konsep yang diselidiki dan di diskusikan dalam konteks apa yang telah diamati selama fasa eksplorasi. Sesudah pengenalan konsep, fasa aplikasi menyediakan kesempatan bagi para siswa untuk menggunakan konsep-konsep yang telah diperkenalkan untuk menyelidiki sifat –sifat dalam eksperimen.

  1. Strategi Peta Konsep

Menurut Ausubel gagasan para penganut konstruktivis merupakan dasar teoritis bagi perbedaan antara belajar bermakna (meningful learning) dan belajar hafalan(rote learning). Dalam belajar bermakna pengetahuan baru dikaitkan pada konsep-konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif. Bila dalam struktur kognitif tidak terdapat konsep-konsep yang relevan, pengetahuan baru dipelajari secara hafalan.

Menurut Novak pembuatan peta konsep merupakan suatu teknik, untuk mengungkapkan konsep- konsep dan proposisi-proposisi. Pengungkapan ini dapat digunakan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui para siswa sebelum ia memulai mengajarkan pokok ajaran baru. Cara yang paling baik untuk menolong para siswa belajar bermakna ialah dengan menolong mereka secara eksplisit melihat sifat dan peranan konsep-konsep dan hubungan antara konsep-konsep sebagaimana itu terdapat dalam pikiran mereka dan sebagaimana itu terdapat di luar siswa, dalam buku-buku pelajaran dan pelajaran yang diberikan guru.

  1. Strategi Berbasis Sains, Teknologi dan Masyarakat (STS)

Dalam buku Year book of The National Science Teachers Association, mengenai pendidikan sains yang harus dihubungkan dengan teknologi dan masarakat (Science Technology Society/ STS ). Namun untuk pendidikan dasar 9 tahun di negara kita belum memikirkan kurikulum sejauh itu. Alasanya kurikulum STS merupakan konsep-konsep yang belum dapat diberikan pada anak-anak yang berumur antara 7- 15 tahun, dengan pengetahuan sains yang terbatas.

2.4 Metode Pembelajaran Sains di SMP, serta Keunggulan dan Kelemahanya

Sebagaimana telah disinggung diatas bahwa metode dibedakan dengan strategi , suatu metode dapat digunakan untuk merealisasikan beberapa pendekatan atau strategi, misalnya metode eksperimen untuk pendekatan-pendekatan keterampilan proses, inkuiri, konsep dan lingkungan.

Dibawah ini metode-metode pembelajaran sains yang digunakan di SMP, diantaranya sebagai berikut:

  1. Metode Ceramah

Ceramah merupakan suatu cara penyampaian informasi secara lisan dari seorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan. Kegiatan berpusat pada penceramah dan komunikasi yang terjadi searah dari penceramah kepada pendengar. Metode ceramah ini merupakan metode belajar yang paling banyak dipakai terutama untuk bidang study noneksakta. Hal ini mungkin dianggap oleh guru sebagai metode belajar yang paling mudah dilaksanakan. Dalam metode ini pula murid-murid memperhatikan guru berbicara, mencoba menangkap apa isinya dan membuat penggalan-penggalan catatan.

Pembelajaran sains dengan metode ceramah ini memiliki keunggulan yaitu: dapat menampung kelas besar, tiap murid mempunyai kesempaan yang sama untuk mendengarkan, guru dapat memberikan tekanan terhadap hal-hal yang penting hingga waktu dan energi digunakan seefektif mungkin. Namun disamping memiliki keunggulan, metode ceramah juga memiliki kelemahan yang diantaranya proses belajar mengajar membosankan dan msiswa menjadi pasif, pengetahuan yang didapat lebih cepat terlupakan, ceramah menyebabkan belajar murid menjadi “belajar menghafal”.

  1. Metode Tanya jawab dan Diskusi

Penggunaan metode ini sering sekali dipertukarkan dalam penggunaanya. Asal ada pertanyaan-pertanyaan dari siswa atau guru dikatakan metode tanya jawab. Bila ada beberapa orang berbicara dalam kelompok-kelompok mengenai suatu masalah tertentu dikatakan metode diskusi. Perbedaan kedua metode ini yaitu pada metode tanya jawab pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan sudah di rencanakan sebelumnya, sedangkan dalam diskusi bisa saja muncul pertanyaan, tapi pertanyaan tersebut tidak direncanakan terlebih dahulu, dilontarkan situasional pada waktu membahas topik. Yang penting dalam diskusi justru kesepakatan pendapat peserta diskusi.

  1. Metode Eksperimen dan Demonstrasi

Dalam eksperimen , semua siswa secara perorangan atau kelompok, melakukan sesuatu yang didalamanya ada pengendalian variabel, pengamatan, penyertaan pembanding atau kontrol dan penggunaan alat-alat praktikum. Dalam metode demonstrasi, guru sendiri atau dibantu beberapa orang siswa atau sekelompok siswa memperlihatkan berlangsungnya suatu proses.

  1. Metode Ekspositori

Metode ekspositori sama seperti metode ceramah, tetapi pada metode ini dominasi guru banyak berkurang, karena tidak terus bicara saja. Ia berbicara pada waktu yang diperlukan saja. Murid tidak hanya mendengar dan membuat catatan, dibuatnya juga soal latihan dan bertanya kalau tidak mengerti. Guru dapat memeriksa pekerjaan murid secara individual, dan menjelaskanya kembali secara individual. Pada metode ekspositori murid lebih aktif, murid mengerjakan latihan soal sendiri, mungkin juga saling tanya dan mengerjakanya bersama temanya, atau disuruh membuatnya di papan tulis.

  1. Metode Pemecahan Masalah

Menurut Robert M. Gagne, belajar dengan pemecahan masalah merupakan tipe belajar yang paling tinggi tingkatnya dan kompleks dibandingkan dengan jenis belajar lainya. Walaupun demkian penting bagi siswa sebagai bekal untuk menghadapi masa depanya. Sebab orang tidak bebas masalah. Masalah banyak macamnya: masalah keluarga, tetangga, pekerjaan, pendidikan dan lain sebagainya. Masalah dalam pembelajaran sains bagi murid adalah jika ia mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan ditinjau dari segi kematangan mentalnya, belum mempunyai prosedur untuk menyelesaikanya dan berkeinginan untuk menyelesaikanya.

Karena hal-hal diatas, maka sebenarnya suatu masalah bagi siswa yang satu, belum tentu menjadi masalah bagi yang lain. Oleh karena itu untuk menyelesaikan masalah langkah yang harus diketahui oleh seorang siswa antara lain: merumuskan permasalahan dengan jelas, melaksanakan lagi masalahnya dalam bentuk yang dapat dilaksanakan, menyusun dugaan sementara, menentukan strategi pemecahan, melaksanakan prosedur pemecahan, dan memeriksa hasil pemecahan.

2.5 Kendala yang dihadapi dalam Pembelajaran Sains

Strategi pembelajaran sains pada kenyataanya memiliki banyak kendala, kendala tersebut berasal dari faktor siswa, guru ataupun faktor lainya. Dibawah ini adalah faktor-faktor yang menghambat pembelajaran sains diantaranya:

  1. Faktor siswa

a). Tidak adanya motivasi dari siswa itu sendiri

b). Siswa beranggapan bahwa pelajaran sains sukar untuk dipahami

c). Banyak siswa yang tidak memahami pentingnya pelajaran sains

2. Faktor guru

a). Banyak guru sains yang belum sepenuhnya menguasai bidang study yang diajarkanya.

b). Banyak guru sains yang kurang mengikuti perkembangan sains.

c). Banyak guru sains yang tidak bisa membuat alat-alat peraga.

d). Banyak guru sains yang berprilaku otoriter terhadap siswa,dan tidak mencerminkan seorang guru.

3. Faktor sarana penunjang

a). Ruang kelas yang tidak kondusif, tidak punya perpustakaan

b). Laboratorium dengan alat-alat yang kurang memadai.




BAB III

FAKTOR-FAKTOR PENUNJANG PEMBELAJARAN SAINS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

3.1 Faktor Guru

Untuk menunjang bagaimana terlaksanaya pendidikan sains di SMP harus diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah faktor guru. Kriteria seorang guru yang bermutu dan propesional diharapkan sebagai berikut:

1. Seorang guru sains harus menguasai bidang studi yang diajarkanya.

2. Seorang guru sains harus mempunyai keterampilan membuat atau merakit alat-alat sederhana sebagai media pendidikan

3. Seorang guru sains harus mengikuti perkembangan IPTEK, khususnya bidang study yang diajarkanya.

4. Seorang guru sains harus bisa membimbing siswa melakukan suatu kegiatan berupa pengamatan dan percobaan.

5. Seorang guru sains harus menyadari bahwa siswa tidak akan di didik menjadi seorang spesialis matematika, fisika ataupun biologi.

6. Guru sains tidak selalu mengharapkan jawaban yang benar dari siswa ketika interaksi belajar-mengajar berlangsung. Hal ini dikarenakan siswa sedang berada dalam situasi mencari dan menemukan prinsip, konsep atau hukum sains.

7. Guru sains harus terampil melontarkan pertanyaan untuk merangsang siswa berpikir.

8. Guru sains tidak perlu merasa rendah diri, bila siswa menemukan hal-hal yang baru yang tidak di pahami dan diketahui guru.

9. Guru sains bertindak sebagai fasilitator dan katalisator.

10. Menyadari bahwa banyak teori sains yang hanya dapat dijelaskan dengan logika, dan tidak dapat dibuktikan dengan percobaan.

11. Menyadari bahwa kemampuan, bakat dan minat setiap siswa berbeda beda.

12. Guru sains harus menjadi contoh teladandan figur panutan, terutama dalam soal nilai dan sikap.

3.2 Faktor Memotivasi Siswa dalam Pembelajaran Sains

Telah kita ketahui betapa pentingnnya motivasi dalam kegiatan belajar-mengajar sains. Diantara motivasi yang kita kenal bahwa motivasi terpenting adalah motivasi belajar intrinsik. Namun motivasi ekstrinsik lebih mudah dibangkitkan daripada motivasi instrinsik. Sejalan dengan ini maka berbagai usaha telah dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi ektrinsik untuk belajar.

Beberapa faktor ekstrinsik yang dapat mempengaruhi motivasi belajar di kelas adalah:

  1. Faktor interaksi antara para siswa:

a). Hubungan antarsiswa di kelas harus terjalin baik. Dalam hal ini guru wajib menciptakan kondisi yang menumbuhkan kerjasama yang baikantar seluruh anggota kelas.

b). Persaingan antara para siswa hendaknya persaingan yang sehat. Namun persaingan yang berlebih-lebihan akan berakibat negatif terhadap kemajuan belajar siswa, khususnya bagi mereka yang tidak pernah menang dalam persaingan tersebut. Dalam hal ini guru perlu menentukan kelompok-kelompok siswa yang homogen, untuk menjaga persaingan agar tetap sehat.

c). Rasa keterlibatan diri (egoinvolvement) yang menyebabkan setiap siswa yang ada di kelas tersebut merasa dirinya ikut berperan penting dalam kelasnya. Hal ini dapat diwujudkan jika diberikan suatu tugas yang melibatkan harga diri siswa untuk dipertaruhkan dalam penyelesaian tugas tersebut. Pemilihan tugas seperti ini harus hati-hati dan guru harus dapat memperkirakan bahwa seluruh siswa yang terlibat pasti mempunyai kesempatan untuk berhasil.

2. Faktor interaksi antara siswa dengan guru

a). Guru yang bersikap tertutup pasti ditakuti siswa, sehingga siswa tidak berani bertanya ataupun mengemukakan pendapatnya. Dalam hal ini guru harus bersikap terbuka kepada siswa.

b). Peraturan yang terlalu ketat yang diberikan guru, yang menyebabkan siswa seperti robot-robot tanpa kreasi berfikir sama sekali. Dalam hal ini guru harus bersikap demokratis.

c). Pujian yang diberikan kepada siswa merupakan penguatan atas tugas yang dilakukan dengan benar, sehingga akan menimbulkan motivasi untuk melakukan tugas ang lain sebaik mungkin. Namun pujian yang dilakukan secara terus menerus dapat merusak motivasi belajar siswa, bahkan menimbulkan tanggapan yang negatif dari siswa. Dalam hal ini guru perlu memperhitungkan saat yang tepat untuk menyampaikanya.

d). Hukuman yang diberikan guru dapat dalam berbagai bentuk, seperti pengasingan, celaan, kecaman, dan sindiran terhadap kesalahan siswa. Tetapi motivasi belajar akan timbul melalui hukuman yang tidak berlebihan dan diterapkan pada saat yang tepat. Dalam hal ini yang terpenting adalah menunjukan kepada siswa jalan keluar untuk mengatasi hukuman itu. Bentuk hukuman yang sering diberikan guru adalah teguran.

e). Hal- hal lain yang ikut mewarnai timbulnya motivasi belajar siswa di kelas:

v Tulisan guru harus terbaca oleh seluruh siswa;

v Sikap guru harus dapat menghargai siswa sebagai individu;

v Suara guru harus terdengar oleh seluruh siswa;

v Berpakaian harus sopan agar tidak menjadi bahan cemoohan siswa;

v Adanya kewibawaan guru dalam menangani pengelolaan kelas agar dapat dipatuhi siswa secara spontan..

3. Prinsip- Prinsip Motivasi

Motivasi siswa untuk belajar bermacam-macam yang berasal dari dalam dan luar siswa itu sendiri. Motivasi yang lebih baik berasal dari dalam siswa itu sendiri. Beberapa prinsip yang dapat memberikan motivasi belajar adalah sebagai berikut:

a) Prinsip Kebermaknaan

Seorang murid akan termotivasi untuk belajar secara aktif kalau ia menyadari bahwa apa yang di pelajari sungguh-sungguh bermanfaat baginya.

b) Prinsip Atraktif

Bahan pelajaran yang disampaikan secara menarik akan membangkitkan motivasi belajar. Gaya tarik itu timbul dari penampilan guru atau disampaikan dengan bantuan alat peraga, percobaan atau cara lain yang komunikatif.

c) Prinsip Modeling

Prinsip modeling adalah guru sebagai pribadi teladan, figur panutan dan tingkah lakunya meyakinkan.

d) Prinsip pre-rekuisit

Bahan pelajaran yang diberikan harus sedemikian urutanya sehingga bahan pelajaran terdahulu menunjang bahan pelajaran selanjutnya.

e) Prinsip penyebar jadwal

Berdasarkan pengalaman dan pendapat murid, sekolah harus menysun jadwal sedemikian, sehingga mata pelajaran yang dinilai sulit, ditempatkan pada pertemuan pertemuan pertama dan pada pagi hari.

f) Prinsip Evaluasi Hasil Belajar secara teratur

Evaluasi belajar secara teratur dan hasilnya secara terbuka dikembalikan kepada siswa akan mendidik siswa secara teratur pula. Prinsip ini akan sulit dilaksanakan apabila guru mempunyai beban mengajar yang terlalu banyak.

3.3 Faktor Sarana Penunjang

Faktor lainya yang dapat menunjang siswa adalah faktor sarana penunjang. Biasanya siswa akan termotivasi apabila mereka belajar dengan sarana yang lengkap, seperti ruang kelas yang baik, Faktor laboratorium dengan alat dan bahan yang lengkap. Juga sarana perpustakaan dan sarana belajar lainya.




BAB IV

TUJUAN AKHIR SERTA EVALUASI PEMBELAJARAN SAINS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

4.1 Tujuan Akhir Pembelajaran Sains

Kegiatan belajar mirip dengan suatu perjalanan dari suatu titik awal kegiatan yaitu siswa tidak tahu tentang hal yang akan dipelajari, menuju pada akhir kegiatan yaitu siswa menjadi tahu, melalui proses belajar mengajar. Tujuan belajar dalam proses belajar mengajar di kelas kita kenal sebagai Tujuan Intruksional Khusus(TIK). Dengan memberitahukan TIK kepada siswa diawal pelajaran, maka siswa akan mengetahui kemana ia akan dibawa dalam proses belajar mengajar tersebut. Dengan mengenal tujuan belajar, maka siswa akan lebih giat berusaha untuk mencapai tujuan itu.jadi siswa akan termotivasi belajar.

Menurut Gagne, tujuan belajar ini dapat menggambarkan hasil-hasil belajar yang akan diraih siswa. Hasil –hasil belajar tersebut dikelompokan menjadi lima kategori, diantaranya: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap serta keterampilan motor.

4.2 Evaluasi Pembelajaran Sains

Evaluasi berfungsi untuk mengenal sejauh mana tujuan belajar telah dapat dicapai siswa, sebagai umpan balik bagi guru untuk menilai keberhasilan program belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Evaluasi harus dapat mengukur hasil belajar tersebut.

Evaluasi belajar dalam pembelajaran sains dikenal dengan istilah ulangan, dan sebagai hasilnya dinyatakan dalam bentuk nilai-nilai. Namum pada kenyataanya banyak masalah yang dialami oleh siswa dalam belajar sains, sehingga tidak mengherankan jika hasil ulangan siswa tersebut rendah. Agar evaluasi tidak menimbulkan masalah maka guru sains harus memperhatikan hal-hal berikut ini :

  1. jangan terlalu sering memberikan ulangan, karena sesuatu yang rutin tidak menimbulkan tantangan bagi siswa.
  2. Hasil ulangan yang dikembalikan kepada siswa setelah tenggang waktu yang lama, tidak akan menimbulkan motivasi belajar lagi, karena siswa sudah lupa akan permasalahan yang dibahas.
  3. Soal- soal ulangan harus sesuai tingkat kesukaranya dengan aspek dari tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan lagi sebelumnya.
  4. Pembahasan hasil ulangan yang hasilnya kurang memuaskan dapat pula meningkatkan motivasi belajar siswa.
  5. Waktu pemberian evaluasi tidak perlu selalu berdasarkan perjanjian. Pemberian ulangan secara tiba-tiba dapat pula memotivasi siswa untuk terus- menerus belajar. Tetapi tehnik ini umumnya kurang dapat diharapkan hasilnya.

Dari uraian tersebut, maka agar evaluasi pembelajaran sains memiliki nilai yang diharapkan, dapat berpedoman pada prinsip kebermaknaan yaitu: prinsip prasyarat, prinsip modeling, prinsip menarik, prinsip partisipasi, prinsip penyebaran jadwal, prinsip konsekuen dan kondisi yang menyenagkan serta prinsip komunikasi terbuka.




BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kecepatan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menuntut adanya pembaharuan di bidang pendidikan khususnya pendidikan sains. Hal ini mengingat pentingnya sains dalam memajukan suatu bangsa. Berbagai macam strategi dan metode dilakukan untuk memajukan pendidikan sains tersebut. Diatara strategi yang banyak digunakan di sekolah-sekolah adalah: strategi belajar siswa aktif (CBSA), strategi keterampilan proses, strategi kontruktivisma peta konsep, serta strategi berbasis STS. Namun strategi STS masih belum cocok diterapkan di SMP,hal ini di karenakan konsep STS kurang dipahami oleh siswa SMP yang pengetahuan sainsnya masih sangat terbatas.

Pada kenyataanya pembelajaran sains di SMP tidak sejalan dengan apa yang diharapkan. Hal ini dikarenakan pada proses pembelajaran sains banyak kendala yang dihadapi, baik dari faktor guru sains, faktor siswa itu sendiri, maupun dari faktor sarana penunjang. Oleh karena itu agar pembelajaran sains dapat berjalan dengan yang diharapkan faktor- faktor penghambat pembelajaran tersebut harus dibenahi dan diperbaiki. Selain itu juga faktor yang paling penting dalam pembelajaran sains adalah faktor motivasi, baik motivasi dari dalam siswa maupun motivasi dari luar siswa.

Berbagai macam usaha diatas sebenarnya hanya sebagai faktor penunjang pembelajaran sains. Faktor yang paling penting adalah faktor motivasi siswa itu sendiri dalam belajar sains, apabila sudah ada motivasi dari dalam diri siswa maka siswa tersebut tidak akan menganggap pelajaran sains adalah suatu pelajaran yang sukar untuk dipahami, sehingga tujuan akhir dari pembelajaran sains dapat diharapkan yaitu siswa dapat menjadi tahu tentang pelajaran sains yang dipelajarinya. Apabila tujuan akhir belajar dapat diharapkan maka output yang dihasilkan yaitu siswa melek sains, melek pikir dan melek teknologi.

5.2 Saran

Untuk lebih meningkatkan keberhasilan dalam pembelajaran sains di SMP, maka penulis mengajukan beberapa saran, diantaranya:

1. Seorang guru sains haru bertindak dan bersikap propesional dengan siswa

2. Guru sains harus bisa memotivasi siswanya

3. Bagi sekolah-sekolah yang kurang memiliki sarana penunjang, disarankan memiliki guru yang bisa mencari alternatif lain guna menunjang pembelajaran

4. Seorang guru sains harus bisa menerima kritikan dari siapapun, agar pembelajaran sains dapat ditingkatkan.

Sebagai penutup dari makalah ini, penulis ingin menyampaikan pesan khusus yang harus diingat oleh calon guru atau guru sains, yaitu keberhasilan seorang guru sains bukan dilihat dari berapa banyak materi sains yang diberikan kepada siswa, melainkan berapa banyak materi yang diserap, dipahami, dan dimengerti oleh siswa.




DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pendidikan Menengah. 1995. Evaluasi Efektifitas Pengadaan Alat IPA. Laporan Penelitian. Jakarta: Depdikbud .

Hudojo, Herman. 1979. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Surabaya: Usaha Nasional.

Karso dkk. 1994. Dasar-dasar Pendidikan MIPA. Jakarta: Depdikbud.

Nasution, A. H. 2000. Ilmu Untuk Kehidupan dan Penghidupan. Yogyakarta: Kanisius.

Pramono, Hadi. 2008. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Cirebon: STAIN Press.

Puskur. 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Mata Pelajran Sain Sekolah dasar. Jakarta: Depdiknas.a

Raka Joni, T. 1980. Cara Belajar Siswa Aktif, Implikasinya Terhadap Sistem Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.

Ratna W. Dahar. Kesiapan Guru Megajarkan Sains di Sekolah, Ditinjau dari Segi Pengembangan Keterampilan Proses Sains. Bandung: FSP-IKIP.

Rustad, S. A. Munandar, & Dwiyanto. 2004. Analisa Sarana dan Prasarana Pendidikan SD, SMP, SMA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Suyono. 1981. Usaha-usaha Membangkitkan Minat Terhadap Matematika. Jakarta: Depdikbud.

Wiyanto. 2008. Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kopmpetensi Laboratorium. Semarang: UNNES PRESS..