ZAKY BIOLOGI

Selasa, 07 Juli 2009

Keutamaan membaca, mempelajari dan mengamalkan Al- Qur'an

KEUTAMAAN AL-QUR’AN
A. PENDAHULUAN
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw, sebagai salah satu rahmat yang tidak ada taranya bagi alam semesta. Didalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapa yang mempercayai dan mengamalkanya. Selain itu juga Al-Qur’an adalah kitab suci yang paling akhir diturunkan Allah, yang isinya mencakup segala pokok-pokok syari’at yang terdapat dalam kitab-kitab suci sebelumnya. Karena itu setiap orang yang mempercayai Al-Qur’an, akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk mempelajari dan memahaminya, serta untuk mengamalkan dan mengajarkanya.
Setiap orang Muslim yakin, bahwa membaca Al-Qur’an saja sudah termasuk amal yang mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda, sebab yang dibacanya itu adalah kitab suci Ilahi. Sungguh telah banyak orang yang menghafal Al-Qur’an di luar kepala. Ironisnya pada masa sekarang ini banyak Al-Quran yang hanya menjadi hiasan rumah, dibersihkan tiap hari dari debu namun tidak pernah dibaca, juga berjuta-juta lainya telah menghiasi dinding dengan kaligrafy ayat-ayatnya atau mencari berkah dengan membawa mushaf didalam saku atau mobil mereka, kita malah sering mendahulukan koran daripada Al-Qur’an. seakan-akan telah sangat merugi ketika tidak baca koran satu hari saja. Padahal membaca Al-Qur’an jauh lebih mulia dibanding membaca bacaan yang lainya. Boleh jadi krisis ekonomi dewasa ini, berpangkal dari krisis ahlak, dan masyarakat sudah jauh dari Al-Qur’an.
Dari uraian diatas, kami akan mencoba membahas tentang keutamaan Al-Qur’an bagi kehidupan manusia, dan rumusan masalah yang akan kami bahas adalah sebagai berikut:
1. Apa keutamaan membaca, mempelajari dan mengamalkanya Al-Qur’an menurut hadist ?
2. Bagaimana cara mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an ?
3. Nilai-Nilai tarbawi apa yang dapat diambil dari pokok bahasan tersebut ?

B. SENTRAL HADIST

وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِىِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لاَحَسَدَ اِلاَّ فىِ اثْنَتَيْنِ : رَجُلٌ اَتَاهُ اللهُ الْقُرْاَنَ فَهُوَ يَقُوْمُ بِهِ اَنَاءَ اللَّيْلِ وَاَنَا ءَ النَّهَارِ, وَرَجُلٌ اَتَاهُ اللهُ مَالاً فَهُوَ يُنْفِقُهُ انَاءَ اللَّيْلِ وَاَنَا ءَالنَّهَارِ. (متفق عليه)

Artinya:
Dari Ibnu Umar r.a. dari Nabi saw., beliau bersabda : ”Tidak ada iri hati itu diperbolehkan kecuali dalam dua hal yaitu: seseorang yang diberi kemampuan oleh Allah untuk membaca dan memahami Al-Qur’an kemudian membaca dan mengamalkanya baik pada waktu malam maupun siang; dan seseorang yang dikaruniai harta oleh Allah kemudian ia menafkahkanya dalam kebaikan baik pada waktu malam maupun siang”. ( HR Bukhari dan Muslim ).

C. BIOGRAFI PERAWI
1. Imam Al – Bukhari
Lahir di Bukhara pada bulan Syawal tahun 194 H. Dipanggil dengan Abu Abdillah. Nama lengkap beliau Muhammmad bin Islmail bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari Al Ju’fi. Beliau digelari Al Imam Al Hafizh, dan lebih dikenal dengan sebutan Al Imam Al Bukhari. Ketika berusia sepuluh tahun, Al Imam Al Bukhari mulai menuntut ilmu, beliau melakukan pengembaraan ke Balkh, Naisabur, Rayy, Baghdad, Bashrah, Kufah, Makkah, Mesir, dan Syam.
Guru-guru beliau banyak sekali jumlahnya, begitu juga dengan murid – muridnya, Murid-murid beliau tak terhitung jumlahnya. Di antara mereka yang paling terkenal adalah Al Imam Muslim bin Al Hajjaj An Naisaburi, penyusun kitab Shahih Muslim. Al Imam Al Bukhari sangat terkenal kecerdasannya dan kekuatan hafalannya. Beliau hafal seratus ribu hadist sahih dan dua ratus ribu hadis tidak sahih, hal ini dibuktikan dengan karyanya yang besar di bidang hadits yaitu kitab beliau yang diberi judul Shahih Al Bukhari. Para ulama menilai bahwa kitab Shahih Al Bukhari ini merupakan kitab yang paling shahih setelah kitab suci Al Quran. Al Imam Al Bukhari wafat pada malam Idul Fithri tahun 256 H. ketika beliau mencapai usia enam puluh dua tahun. Jenazah beliau dikuburkan di Khartank, nama sebuah desa di Samarkand.
2. Imam Muslim
Nama lengkap beliau ialah Imam Abdul Husain bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-Qusyairi an-Naisaburi. Dia dilahirkan di Naisabur tahun 206 H. Kehidupan Imam Muslim penuh dengan kegiatan mulia. Beliau meran-tau ke berbagai negeri untuk mencari hadits. Dia pergi ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan negara-negara lainnya. Dia belajar hadits sejak masih kecil, yakni mulai tahun 218 H. Dalam perjalanannya, Muslim bertemu dan berguru pada ulama hadis.
Imam muslim mempunyai kitab hasil tulisannya yang jumlahnya cukup banyak yang paling terkenal dan sangat bermanfat luas, serta masih tetap beredar hingga kini ialah Al Jami’ as-Sahih, terkenal dengan Sahih Muslim. Kitab Sahih ini diterima baik oleh segenap umat Islam. Setelah mengarungi kehidupan yang penuh berkah, Muslim wafat pada 25 Rajab 261 H, dalam usia 55 tahun dan di makamkan di kampong Nasr Abad daerah Naisabur. Semoga Allah Ta’ala mencurahkan rahmat-Nya kepada Al Imam Al Bukhari dan Imam Muslim.

D. Keutamaam Membaca, Mempelajari, mengajarkan dan Mengamalkan Al-Qur’an
1. Keutamaan membaca Al-Qur’an.
Allah swt menurunkan kitabnya yang kekal, agar dibaca oleh lidah-lidah manusia, didengarkan oleh telinga mereka, ditadaburi oleh akal mereka dan menjadi ketenangan bagi hati mereka ( Yusuf Qardhawi, 1999:225). Dari sentral hadist diatas menunjukan betapa pentingnya seorang muslim untuk membaca Al-Qur’an. Rasulullah saw pun mengajarkan tidak boleh kita iri hati kecuali pada dua hal, dan diantaranya adalah kepada orang yang diberi kemampuan oleh Allah untuk membaca dan memahami Al-Qur’an.
Iri hati (حَسَدَ) pada sentral hadist diatas pula maksudnya adalah rasa iri untuk memiliki juga, yaitu berkeinginan untuk mendapatkan kebaikan dan kenikmatan seperti yang didapatkan oleh seseorang yang diirikanya itu. Iri seperti ini adalah iri yang terpuji. Berbeda dengan Iri hati yang bermakna menginginkan agar nikmat dari seseorang lenyap, iri yang seperti ini iri termasuk perbutan dosa.
Al-Qur’an Adalah sebaik-baik bacaan bagi orang muslim, baik dikala senang maupun dikala susah, dikala gembira ataupun dikala sedih. Malahan membacanya bukan saja menjadai amal dan ibadah, tetapi juga menjadi obat dan penawar bagi orang-orang yang gelisah jiwanya Banyak ayat Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah saw yang mendorong kita untuk membaca Al-Qur’an, dengan menjanjikan pahala dan balasan yang besar bagi yang membacanya, termasuk Al-Qur’an di hari kiamat kelak akan menjadi penolong bagi yang membacanya. Sebagaimana Rasulllulah saw bersabda dalam hadis riwayat muslim:

عَنْ اَبىِْ اُمَامَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ اِقْرَءُوا الْقُرْاَنَ, فَاِنَّهُ يَأْتِىْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا لاَِصْحَابِهِ. (رواه مسلم)
Artinya:
Dari Abu Umamah r.a. berkata, ” Saya mendengar Rasullulah saw bersabda : ”Bacalah Al-Qur’an karena sesungguhnya Al-Qur’an itu nanti pada hari kiamat akan datang untuk memberi syafa’at kepada orang yang membacanya” ( HR Muslim ).
Selain itu juga, Rasulullah saw bersabda dalam hadis riwayat Bukhari -Muslim:

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَتْ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلَّذِىْ يَقْرَأُ الْقُرْاَنَ وَهُوَ مَاهِرٌ بِهِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ, وَالَّذِىْ يَقْرَأُ الْقُرْاَنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيْهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ اَجْرَانِ. (متفق عليه)
Artinya:
Dari Aisyah r.a. berkata, Rasulullah saw bersabda : ”Orang yang membaca Al-Qur’an dan ia mahir maka nanti akan bersama-sama dengan para malaikat yang mulia lagi taat. Sedang membaca Al-Qur’an dan ia merasa susah didalam membacanya tetapi ia selalu berusaha maka ia mendapat dua pahala”. (HR Bukhari dan Muslim).
Hadist tersebut menerangkan bahwa orang yang membaca Al-Qur’an mendapatkan dua pahala karena ia diberikan pahala dengan membacanya dan mendapatkan pahala dengan kesulitan yang ia rasakan dalam membaca yang menunjukan kesungguhanya untuk membaca Al-Qur’an, dan kekuatan semangatnya, meskipun sulit ia rasakan. Berapa banyak individu muslim yang berat lidahnya dalam membaca Al-Qur’an, namun ia terus berusaha untuk membaca sehingga lidahnya menjadi ringan. Disamping itu juga untuk meringankan lidahnya dalam membaca Al-Qur’an yaitu dengan belajar dari ahlinya, yaitu ulama yang mahir Al-Qur’an.
Sungguh telah banyak keutamaan orang yang membaca Al-Quran. Bukan hanya pahala bagi yang membacanya melainkan juga pahala bagi yang mendengarnya. Oleh karena itu sepatutnyalah seorang muslim menghiasi bacaan-bacaan Al-Quran dengan suara yang merdu, nyaring dan enak didengar. Sebagaimana sabda Rasulullah saw dalam hadist riwayat Bukhari-Muslim:

وَعَنْ اَبِىْ هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَااَذِنَ اللهُ لِشَئٍْ مَااَذِنَ لِنَبِىٍّ حَسَنِ الصَّوْتِ يَتَغَنىَّ بِالْقُرْاَنِ يَجْهَرُ بِهِ. (متفق عليه)
Artinya:
Dari Abu Hurairah r.a. berkata : ”Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda : ”Allah tidak senang sebagaimana Nabi juga tidak senang mendengar sesuatu suara yang merdu dan keras selain untuk menbaca Al-Qur’an”. ( HR Bkhari-Muslim).

2. Mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an
Setiap muslim yang mempercayai Al-Quran, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab kepada kitab sucinya. Diantara kewajiban dan tanggung jawab itu adalah mempelajari dan mengajarkanya. Belajar dan mengajarkan Al-Qur’an adalah kewajiban suci lagi mulia. Maka dari itu orang yang mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an mendapat predikat sebagai insan terbaik, dan sebaik-baik amalan adalah mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkanya. Sebagaimana sabda Rasullulah saw dalam hadist riwayat muslim :

وَعَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْاَنَ وَعَلَّمَهُ
Artinya:
Dari Usman bin Affan r.a. berkata, Rasullulah saw bersabda: ”sebaik-baik kamu sekalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an ”.(HR Muslim).
Jadi belajar Al-Qur’an itu merupakan kewajiban yang utama bagi setiap muslim, begitu juga mengajarkanya. Belajar Al-Qur’an itu tidak harus spontan, melainkan bertahap dan melalui proses dan tingkatan-tingkatan. Belajar Al-Qur’an mulai dari belajar membacanya sampai lancar dan baik menurut kaidah-kaidah yang berlaku, kemudian belajar arti dan maksudnya sampai mengerti akan maksud-maksud yang terkandung didalamnya, dan yang terakhir yaitu belajar menghafalnya di luar kepala.
Selain mempelajari cara membaca serta mendalami arti yang terkandung dalam Al-Qur’an, yang terpenting adalah mengajarkannya. Jadi belajar dan mengajar adalah dua tugas yang mulia yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Sedapat mungkin hasil yang dipelajari itu terus diajarkan pula, dan demikianlah seterusnya. Didalam tugas mengajarkan Al-Qur’an itu terkandung tiga kemuliaan, yaitu: kemuliaan mengajar, kemuliaan membaca Al-Qur’an sementara mengajar, dan kemuliaan memperdalam maksud yang terkandung didalamnya, (Depag RI. :1982). Dengan mengajar terus-menerus, ia akan menjadi orang yang mahir memahami Al-Qur’an.

3. Mengamalkan Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan pedoman dan tuntunan hidup islam. Sebagai pedoman dan tuntunan hidup, Al-Qur’an diturunkan Allah swt bukan hanya sekedar untuk dibaca secara tekstual, tetapi Al-Qur’an untuk dipahami, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan masyarakat (Said Agil 2005:16). Sungguh telah banyak orang yang menghafal Al-Qur’an di luar kepala. Juga berjuta-juta orang membaca atau mendengarkanya pada waktu pagi, siang, sore dan malam. Juga berjuta-juta lainya telah menghiasi dinding dengan kaligrafy ayat-ayatnya atau mencari berkah dengan membawa mushaf didalam saku atau mobil mereka.
Kita tahu bahwa keberkahan yang sebenarnya dari Al-Qur’an adalah bukan dengan jalan membawa, menggantung, dan menjadikanya hiasan-hiasan didinding, atau ditulis dalam piring lalu diisi air dan diminum airnya, atau lain sebagainya. Akan tetapi keberkahan Al-Qur’an yang sesungguhnya adalah mengikuti dan mengamalkanya. Adapun makna mengikuti Al-Qur’an adalah menjadikanya panutan yang menuntun kita dan kita mengikutinya dari belakang. Bukan sebaliknya ia kita posisika dibelakang kita.
Jadi barang siapa yang memposisikan Al-Qur’an di depanya maka ia akan mengantarkaya ke surga dan barang siapa yang memposisikan Al-Qur’an dibelakangnya maka ia akan melemparnnya kedalam neraka ( Yusuf Qadhrawi, 1999:583).
Sebagaimana dalam hadist riwayat Bukhari-Muslim dijelaskan:
وَعَنْ عُمَرَ بْنِ الخَطَابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : اَنَّ النَّبِيِّ صلّعم قاَلَ : اِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَ االْكِتَابِ اَقْوَاماً وَيَضَعُ بِهِ اَخَرِيْنَ َ(متفق عليه)
Artinya:
Dari umar bin Khathab r.a. bahwasanya Nabi saw. Bersabda : “Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat beberapa kaum dengan Al-Kitab(Al-Qur’an) ini, dan ia akan merendahkan derajat kaum yang lain denganya“. (HR Bukhari Muslim).

Sungguh banyak hadist yang menunjukan kelebihan Al-Qur’an dan ke muliaanya. Diantaranya ada yang berhubungan dengan keutamaan mempelajari dan mengamalkanya, ada yang berhubungan dengan keutamaan-keutamaan membaca dan memperhatikanya, dan ada pula yang berhubungan dengan penghapalan pemantapanya sampai mengamalkanya. Selain itu juga tidak sedikit pula tertera dalam kitab Allah tentang ayat-ayat yang menyerukan kepada orang mukmin untuk menghayati dan menerapkan hukum-hukumnya, disamping seruan untuk mendengarkan bacaanya dengan penuh perhatian ketika dibacakan ayat Al-Qur’an.
Nabi saw bersabda dalam hadis riwayat Muslim, dijelaskan bahwa :
وَعَنِ النَّوَسِ بِنْ سَمْعاَنِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قاَلَ : سَمِعْتُ رسول الله صلّعم يقول : يُؤْفىَ يوْمَ القيمة بالقران وَاَهْلِهِ الَّذِيْنَ كاَنُوْ يَعْمَلوُنَ بِهِ فىِ الدُّنْياَ تَقَدَمُهُ سُوْرَةُ الْتَقَرَةِ وَاَلِ عِمْرَنَ تُحَاجَّانِ عَنْ صاَحِبِهِماَ (رواه مسلم)
Artinya:
Dari An Nawwas bin Sam’an r.a. berkata :“ Saya mendengar Rasullulah saw bersabda: ”Pada hari kiamat nanti akan didatangkanlah Al-Qur’an dan orang –orang yang mengamalkanya didunia, dengan didahului oleh surat Al-Baqarah dan Al-Imran untuk mempertahankan orang yang mengamalkanya. (HR Muslim).
Al-Qur’an merupakan pedoman bagi uamt manusia. Konsep-konsep yang terkandung didalam Al-Qur’an selalu relevan dengan problem yang dihadapi manusia, sekaligus menawarkan pemecahan masalah terhadap problema yang dihadapi. Al-Qur’an bukansaja memuat hubungan manusia degan tuhanya, tetapi juga mengantar hubunga manusia dengan sesamanya, serta hubungan manusia dengan alam sekitarnya
Dalam upaya aktualisasi Al-Qur’an kepada peserta didik, baik dari segi membaca, mempelajari maupun mengamalkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, maka diperlukan adanya peran serta pendidik yang memiliki ahlak Qur’ani. Oleh karena itu seyogianyalah seorang pendidik supaya berbudi pekerti dengan sopan santun Al-Qur’an dan berahlak dengan ahlak Al-Qur’an disamping mengerti menguasai Al-Qur’an itu sendiri. Dalam hal ini maka optimalisasi peran keluarga harus dilakukan, disamping memperkuat lembaga pendidikan formal. Dengan demikian tanggung jawab akan dipikul bersama oleh orang tua, guru dan masyarakat.
Pada lingkungan keluarga menjadikan anak-anak dapat belajar Al-Qur’an mulai semenjak kecil itu, adalah kewajiban orang tuanya masing-masing. Maka dari itu hendaklah orang tua mendidik anak untuk belajar Al-Qur’an semenjak masih kecil. Selain itu juga nilai-nilai ahlak yang mulia hendaknya ditanamkan sejak dini melalui pendidikan agama melalui pembiasaan dan pembudayaan, sehingga kebiasaan itu kemudian di aplikasikan dan dikembangkan dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Sebagaimana sabda Nabi saw dalam hadist riwayat At-Turmuzdy:

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِنَّ الَّذِىْ لَيْسَ فِىْ جَوْفِهِ شَئْ ٌ مِنَ الْقُرْاَنِ كاَلْبَيْتِ الْخَرِبِ. (رواه الترمذى وقال حديث حسن صحيح)
Artinya:
Dari Ibnu Abbas r.a. berkata, Rasullulah saw. Bersabda : ”sesungguhnya seseorang yang didalam dadanya tidak ada sedikitpun Al-Qur’an itu seperti rumah yang kosong.”( HR At Turmudzy).

Di tingkat pendidikan formal peran serta guru dan komponen lainya sangat diperlukan. Oleh karena itu seorang guru hendaknya memiliki sikap dan sifat-sifat Qur’ani disamping memiliki kemampuan dan mahir dalam menguasai Al-Qur’an. Sikap dan contoh keteladaan seorang pendidik dihadapan peserta didik mencerminkan sebuah keyakinan dan diharapkan dapat terwujudnya pendidik yang dapat megaktualisasikan Al-Qur’an itu sendiri.

E. Nilai- Nilai Tarbawi
Di tingkat pendidikan formal peran serta guru dan komponen lainya dalam mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an sangat diperlukan. Oleh karena itu seorang guru hendaknya memiliki sikap dan sifat-sifat Qur’ani disamping memiliki kemampuan dan mahir dalam menguasai Al-Qur’an. Sikap dan contoh keteladaan seorang pendidik dihadapan peserta didik mencerminkan sebuah keyakinan dan diharapkan dapat terwujudnya pendidik yang dapat megaktualisasikan Al-Qur’an itu sendiri.
Untuk memahami islam secara sempurna diperlukan pemahaman terhadap kandungan Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan konsisten, langkah-langkah yang ditempuh untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai kitab kehidupan ialah dengan menciptakan motivasi dan kreativitas generasi islam khususnya dan umat islam pada umumnya untuk mengkaji kandungan ayat suci Al-Qur’an yang mutlak kebenaranya. Maka sepatutnyalah bagi guru, kepala sekolah serta komponen pendidikan lainya untuk mempelajari Al-Qur’an, supaya berbudi pekerti dengan sopan santun Al-Qur’an dan berahlak dengan ahlak Al-Qur’an, yang tujuanya disamping mempelajari ilmu, juga agar mendapat ridha Allah dan kebahagiaan di dunia dan akhirat kelak. Dan hendaknya guru dan siswa mengamalkan semua aspek Al-Qur’an agar dapat menjadi penolong baik didunia maupun diakhirat.
Seorang guru hendaknya menjadikan kitab Allah sebagai sahabat karib, kawan bicara. Jangan sampai ada hari yang dilaluinya, sedangkan tidak menjalin hubungan dengan Allah SWT melalui Al-Qur’an. Dan hendaknya seorang guru tidak berhenti pada batas membaca dan menghafal ayat-ayatnya saja, akan tetapi lebih dari itu, sampai pada perealisasian makna dan kandungan ayat-ayatnya ke dalam segala ucapan, perbuatan, prilaku dan mu’amalat dalam berbagai aspek medan kehidupan, di masjid, di rumah, di jalan raya, di sekolah, dan seterusnya. Maka dari itu, guru adalah seseorang yang berkewajiban melaksana amanah mendidik, mengajar, mengasuh, memimpin, membimbing dan apa saja yang boleh dikaitkan dengan usaha membantu seseorang yang bernama peserta didik menjadi insan yang berilmu pengetahuan, berakhlak mulia serta berguna kepada manusia lainnya. Oleh karena itu, Pendidik bukan sekadar mengajar tulis baca, tetapi lebih penting, ia berperanan membentuk insan dan jiwa kemanusiaan.
Konsep pendidikan Al-Qur’an bukan saja menuntun umat islam untuk bahagia di akhirat, melainkan juga membimbing dalam menjalani kehidupan didunia. Oleh karena itu, sikap dan contoh keteladaan seorang guru dihadapan siswa mencerminkan sebuah keyakinan dan diharapkan dapat terwujudnya peserta didik yang dapat megaktualisasikan Al-Qur’an itu sendiri. Disamping itu juga hendaknya guru mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an kepada peserta didik bukan semata-mata karena tanggungjawab dan kewajibanya, melainkan juga karena semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah swt. Sehingga apabila semua komponen pendidikan mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an diharapkan akan terwujud peserta didik yang tangguh, ber-IMTAQ dan ber-IPTEK guna menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan Khalifah-Nya.

F. Kesimpulan
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw, sebagai salah satu rahmat yang tidak ada taranya bagi alam semesta. Allah swt menurunkan kitabnya yang kekal, agar dibaca oleh lidah-lidah manusia, didengarkan oleh telinga mereka, ditadaburi oleh akal mereka dan menjadi ketenangan bagi hati mereka. Rasulullah saw pun mengajarkan tidak boleh kita iri hati kecuali pada dua hal, dan diantaranya adalah kepada orang yang diberi kemampuan oleh Allah untuk membaca dan memahami Al-Qur’an.
Banyak ayat Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah saw yang mendorong kita untuk membaca dan mengamalkan Al-Qur’an, dengan menjanjikan pahala dan balasan yang besar bagi yang membacanya, termasuk Al-Qur’an di hari kiamat kelak akan menjadi penolong bagi yang membacanya. Al-Qur’an Adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mukmin, baik dikala senang maupun dikala susah, bukan saja mendapat pahala bagi orang yang membacanya, melainkan bagi yang mendengarkanya, apalagi bagi yang mengamalkan dan yang mengajarkanya. Oleh karena itu sepatutyalah kita jadikan Al-Qur’an sebagai kebutuhan kita sehari-hari.
Kita tahu bahwa keberkahan yang sebenarnya dari Al-Qur’an adalah bukan dengan jalan membawa, menggantung, dan menjadikanya hiasan-hiasan didinding, atau ditulis dalam piring lalu diisi air dan diminum airnya, atau lain sebagainya. Akan tetapi keberkahan Al-Qur’an yang sesungguhnya adalah mengikuti dan mengamalkanya. Adapun makna mengikuti Al-Qur’an adalah menjadikanya panutan yang menuntun kita dan kita mengikutinya dari belakang. Bukan sebaliknya ia kita posisika dibelakang kita.
Begitu juga di bidang pendidikan, sepatutnyalah bagi pendidik dan peserta didik untuk selalu berinteraksi dengan Al-Qur’an, baik dengan membacanya, mempelajarinya, mengamalkanya, serta mengajarkanya. Disamping itu juga seorang pendidik harus bisa mengamalkan, memanamkan dan mengajarkan nilai-nilai Qur’ani dalam diri peserta didik, agar mereka dapat menjadi manusia yang ber-IMTAQ dan ber-IPTEK.














Daftar pustaka

Shabir, Muslich. Riyadlus Shalihin; Jilid II. Semarang: Toha Putra
Aminuddin. 1999. Studi ILmu Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.
Al-Qaradhawi, Yusuf. 1999. Berinteraksi dengan Al-Qur’an; alih bahasa oleh Abdul Hayyie Al-Kattany. Jakarta: Gema Insan Press.
DEPAG RI. 1982. Al-Qur’an dan Terjemahanya. Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an Depag RI.
Anonim. 2007. Berdekat-dekatlah dengan Al-Qur’an. http://www.dakwatuna.com Di akses 8 Mei 2009.

BUDIDAYA UDANG WINDU “PERHIMPUNAN PETANI TAMBAK” DI DESA WANAKAYA KECAMATAN GUNUNG JATI KABUPATEN CIREBON.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah
Cirebon merupakan salah satu kota di Indonesia yang terkenal dengan sebutan kota udang. Entah siapa yang mengawali sebutan itu, yang jelas daerah cirebon merupakan daerah yang banyak menghasilkan udang hal ini dikarenakan daerah cirebon merupakan daerah pesisir pantai yang penduduknya banyak bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani tambak. Salah satu yang banyak dikembangkan masyarakat pesisir cirebon adalah tentang budidaya tambak udang. Hal ini disebabkan lokasinya yang dekat pantai sehingga dapat mempermudah budidaya udang tersebut.
Begitu juga dengan masyarakat desa wanakaya, kecamatan gunung jati, kabupaten cirebon, masyarakatnya banyak yang bermata pencaharian sebagai petani tambak udang. Salah satunya adalah tambak udang milik bapak abbul halim, dilatarbelakangi oleh peluang yang menjajnikan dan lokasi yang strategis, beliau mengembangkan tambak udang didaerahnya.
Dari uraian diatas kami akan mencoba membahas budidaya udang sebagai mata pencaharian warga desa wanakaya. Dan rumusan masalah yang akan kami bahas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara budidaya udang windu Perhimpunan Petani Tambak desa wanakaya, kecamatan gunung jati kabupaten cirebon?
2. Bagaimana struktur, dinamika, institusi, interaksi, tindakan, solidaritas, etos dan etika, serta kebersamaan “perhimpunan petani tambak” desa wanakaya dalam budidaya udang windu?

B. Proses Observasi
Proses observasi yang kami lakukan yaitu dengan observasi langsung ke daerah tambak yang ada di desa wanakaya, kecamatan gunung jati, kabupaten cirebon. Selain itu juga kami melakukan wawancara dengan ketua ”perhimpunan petani tambak desa wanakaya” yaitu bapak Abdul Halim.

C. Gejala-Gejala yang diamati
Perhimpunan petani tambak desa wanakaya memiliki anggota 10 orang. mereka tergabung kedalam perhimpunan petani tambak desa wanakaya karena memiliki kesamaan terutama pada mata pencaharianya yaitu sebagai petani tambak. adapun gejala-gejala yang kami amati adalah sbb:
- Proses budidaya udang windu petani tambak desa wanakaya.
- Struktur, dinamika, institusi, interaksi, tindakan, solidaritas, etos dan etika, serta kebersamaan “perhimpunan petani tambak” desa wanakaya dalam budidaya udang windu




BAB II
BUDIDAYA UDANG WINDU “PERHIMPUNAN PETANI TAMBAK” DI DESA WANAKAYA KECAMATAN GUNUNG JATI KABUPATEN CIREBON.

A. Teknis Budidaya
meliputi beberapa faktor, yaitu :
1. Syarat Teknis
- Lokasi yang cocok untuk tambak udang yaitu pada daerah pantai yang mempunyai tanah bertekstur liat atau liat berpasir yang mudah dipadatkan sehingga mampu menahan air dan tidak mudah pecah.
- Air yang baik yaitu air payau dan bebas dari pencemaran bahan kimia berbahaya.
- Mempunyai saluran air masuk dan saluran air keluar yang terpisah.
- Mudah mendapatkan sarana produksi yaitu benur, pakan, pupuk , obat-obatan dan lain-lain.
2. Tipe Budidaya.
Budidaya udang windu ”perhimpunan petani tambak desa wanakaya” masih mengembangkan tambak udang ekstensif atau tradisional. Hal ini dapat dilihat dari ciri-cirinya yaitu: Ukuran dan bentuk petakan tidak teratur, belum mengantungkan sepenuhnya pada pengunaan pupuk dan obat-obatan dan program pakan tidak teratur.
.
3. Benur
Benur didapatkan dari daerah Losari Cirebon, dan Juntinyuat-Indramayu. Biasanya petani membelinya seharga Rp 15,-/ ekor. Uji kualitas benur dapat dilakukan secara sederhana, yaitu letakkan sejumlah benur dalam wadah panci atau baskom yang diberi air, aduk air dengan cukup kencang selama 1-3 menit. Benur yang baik dan sehat akan tahan terhadap adukan tersebut dengan berenang melawan arus putaran air, dan setelah arus berhenti, benur tetap aktif bergerak.
4. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan, meliputi :
- Pengangkatan lumpur. Setiap budidaya pasti meninggalkan sisa budidaya yang berupa lumpur organik dari sisa pakan, kotoran udang dan dari udang yang mati. - Kotoran tersebut harus dikeluarkan karena bersifat racun yang membahayakan udang. Pengeluaran lumpur dapat dilakukan dengan cara mekanis menggunakan cangkul atau penyedotan dengan pompa air.
- Pembalikan Tanah. Tanah di dasar tambak perlu dibalik dengan cara dibajak atau dicangkul untuk membebaskan gas-gas beracun yang terikat pada pertikel tanah, untuk menggemburkan tanah dan membunuh bibit panyakit karena terkena sinar matahari/ultra violet.
- Pengapuran. Bertujuan untuk menetralkan keasaman tanah dan membunuh bibit-bibit penyakit
- Pengeringan. Setelah tanah dikapur, biarkan hingga tanah menjadi kering dan pecah-pecah, untuk membunuh bibit penyakit.

5. Pemasukan Air
Setelah dibiarkan 3 hari, air dimasukkan ke tambak. Pemasukan air yang pertama setinggi 10-25 cm dan biarkan beberapa hari, untuk memberi kesempatan bibit-bibit plankton tumbuh. Setelah itu air dimasukkan hingga minimal 80 cm.
6. Penebaran Benur
Tebar benur dilakukan setelah air jadi, yaitu setelah plankton tumbuh. Penebaran benur dilakukan dengan hati-hati, karena benur masih lemah dan mudah stress pada lingkungan yang baru.
7. Pemeliharaan
Pada awal budidaya, sebaiknya di daerah penebaran benur disekat dengan waring atau hapa, untuk memudahkan pemberian pakan. Sekat tersebut dapat diperluas sesuai dengan perkembangan udang, setelah 1 minggu sekat dapat dibuka. Pada bulan pertama yang diperhatikan kualitas air harus selalu stabil. Penambahan atau pergantian air dilakukan dengan hati-hati karena udang masih rentan terhadap perubahan kondisi air yang drastis.
8. Panen.
Udang dipanen disebabkan karena tercapainya bobot panen (panen normal) dan karena terserang penyakit . Panen normal biasanya dilakukan pada umur kurang lebih 120 hari. Sedang panen darurat dilakukan jika udang terserang penyakit yang ganas dalam skala luas (bintik putih). Karena jika tidak segera dipanen, udang akan habis/mati.
Udang yang dipanen dengan syarat mutu yang baik adalah yang berukuran besar, kulit keras, bersih, licin, bersinar, alat tubuh lengkap, masih hidup dan segar. Penangkapan udang pada saat panen dapat dilakukan dengan jala tebar atau jala tarik dan diambil dengan tangan. Saat panen yang baik yaitu malam atau dini hari, agar udang tidak terkena panas sinar matahari sehingga udang yang sudah mati tidak cepat menjadi merah/rusak.
9. Pakan Udang.
Pakan udang yaitu pakan alami yang terdiri dari plankton, siput-siput kecil, cacing kecil, anak serangga dan detritus (sisa hewan dan tumbuhan yang membusuk). Pelet udang dibedakan dengan penomoran yang berbeda sesuai dengan pertumbuhan udang yang normal.
10. Penyakit
Beberapa penyakit yang sering menyerang udang adalah ;
- Bintik Putih. Penyakit inilah yang menjadi penyebab sebagian besar kegagalan budidaya udang.

B. Struktur, Dinamika, institusi, Interaksi sosial, tindakan, solidaritas, etos dan etika, serta kebersamaan “perhimpunan petani tambak” desa wanakaya dalam budidaya udang windu.

Menurut Herbert Spencer dalam teori evolusinya, masyarakat yang dinamis itu akan selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman. masyarakat ibarat organisme biologis yang hidup dinamis, berkembang secara evolusi, dan saling terkait (terstruktur) atau terikat dalam suatu sistem sosial. masyarakat manusia tumbuh dan berkembang secara evolusi, berlangsung tahap demi tahap mengikuti hukum alam yang universal, berlaku bagi seluruh manusia kapan dan dimanapun adanya, ( Abdullah Ali, 2007:9 ).
Agust Comte memahami masyarakat dari segi struktur, dinamika, institusi, dan interaksi sosialnya. Begitu juga dengan kondisi ”perhimpunan petani tambak desa wanakaya”, dari tahun ketahun mengalami perubahan. Dari segi struktur ”petani tambak desa wanakaya” memiliki keterkaitan satu sama lainya, pada awalnya mereka berjalan sendiri-sendiri, namun adanya kesamaan latar belakang akhirnya mereka menyadari bahwa mereka saling membutuhkan satu sama lain. Misalnya dalam hal cara budidaya udang , mereka saling berbagi pengetahuan cara budidaya udang. Selain itu juga komunikasi antar individu dalam kelompok tersebut berjalan dengan lancar dan menunjukan hal yang positif, mereka saling membantu satu sama lain, hal ini dibuktikan dengan adanya pertemuan rutin tiap dua minggu sekali selain untuk mempererat silaturahmi juga untuk membahas semua hal tentang budidaya udang windu termasuk kendala-kendala yang dihadapinya serta solusinya.
Selain itu ”petani tambak desa wanakaya” mengalami perubahan yang walaupun lambat tetapi menunjukan kearah yang lebih baik. Hal ini dibuktikan dari kesejahteraan yang mereka alami. Pada awalnya ”perhimpunan petani tambak desa wanakaya” memiliki kesejahteraan yang kurang mencukupi, namun dengan beralihnya menjadi petani tambak udang kesejahteraan mereka sekarang ini terbilang sangat layak. Keinginan untuk mencapai status dan pengasilan yang lebih tinggi daripada apa yang pernah dicapai oleh orang tua mereka merupakan motivasi terbesar dari ”perhimpunan petani tambak desa wanakaya”. Meskipun demikian yang namaya kegagalan dalam budidaya udang kerap mereka alami, namun prinsip mereka tetap optimis dan yang namanya kegagalan dan keberhasilan adalan sesuatu hal yang biasa dalam dunia usaha. Dari pernyataan tersebut kalau ditinjau dari ilmu sosiologi adalah termasuk kedalam mobilitas sosial.
Jika kita berbicara menyangkut mobilitas sosial, biasanya kita berfikir tentang perpindahan dari suatu tingkat ketingkat lainya. Menurut Paul B Horton mengatakan bahwa mobilitas sosial dapat diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainya. dari pengertian mobilitas tersebut, ”perhimpunan petani tambak desa wanakaya” mengalami mobilitas yang naik dan menurun. Mobilitas naik terjadi ketika ”perhimpunan petani tambak desa wanakaya” mengalami keberhasilan dan keuntungan yang besar dari budidaya udang windu tersebut. Sedangkan mobilitas menurun terjadi ketika ”perhimpunan petani tambak desa wanakaya” mengalami gagal panen dan kerugian dalam budidaya udang tersebut.
Menurut Paul B Horton dan Chester L Hunt tingkat mobilitas pada masyarakat modern salah satunya di tentukan oleh faktor struktur, yakni faktor yang menentukan jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang harus diisi dan kemudahan untuk memperolehnya. Setiap masyarakat memiliki jumlah kedudukan tinggi dan kedudukan rendah yang harus diisi, yang berbeda dengan masyarakat lainya. Masyarakat yang kegiatan ekonominya terutama bergantung pada bidang pertanian memiliki banyak kedudukan yang berstatus rendah, dan sedikit yang berstatus tinggi.
Solidaritas ”perhimpunan petani tambak desa wanakaya” terbilang kuat. mereka saling membantu satu sama lain, memecahkan solusi secara bersama-sama, sehingga antar individu dalam kelompok tersebut memiliki rasa persaudaran yang erat, hal ini dikarenakan kesamaan prinsip yang mereka anut juga karena adanya kesaman dalam pekerjaan dan nili-nilai agama yang mereka anut. Dengan terbentuknya ”perhimpunan petani tambak desa wanakaya” antar individu dalam kelompok tersebut dapat mempererat ukuwah islamiyah diantara mereka, sehingga tercipta keharmonisan yang berdasarkan nilai-nilai moral, yang pada akhirnya eratnya persaudaran diantara mereka dapat menghilangkan konflik- konflik yang kadang-kadang terjadi.
Kalau dikaji secara mendalam terlihat bahwa konsep solidaritas yang mereka praktekan sesuai dengan konsep Ashabiyyah yang dikemukan oleh Ibnu Khaldun. berikut kutipan Zainab Al-Khudairi yang kami kutip dari buku Antropologi Dakwah, karya; Dr. H. Abdullah Ali, M.A.
Sebab pertentangan atau konflik menurut konsep Ibnu Khaldun lebih disebabkan oleh pemahaman atau persepsi yang keliru terhadap makna ’ashabiyyah’ yang dianut oleh masyarakat jahiliyah sebelum lahirnya islam. konsep Ashabiyyah Jahiliyah jelas merupakan perilaku yang tidak terpuji, timbul karena rasa sombong, takabur dan keinginan unruk bergabung dengan suku yang kuat dan terhormat, sehingga sering menimbulkan konflik antar suku-suku yang ada disekitarnya. padahal konsep Ashabiyyah sebenarnya mengandung nilai-nilai solidaritas sosial berdasarkan ajaran agama, sesuai dengan makna ’Ashab’ yang berarti hubungan atau ’ishabah’ yang berarti ikatan. Jadi ”Ashabiyyah” berarti ikata mental yang menghubungkan orang-orang secara kekeluargaan.
Selain itu juga, ”perhimpunan petani tambak desa wanakaya” dalam interaksinya menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas, misalnya pada saat mereka bertemu ditambak, mereka saling menghargai dan menghormati satu sama lainya, dalam interaksi tersebut bahasa yang mereka gunakan sama sekali tidak mengunakan bahasa preman (kasar). dalam pertemuan rutin juga solidaritas begitu tampak ketika tambak mereka tercemar oleh limbah dari tambak modern yang dimiliki orang asing. dalam pertemuan itu mereka masalah limbah tersebut yang selanjutya menghasilkan kesepakatan untuk melakukan tindakan dan relisasi dari tindakan tersebut yaitu mereka secara bersama-sama melakukan protes terhadap perusahaan tambak modern tersebut.










BAB III
KESIMPULAN
Budidaya udang windu ”perhimpunan petani tambak desa wanakaya” masih mengembangkan tambak udang ekstensif atau tradisional. Hal ini dapat dilihat dari ciri-cirinya yaitu: Ukuran dan bentuk petakan tidak teratur, belum mengantungkan sepenuhnya pada pengunaan pupuk dan obat-obatan dan program pakan tidak teratur. Walaupun demikian penghasilan yang didapatkan dari budidaya udang windu tersebut cukup besar dan sangat membantu perekonomian mereka.
Budidaya udang windu ”perhimpunan petani tambak desa wanakaya” merubah status mereka dari kurang sejahtera menjadi lebih sejahtera, walaupun kadang kegagalan dalam budidaya tersebut mereka alami, tapi mereka berprinsip optimis karena bagi mereka pada dasarnya semua usaha yang namanya keuntungan dan kerugian sebagai hal yang biasa, tetapi hal yang terpenting bagi mereka adalah ketika keuntungan dan kerugian mereka alami, mereka selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah swt, serta selalu mengevaluasi dan mencari sosulinya secara bersama-sama.






DAFTAR PUSTAKA
Ali, Abdullah. 2004. Antropologi Dakwah. Cirebon: KPI Stain Press
Ali, Abdullah. 2007. Sosiologi Pendidikan & Dakwah. Cirebon: Stain Press.
Horton, Paul B dan Chester L Hunt. Sosiologi; edisi keenam alih bahasa oleh Aminuddin Ram. Jakarta: Erlangga.
Ritzer, George & Douglas J Goodman. 2005. Teori Sosiologi Modern; edisi keenam cetakan ketiga, alih bahasa oleh Alimandan. Jakarta: Prenada Media.
Abror Yudi Prabowo. 2007. Budidaya udang. http://teknis-budidaya.blogspot.com. Diakses 3 Mei 2009.

Bagaimana Bimbingan Dan Konseling di PT..??

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini perkembangan kondisi ekonomi, social, budaya masyarakat semakin pesat. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada dorongan untuk mengejar ketertinggalannya sehingga dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dapat ikut serta memasuki zaman informasi yang pada akhirnya terciptalah era globalisasi. Era globalisasi mengharuskan setiap komponen dari masyarakat untuk berpacu, meningkatkan kompetensi sehingga mampu menjawab tantangan zaman. Begitu juga halnya dengan lembaga pendidikan, sebagai pencetak generasi penerus bangsa, lembaga pendidikan sudah semestinya bertanggung jawab secara penuh dan terarah untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa agar mampu bersaing, termasuk di dalamnya kemampuan untuk mempersiapkan diri untuk masuk ke dunia karir yang diminatinya.
Sebenarnya belajar diperguruan tinggi bukan suatu pekerjaan yang berat, karena tidak terlalu padat seperti belajar di SMA. diperguruan tinggi, mahasiswa hanya mengikuti kuliah pada hari-hari dan jam-jam tertentu saja. kondisi tersebut sebenarnya menguntungkan, karena mahasiswa dapat memanfaatkan waktu yang tersedia dengan berbagai macam kegiatan, baik akademik maupun non akademik. namun dalam kenyatanya ada saja problematik yang sering ditemui para mahasiswa, seperti kesulitan mengikuti perkuliahan, kejenuhan dan kemalasan,kurang motivasi, ketidakmampuan mengelola waktu, keuangan, pergaulan, indekost, masalah cinta dll.
Semua problematika diatas sebenarnya suatu hal yang biasa dalam kehidupan mahasiswa. mahasiswa memang sedang mengalami transisi dari remaja menuju dewasa. mengatasi problematika tersebut tidaklah mudah. Sebagai mahasiswa memang sedikit banyak harus mengatasi masalahnya sendiri. Namun mengapa banyak mahasiswa yang nilai IP-nya minim, kuliahnya terkatung-katung dan tidak kunjung usai.
Pada penelitian yang ditemukan Kramer, dkk (dalam Herr, 1996:292) terhadap mahasiswa Universitas Cornell ditemukan 48 % mahasiswa laki-laki dan 61 % mahasiswa perempuan mengalami masalah dalam pilihan dan perencanaan karir. Penelitian lain menemukan bahwa sebagian mahasiswa yang memasuki perguruan tinggi di Amerika menginginkan adanya pendampingan dalam perencanaan karir atau pilihan karir. Dari penelitian tersebut ditemukan betapa butuhnya mahasiswa terhadap pembimbingan (Assistance) terhadap karir yang akan ia tuju. Agus Rianto (2006) mengemukakan banyak tantangan yang akan dihadapi mahasiswa dalam menentukan karir, diantaranya adalah ketidak pastian karir, pengaksesan informasi dan program pengembangan karir, dan tantangan-tantangan ekonomi dan teknologi. Untuk mengantisipasi tantangan-tangan ini perlu bagi perguruan tinggi untuk memberikan pelayanan yang optimal terhadap perkembangan karir mahasiswa
A.Muri Yusuf, (2006) mengatakan program Konseling Karir di perguruan tinggi, lebih banyak dikemas untuk: (1) mendorong perkembangan karir, (2) menyediakan treatment dan (3) menolong dalam penempatan. A.Muri Yusuf menegaskan bahwa kemasan konseling karir disatuan pendidikan banyak diwarnai oleh tujuan dan tingkatan satuan pendidikan disatu pihak dan perkembangan diri individu sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya dipihak lain. Melalui pendidikan tiap individu mendapatkan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan serta penanaman sikap dan nilai-nilai sesuai dengan tujuan satuan pendidikannya.
Mahasiswa sebelum memasuki perguruan tinggi pada umumnya telah menentukan pilihan program studi ataupun jurusan yang akan diambilnya berdasarkan pengetahuan, minat dan bakat serta jenis pekerjaan yang akan diembannya setelah menamatkan pendidikannya nanti.
Pendidikan tinggi dalam hal ini jurusan atau pun program studi telah mempersiapkan seperangkat paket pembelajaran (kurikulum) yang harus diselesaikan mahasiswa dalam waktu tertentu (3 tahun untuk tingkat akademi, dan 4 tahun untuk tingkat strata S1). Kurikulum pendidikan tinggi telah dirancang sedemikian rupa, sehingga mahasiswa yang telah menamatkan pendidikannya sudah memiliki kompetensi sesuai dengan pekerjaan atau jabatan yang akan diembannya.
Dalam kurikulum dikenal dengan kompetensi utama minimal yang terdiri dari Kompetensi Pengembangan Kepribadian.(KPK), Kompetensi Landasan Keilmuan dan Keterampilan (KKK), Kompetensi Keahlian Berkarya (KKB), dan Kompetensi Berkehidupan Bermasyarakat (KBB). Secara terintegratif pelayanan dosen dalam menyajikan perkuliahan menggunakan berbagai metode seperti seminar, workshop, pengalaman lapangan, penelitian dan tugas akhir sesuai dengan tujuan kurikuler dan tujuan institusional. Mengacu kepada kurikulum tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan tinggi merupakan lembaga pendidikan keahlian, keterampilan dan pra occupational.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian diatas dan berbagai macam problematika mahasiswa tersebut, pada makalah ini penulis merinci rumusan masalah yang akan dibahas. Rumusan masalah tersebut diantaranya:
a. Apa saja problematika yang dihadapi oleh mahasiswa secara umum?
b. Apa dan bagaimana peran dosen dalam bimbingan konserling?
c. Bagaimana bimbingan dan konseling di perguruan tinggi?
d. Bagaimana bimbingan karir di perguruan tinggi?
C. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
a. Agar mahasiswa dapat mengenali potensi dirinya baik sebagai individu, maupun sebagai kelompok.
b. Mahasiswa dapat mengatasi masalah yang menimpa dirinya
c. Mahasiswa dapat mengembangkan minat dan bakatnya, sehingga dapat di implementasikan dan dikembangkan pada saat terjun kemasyarakat ataupun dunia kerja.
d. Bagi dosen agar mengetahui fungsinya selain sebagai pengajar juga sebagai konselor di perguruan tinggi.



BAB II
BIMBINGAN KONSELING DI PERGURUAN TINGGI

A. KARAKTERISTIK MANUSIA
Pengetahuan tentang hakekat dan kedudukan manusia merupakan bagian amat esensial, karena dengan pengetahuan tersebut dapat diketahui tentang hakekat manusia, kedudukan dan perananya di alam semesta ini. Manusia merupakan pribadi yang unik, yang mempunyai kesiapan dan kemampuan fisik, psikis serta intelektual yang berbeda satu sama lainya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al- Qur’an surat Al- Israa ayat 21:

Artinya:
”Perhatikanlah bagaimana kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). dan pasti kehidupan akhirat lebih Tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya”. (QS. Al- Israa’ ayat 21)
Ayat diatas merupakan isyarat yang jelas tentang karakteristik manusia, yaitu tentang adanya perbedaan individual antar manusia. demikian juga dalam lingkungan kampus, sebagai mahasiswa mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lainya. Al-Quran menggambaarkan manusia sebagai suatu makhluk pilihan Tuhan, sebagai khalifahnya di bumi, Yang di dalam dirinya ditanamkan sifat mengakui Tuhan, bebas terpecaya, rasa tanggung jawab terhadap dirinya maupun alm semesta, serta karunia keunggulan terhadap alam semesta, langit dan bumi. Tetapi dengan kedukungan yang demikian, manusia sering melupakan hakekat dirinya sebagai hamba Allah. Manusia sering bertndak sewenang-wenang, tidak mematuhi aturan yang mengikat dirinya, dan sering merasa congkak dan takabur terhadap Allah SWT.
Manusia dilahirkan sebagai pribadi dengan ciri-ciri karakteristik individualnya. Pribadi manusia setiap mengahadapi lingkungan hidupnya dengan mana ia harus menyesuaikan keunikan pribadinya. Dalam proses penyesuaian ini pribadi menghadapi pribadi lain. Mereka saling mempengaruhi sehingga pribadi masing-masing saling berkembang. Sebagai pribadi, manusia harus mengadakan berbagai pilihan pribadi dalam proses penyesuaian, dan kadang-kadang manusia menghadapi persoalan-persoalan pribadi. pada umumnya manusia sebagai pribadi dapat dengan mudah menyelesaikan masalah-masalanya sendiri tanpa bantuan manusia lain. Tetapi banyak pula pribadi yang tidak mampu memecahkan persoalan pribadinya dengan baik. Pribadi demikian sangat membutuhkan solusi dari pribadi lain.
Perbedaan karakteristik dari manusia tidak lain karena perbedaan antar individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhinya serta memiliki kebutuhan yang berbeda satu sama lain. Menurut Maslow, kebutuhan pokok manusia terdiri dari 6 tingkat yang dapat mendorong prilakunya, kebutuhan tersebut antar lain:
1. Kebutuhan Fisik (Physilogical Needs) yang diperlukan untuk mempertahankan hidup, kebutuhan ini disebut juga sebagi kebutuhan primer, seperti Makan, istirhat , udara yang segar air dll.
2. Kebutuhan akan rasa aman (Safety Needs). seorang akan terganggu pada situasi yang kacau dan ia mudah menarik diri dalam situasi yang membahayakan.
3. Kebutuhan untuk mencintau dan dicintai (Love Needs) merupakan dorongan dan kehausan baginya untuk mendapatkan tempat dalam suatu kelomok dimana ia memperoleh kehangatan perasan dalam hubungan dengan masyarakat lain secara umum.
4. Kebutuhan akan harga diri (Esteem Needs). Menuntut pengakuan individu sebagai pribadi yang bernilai.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri (Self actualization). Memberikan dorongan kepada individu untuk mengembangkan seluruh potensi dalam dirinya.
6. Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti (Desire to know and to understand). Tampak pada individu yang cenderung untuk mensistematisasikan segalnya, menganalisis, mengorganisasi, dan mencari hubunganya dalam kesatuan yang utuh.
Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan tentang karakteristik manusia tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat .(Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut:
1. Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
2. Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
3. Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
4. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
5. Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
6. Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
7. Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
8. Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
9. Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu
Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.

B. PROBLEMATIKA MAHASISWA
Sebenarnya belajar diperguruan tinggi bukan suatu pekerjaan yang berat, karena tidak terlalu padat seperti belajar di SMA. diperguruan tinggi, mahasiswa hanya mengikuti kuliah pada hari-hari dan jam-jam tertentu saja. kondisi tersebut sebenarnya menguntungkan, karena mahasiswa dapat memanfaatkan waktu yang tersedia dengan berbagai macam kegiatan, baik akademik maupun non akademik. namun dalam kenyatanya ada saja problematik yang sering ditemui para mahasiswa, seperti kesulitan mengikuti perkuliahan, kejenuhan dan kemalasan,kurang motivasi, ketidakmampuan mengelola waktu, keuangan, pergaulan, indekost, masalah cinta dll.
Mayoritas masalah mahasiswa ialah kemungkinan-kemungkinan bekerja sambil kuliah, ekonomi orang tua lemah, kesulitan biaya hidup mempersiapkan diri mengikuti persaingan untuk masuk kerja. Permasalahan yang banyak muncul dari mahasiswa diantaranya takut menjadi pengangguran, salah pilih program studi, memilih alternatif pekerjaan, upaya mendapatkan pekerjaan paroh waktu (part time), tidak memahami potensi diri dan sebagainya, yang tentunya dalam pelayanan konseling bisa dilaksanakan konseling kelompok, hal-hal berkenaan dengan fenomena-fenomena di lapangang tentang suatu hal, seperti : mempersiapkan diri menempuh ujian CPNS, pelayanan konseling yang dapat diberikan adalah layanan bimbingan kelompok, baik topic tugas maupun topic bebas.
Menurut Paryati Sudarman dalam bukunya yang berjudul belajar efektif di perguruan tinggi, Problematika yang sering di hadapi mahasiswa ketika belajar di perguruan tinggi adalah:
1) Kejenuhan dan Kemalasan
Belajar di perguruan tinggi memakan waktu yang tidak sebentar. hal ini sering kali mendatangkan rasa jenuh dan malas belajar. Belum lagi tuntunan kemandirian yang lain yang akan membawa pengaruh terhadap kehidupan psikis.
2) Ketidakmampuan mengelola waktu
Waktu tak pernah kembali. itulah falsafah waktu. efektifitas belajar di perguruan tinggi sangat bergantung pada bagaimana mahasiswa mengelola waktu tersebut. dengan keterbatasan waktu tersebut mahasiswa dituntut untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
3) Kurang berminat pada mata kuliah atau dosen tertentu.
Kurangnya minat pada matakuliah atau dosen tertentu dapat menjadi penghambat mahasiswa dalam belajar di perguruan tinggi. Demikian pula halnya dengan dosen, bila anda tidak suka dengan dosen tersebut,usahakan untuk tetap mengikuti perkuliahannya. Anda tidak mungkin menghindar dari dosen yang bersangkutan. Hilangkan perasaan tidak suka pada dosen tersebut.
4) Keuangan
Kekurangan dan kelebihan uang akan menjadi problematik selama belajar di perguruan tinggi. kekurangan uang akan menghambat mahasiswa dalam belajar karena tugas-tugas dan masalah yang berhubungan dengan finansial solusinya kurang dapat diatasi tanpa keuangan yang cukup. sebaliknya kelebihan uang pun bisa menjadi masalah bagi mahasiswa. Mahasiswa yang mempunyai banyak uang biasanya cenderung menghambur-hamburkan uang untuk keperluan yang tidak penting (konsumtif). Fasillitas yang tersedia di kota besar sangat banyak, sehingga akan menjadikanya terlena dan lupa akan tugasnya sebagai mahasiswa.




5) Lingkungan pergaulan
Keberhasilan belajar di perguruan tinggi juga dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan anda, jika anda bergaul pada lingkungan yang kondusif, anda tidak akan mengalami hambatan dalam belajar. Tetapi jika anda berada dalam pergaulan yang tidak kondusif, anda akan mengalami hambatan dalam belajar. Tidak sedikit mahasiswa yang mengalami drop out karena pengaruh lingkungan pergaulan.
6) Tempat kost
Bagi yang berasal dari daerah lain atau kota lain, tempat kost adalah tempat yang sangat menentukan. Ditempat kost itulah anda akan belajar, istirahat dan bahkan bersosialisasi dengan lingkunganya.
7) Cinta dan pergaulan bebas
Problematik yang palimg krusial yang paling banyak dialami oleh mahasiswa adalah masalah cinta. Jatuh cinta, pacaran , patah hati adalah siklus klasik, yamg hampir semua orang mengalaminya, termasuk mahasiswa. Namun dalam kennyataanya banyak pula mahasiswa yang mengalami hambatan belajar di perguruan tinggi hanya karena cinta.

C. PERAN DOSEN
Mengenai mutu pendidikan khususnya tingkat prestasi belajar selalu menjadi bahan pembicaraan dari berbagai kalangan, baik birokrat, pemerhati, pengelola perguruan tinggi maupun dari kalangan dosen. Pertanyaan mendasar yang diajukan, adalah: Mengapa mahasiswa yang mempunyai tingkat prestasi belajar rendah cukup besar, dapatkah tingkat prestasi tersebut ditingkatkan? Bila dapat bagaimana cara meningkatkannya. Hal ini mungkin disebabkan karena mahasiswa belum melaksanakan tugasnya secara optimal, demikian pula dosen belum melakukan perannya secara ideal.
Akhir-akhir ini di lingkungan perguruan tinggi muncul suatu tanggapan dari pimpinan Universitas, fakultas maupun Jurusan tentang, efektivitas bimbingan akademis mahasiswa dari para dosen. Banyak diantara para dosen selaku pembimbing akademi belum melakukan perannya secara ideal. Pada umumnya mereka hanya memberikan pengesahan Kartu Rencana Studi(KRS), mengevaluasi boleh dan tidaknya mengikuti ujian atas dasar kehadiran kuliahnya hanya sekedar mengesahkan beberapa jumlah Satuan Kredit Semester (SKS) yang boleh diambil dan mata kuliah mana yang boleh diambil atas dasar Indeks Prestasi (IP) yang dicapai sebelumnya, hanya sekedar mengesahkan beberapa jumlah SKS yang telah dicapai guna persyaratan akademis tertentu
Para ahli psikologi menyadari pentingnya bimbingan akademis dari para dosen dalam rangka peningkatan prestasi belajar mahasiswa agar kualitas pendidikan khususnya di Perguruan Tinggi dapat diperoleh secara optimal. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka pada makalah ini akan dibahas secara berturut-turut. Peran dan fungsi ideal dosen.
Dalam PP. 30 tahun 1990, tentang fungsi Perguruan Tinggi dengan itu pula PP 60 tahun 1999 Bab II pasal 2 tujuan pendidikan tinggi. Berdasarkan fungsi dan tujuan yang termaktub dalam PP, maka seorang dosen sebagai salah satu anggota civitas akademika perguruan tinggi memiliki peran dan fungsi yang sangat strategis. Peran dan fungsi tersebut adalah:
a) Dosen adalah sebagai organisator, artinya dosen harus mampu mengorganisir kegiatan belajar mahasiswa sehingga mencapai keberhasilan belajar yang optimal.
b) Dosen sebagai fasilitator artinya dosen harus mampu memberikan kebebasan bagi mahasiswa dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta berusaha membina kemandirian mahasiswa.
c) Dosen sebagai innovator artinya pengetahuan yang disampaikan kepada mahasiswa harus selalu Up To Date, dalam arti mampu menyerap nilai-nilai budaya yang serba canggih, selalu mengkaji pengalaman, selalu mengkaji ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap demokratis, memberikan kemungkinan kepada mahasiswa untuk berkreasi dan dapat menemukan konsep dan prinsip sendiri serta membantu mahasiswa dalam mencari sumber dan kegiatan belajar. Dosen sebagai penemu artinya disamping tugas pokoknya mengajar, dosen juga harus melaksanakan penelitian baik yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar maupun yang sesuai dengan bidang keahliannya. Melalui penelitian ini diharapkan dosen mampu menghasilkan temuan-temuan baru yang konstruktif untuk selanjutnya dapat disumbangkan kepada penentu kebijakan melalui lembaganya masing-masing demi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d) Dosen sebagai teladan artinya yang memberi contoh bukan hanya cara berpikir saja tetapi dalam hal bersikap, bertindak serta berprilaku.
e) Dosen sebagai evaluator artinya: harus mengerti, memahami dan menguasai hakekat evaluasi. Evaluasi di sini dapat dipergunakan secara tidak terbatas, meliputi beberapa aspek kehidupan, tetapi juga dapat dipergunakan untuk
f) melihat satu aspek saja, tetapi juga prestasinya. Perlu diperhatikan pula bahwa evaluasi terhadap hasil belajar itu menunjukkan pula bagaimana prestasi mengajar dosen.
g) Dosen adalah sebagai pemandu artinya, menunjukkan jalan bagi perjalanan belajar para mahasiswanya.
h) Dosen sebagai pencipta, artinya dosen harus mampu menciptakan situasi dan kondisi belajr yang kondusif, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik.
i) Dosen sebagai pengabdi dan pelayan bagi masyarakat, artinya dosen selain mengajar juga melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan ilmu pengatahuan serta pengalaman dan segala potensi yang dimiliki sebgai sumbangsihnya untuk kemajuan masyarakat.
j) Dosen sebagai konsellor, artinya dosen harus mampu membantu mahasiswanya dalam memecahkan kesulitan baik dalam kegiatan belajar maupun yang lainnya. Maka dari itu seorang dosen harus memahami prinsip-prinsip bimbingan, memehami psikologi belajar, teori belajar, juga tentang ilmu kesehatan jiwa.




D. BINGBINGAN KARIR DI PERGURUAN TINGGI
Herr, dkk. (1996:294) mengungkapkan hal-hal yang harus diperhatikan perguruan tinggi dalam rangka mengembangkan pelayanan bimbingan karir terhadap mahasiswa, yaitu :
1. Komitmen Institusi
Agar mahasiswa memiliki perencanaan yang baik terhadap karir dan kehidupannya di masa akan dating, dibutuhkan komitmen/keteguhan hati yang sungguh-sungguh dari lembaga pendidikan tinggi itu sendiri. Survey yang dilakukan Reardon, dkk(dalam Herr, dkk. 1996:295) ditemukan program bimbingan karir yang dibutuhkan mahasiswa diantaranya berkenaan dengan informasi pekerjaan, informasi pendidikan yang sedang ditempuh, informasi pengungkapan diri mahasiswa, pelatihan pengambilan keputusan, konseling kelompok berkenaan dengan karir, dsb. Hal ini tentunya membutuhkan komitmen yang kuat dari seluruh komponen di perguruan tinggi, termasuk pimpinan, dosen dan karyawan, untuk mengembangkan karir mahasiswanya.
2. Pertimbangan Perencanaan
Berhubungan dengan kesegeraan bimbingan karir yang diberikan kepada mahasiswa, jangan sampai informasi/pelayanan yang diberikan tidak lagi dibutuhkan oleh mahasiswa dalam rangka pengembangan dirinya.
3. Pelayanan yang Komplek
Meliputi hal hal sebagai berikut :
a. Career Advising
Hal ini berkaitan dengan peran penasehat akademis dalam mencapai tujuan pendidikan yang sedang ditempuh serta hubungan antara kurikulum program studi yang ditempuh dengan kesempatan karir nantinya
b. Konseling Karir
Konseling karir merupakan bantuan yang diberikan oleh konselor dalam rangka membantu mahasiswa untuk evaluasi diri dan pengentasan permasalahannya yang berkenaan dengan karir.


c. Perencanaan Karir
Merupakan arahan yang akan dipakai mahasiswa dalam mengenal dunia kerja dan mengarah kepadanya.
Ke tiga komponen tersebut saling berhubungan dan akan bisa dilaksanan dengan pembentukan lima komponen dalam universitas yaitu :
a. Program universitas/perguruan tinggi dalam pendidikan karir secara terstruktur dan komprehensif
b. Badan/unit tertentu yang melayani untuk mahasiswa dan penasehat akademis dalam rangka informasi karir dan penempatan karir
c. Penasehat akademis dengan berbagai pengetahuannya.
d. Pusat adminsitrasi pelayanan akademik yang secara sungguh-sungguh memiliki waktu dan kemauan yang tinggi untuk membantu mahasiswa
e. Badan/unit konseling dan penasehat akademik.
Tujuan bimbingan karier adalah untuk membantu mahasiswa memahami perencanaan karier dan proses penempatan setelah mereka menamatkan perguruan tinggi. untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya:
1. Bantuan dalam pemilihan bidang pelayanan utama
2. Bantuan dalam penilaian diri dan analisis diri
3. Bantuan dalam memahami dunia karier
4. Bantuan dalam pengambilan keputusan
5. Bantuan dalam memasuki dunia kerja
E. PROGRAM BIMBINGAN KARIR DI PERGURUAN TINGGI
Herr, dkk (1996, 300) mengemukakan bahwa program konseling kelompok, konseling individual dan konseling teman sebaya merupakan pendekatan yang banyak dilakukan dalam pemberian pelayanan bimbingan dan konseling karier. Prosedur dan kegiatan yang dapat digunakan dalam menyusun pedoman karier dan konseling mahasiswa perguruan tinggi ialah:
1. Melakukan seminar karier dengan melibatkan lembaga penerima tenaga kerja (konsumen) dengan mahasiswa dan PT.
2. Menyusun program intensif yang dapat memberi pengalaman dalam beberapa disiplin ilmu.
3. Melakukan aplikasi instrumen, sebagai balikan bagi mahasiswa dalam upaya pemahaman dirinya.
4. Menugaskan mahasiswa melakukan interview kapada karyawan suatu pekerjaan.
5. Kunjungan perpustakaan, bursa kerja dan pertemuan-pertemuan karier yang banyak dilakukan pengusaha.
6. Konselor menginformasikan berbagai jenis dan persyaratan berbagai macam pekerjaan yang mungkin dapat dilamar mahasiswa setelah tamat kuliah.
Konselor bekerja sama dengan program studi perlu memberikan dan menyediakan layanan informasi karir, informasi ini dilakukan agar mahasiswa mampu mengenal secara jelas arah pembinaan yang akan dijalani mahasiswa dan sekaligus memandang ke depan tentang apa yang hendak dicapai dan diterapkan setelah lulus nantinya. Walters dan Saddlemire (dalam Herr, 1996:292) menyatakan bahwa 85% dari mahasiswa Universitas Negeri Green Bowling membutuhkan informasi karier, berkenaan dengan :
a Pekerjaan yang sesuai dengan dengan jurusan yang diambilnya
b Tempat dan personil yang dapat membantu perencanaan karier
c Pengalaman langsung dan kunjungan kerja serta kerja separoh waktu tentang pekerjaan yang diyakininya.
d Pemahaman diri (potensi diri) untuk memantapkan pilihan pekerjaan yang sesuai dengan pensifatan yang dimilikinya.
e Pengetahuan dan keterampilan tentang pasar kerja.
f Membantu merencanakan perkuliahan yang fleksibilitas dalam memilih beberapa pekerjaan yang berbeda
Selanjutnya, informasi karir perlu dilengkapi dengan informasi lowongan karir yang memperlihatkan “keberadaan” karir tersebut di lapangan, khususnya tentangjumlah posisi yang ada, di mana lowongan itu ada, penerimaan masyarakat terhadap karir tersebut, dan hal-hal lain yang perlu dikembangkan berkenaan dengan karir yang dimaksudkan itu (Prayitno, 2007:7). Lebih jau, informasi setiap karir dapat diuraikan lebih rinci lagi dengan mengembangkan berbagai tuntutan ataupun kondisi yang dikehendaki dari orang-orang atau tenaga yang memiliki kehendak/minat memasuki pekerjaan/karir yang dimaksudkan itu, seperti persyaratan ijazah, umur dan jenis kelamin, penguasaan keterampilan dan pengalaman, riwayat diri dan pekerjaan, kesehatan, kemampuan khusus dan lulus seleksi. Dengan informasi karir yang diberikan tersebut, dapat memberikan arahan yang nyata kepada mahasiswa tentang pekerjaan-pekerjaan apa saja yang akan diampu.
Selain informasi karir yang dimaksud, juga bisa diberikan informasi kepada mahasiswa secara klasikal bagaimana mengembangkan dirinya secara optimal Contoh : Layanan informasi tentang Meniti Karir, dengan bagian-bagian penjelasan berkenaan dengan kenali diri, citra diri, yakin dan percaya terhadap diri, mengatur diri, pengendalian diri, berpikir menang-menang, bersikap positif dan proaktif, motivasi diri, sikapi pekerjaan dengan semangat yang tinggi, tingkatkan diri secara berkelanjutan, dahulukan apa yang utama dan penting, selesaikan apa yang telah anda mulai, mengelola krisis secara kreatif, dan berdoa dan berserah diri kepada tuhan yang maha kuasa (A. Muri Yusuf, 2002:88).
Bagi mahasiswa di perguruan tinggi, pilihan dan penempatan mereka pada program/jurusan yang sesuai dengan “siapa dia” sangat penting, karena pilihan program studi yang tidak tepat akan mengakibatkan persiapan arah karir mereka tidak berada pada jalur yang benar (A.Muri Yusuf, 2002:60), oleh karena itu Konselor melalui lembaga yang menaunginya perlu memperhatikan hal ini.
Mayoritas masalah mahasiswa ialah kemungkinan-kemungkinan bekerja sambil kuliah, ekonomi orang tua lemah, kesulitan biaya hidup mempersiapkan diri mengikuti persaingan untuk masuk kerja. Selain itu, perguruan tinggi perlu membentuk pusat tenaga kerja, yang berusaha untuk memfasilitasi mahasiswa terhadap kebutuhan tenaga kerja di lapangan (Herr, 1996:307).





BAB III
PENUTUP
A KESIMPULAN
Sebenarnya belajar diperguruan tinggi bukan suatu pekerjaan yang berat, karena tidak terlalu padat seperti belajar di SMA. diperguruan tinggi, mahasiswa hanya mengikuti kuliah pada hari-hari dan jam-jam tertentu saja. kondisi tersebut sebenarnya menguntungkan, karena mahasiswa dapat memanfaatkan waktu yang tersedia dengan berbagai macam kegiatan, baik akademik maupun non akademik. namun dalam kenyatanya ada saja problematik yang sering ditemui para mahasiswa, seperti kesulitan mengikuti perkuliahan, kejenuhan dan kemalasan,kurang motivasi, ketidakmampuan mengelola waktu, keuangan, pergaulan, indekost, masalah cinta dll.
Untuk mengatasi permasalahan mahasiswa tersebut diatas, maka seorang mahasiswa dituntut minimal untuk mengatasi maslanya sendiri, yaitu melalui pembelajaran yang efektif dan efesien, dismping itu juga kesadaran pribadi juga sangat diperlukan selain kedisiplinan yang tinggi. Disamping itu juga peran dosen sangat diperlukan dalam pengembangan mahasiswa diperguruan tinggi.
Bimbingan dan konseling karier di perguruan tinggi luar negeri dan dalam negeri, ternyata tidak ada perbedaan yang berarti, baik jenis layanan maupun isi layanan. Baberapa kesimpulan yang dapat dirumuskan ialah:
a. Pemahaman potensi diri (pensifatan), sebaiknya di ketahui sebelum memilih program studi di perguruan tinggi dan memilih pekerjaan yang sesuai setelah tamat di PT.
b. Informasi tentang karier yang sesuai dengan program studi mahasiswa sangat dibutuhkan, seperti peluang-peluang yang ada, persyaratan melamar pekerjaan, tugas pokok dan fungsi pekerjaan, prospek pengambangan dan penggajian
c. Peluang kerja separoh waktu (bekerja sambil belajar sangat diminati mahasiswa, karena mereka umumnya datang dari keluarga yang kurang mampu).
d. Pelayanan bimbingan dan konseling karier di perguruan tinggi sangat di butuhkan mahasiswa. Kerja sama UPBK dan Unit Pelayanan Jass serta organisasi alumni akan memperbesar dan memperluas informasi kerja berguna bagi mahasiswa.
Untuk mengakomodir dan memberikan pelayanan bimbingan karir yang baik bagi mahasiswa sehingga mampu berkembang dengan optimal, masing-masing perguruan tinggi perlu membentuk lembaga khusus yang mewadahi untuk itu. Prayitno (2007:135) mengungkapkan perguruan tinggi perlu membentuk Unit Pelayanan Konseling (UPK) yang memberikan pelayanan konseling kepada mahasiswa dan klien-kliennya, baik dari dalam maupun dari luar kampus. UPK ini akan mengelola pelayanan kepada mahasiswa dalam arti luas yaitu, pelayanan pra perguruan tinggi, pelayanan era perguruan tinggi dan pelayanan pasca perguruan tinggi. Pelayanan pra perguruan tinggi diperlukan untuk menjangkau siswa-siswa SLTA yang akan memasuki PT sebagai informasi awal tentang program studi yang akan diikuti sehingga mampu merencanakan karir yang lebih baik dan sesuai dengan potensinya, pelayanan era perguruan tinggi diberikan kepada mahasiswa yang sedang menjalani perkuliahan di kampus, untuk lebih memantapkan pengembangan keilmuannya, sedangkan pelayanan pasca perguruan tinggi diberikan terhadap alumni-alumni sebagai upaya untuk memasuki dunia kerja.

B SARAN
Saran penulis adalah agar mahasiswa sebisa mungkin mengatasi masalahnya sendiri, dan jika tidak bisa mengatasi masalahnya, maka disarankan untuk berkonsultasi dengan dosen pembimbing juga dosen wali, sehingga apa yang menjadi problema dalam diri mahasiswa tersebut dapat terselesaikan. Sehingga apa yang menjadi tujuan dari pendidikan indonesia pada umumnya dan tujuan pendidikan perguruan tinggi pada khususnya dapat terwujud.
Demikian makalah ini disusun, semoga ada manfaatnya dalam pengembangan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling karier di Perguruan Tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

A, Hallen. 2002. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Pers
A Muri Yusuf, (2002). Kiat Sukses Dalam Karir. Ghalia Indonesia
A.Muri Yusuf, (2006). Konseling Karier dalam Satuan Pendidikan dan Praktik Pribadi, (Makalah). Padang, Universitas Negeri Padang.
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo.
Depdiknas, 2004. Dasar Standarisasi Profesi Konseling. Jakarta : Bagian Proyek Peningkatan Tenaga Akdemik Dirjen Dikti
Sudarman, Paryati. 2004. Belajar Efektif di Perguruan Tinggi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.