ZAKY BIOLOGI

Selasa, 07 Juli 2009

Keutamaan membaca, mempelajari dan mengamalkan Al- Qur'an

KEUTAMAAN AL-QUR’AN
A. PENDAHULUAN
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw, sebagai salah satu rahmat yang tidak ada taranya bagi alam semesta. Didalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapa yang mempercayai dan mengamalkanya. Selain itu juga Al-Qur’an adalah kitab suci yang paling akhir diturunkan Allah, yang isinya mencakup segala pokok-pokok syari’at yang terdapat dalam kitab-kitab suci sebelumnya. Karena itu setiap orang yang mempercayai Al-Qur’an, akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk mempelajari dan memahaminya, serta untuk mengamalkan dan mengajarkanya.
Setiap orang Muslim yakin, bahwa membaca Al-Qur’an saja sudah termasuk amal yang mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda, sebab yang dibacanya itu adalah kitab suci Ilahi. Sungguh telah banyak orang yang menghafal Al-Qur’an di luar kepala. Ironisnya pada masa sekarang ini banyak Al-Quran yang hanya menjadi hiasan rumah, dibersihkan tiap hari dari debu namun tidak pernah dibaca, juga berjuta-juta lainya telah menghiasi dinding dengan kaligrafy ayat-ayatnya atau mencari berkah dengan membawa mushaf didalam saku atau mobil mereka, kita malah sering mendahulukan koran daripada Al-Qur’an. seakan-akan telah sangat merugi ketika tidak baca koran satu hari saja. Padahal membaca Al-Qur’an jauh lebih mulia dibanding membaca bacaan yang lainya. Boleh jadi krisis ekonomi dewasa ini, berpangkal dari krisis ahlak, dan masyarakat sudah jauh dari Al-Qur’an.
Dari uraian diatas, kami akan mencoba membahas tentang keutamaan Al-Qur’an bagi kehidupan manusia, dan rumusan masalah yang akan kami bahas adalah sebagai berikut:
1. Apa keutamaan membaca, mempelajari dan mengamalkanya Al-Qur’an menurut hadist ?
2. Bagaimana cara mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an ?
3. Nilai-Nilai tarbawi apa yang dapat diambil dari pokok bahasan tersebut ?

B. SENTRAL HADIST

وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِىِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لاَحَسَدَ اِلاَّ فىِ اثْنَتَيْنِ : رَجُلٌ اَتَاهُ اللهُ الْقُرْاَنَ فَهُوَ يَقُوْمُ بِهِ اَنَاءَ اللَّيْلِ وَاَنَا ءَ النَّهَارِ, وَرَجُلٌ اَتَاهُ اللهُ مَالاً فَهُوَ يُنْفِقُهُ انَاءَ اللَّيْلِ وَاَنَا ءَالنَّهَارِ. (متفق عليه)

Artinya:
Dari Ibnu Umar r.a. dari Nabi saw., beliau bersabda : ”Tidak ada iri hati itu diperbolehkan kecuali dalam dua hal yaitu: seseorang yang diberi kemampuan oleh Allah untuk membaca dan memahami Al-Qur’an kemudian membaca dan mengamalkanya baik pada waktu malam maupun siang; dan seseorang yang dikaruniai harta oleh Allah kemudian ia menafkahkanya dalam kebaikan baik pada waktu malam maupun siang”. ( HR Bukhari dan Muslim ).

C. BIOGRAFI PERAWI
1. Imam Al – Bukhari
Lahir di Bukhara pada bulan Syawal tahun 194 H. Dipanggil dengan Abu Abdillah. Nama lengkap beliau Muhammmad bin Islmail bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari Al Ju’fi. Beliau digelari Al Imam Al Hafizh, dan lebih dikenal dengan sebutan Al Imam Al Bukhari. Ketika berusia sepuluh tahun, Al Imam Al Bukhari mulai menuntut ilmu, beliau melakukan pengembaraan ke Balkh, Naisabur, Rayy, Baghdad, Bashrah, Kufah, Makkah, Mesir, dan Syam.
Guru-guru beliau banyak sekali jumlahnya, begitu juga dengan murid – muridnya, Murid-murid beliau tak terhitung jumlahnya. Di antara mereka yang paling terkenal adalah Al Imam Muslim bin Al Hajjaj An Naisaburi, penyusun kitab Shahih Muslim. Al Imam Al Bukhari sangat terkenal kecerdasannya dan kekuatan hafalannya. Beliau hafal seratus ribu hadist sahih dan dua ratus ribu hadis tidak sahih, hal ini dibuktikan dengan karyanya yang besar di bidang hadits yaitu kitab beliau yang diberi judul Shahih Al Bukhari. Para ulama menilai bahwa kitab Shahih Al Bukhari ini merupakan kitab yang paling shahih setelah kitab suci Al Quran. Al Imam Al Bukhari wafat pada malam Idul Fithri tahun 256 H. ketika beliau mencapai usia enam puluh dua tahun. Jenazah beliau dikuburkan di Khartank, nama sebuah desa di Samarkand.
2. Imam Muslim
Nama lengkap beliau ialah Imam Abdul Husain bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-Qusyairi an-Naisaburi. Dia dilahirkan di Naisabur tahun 206 H. Kehidupan Imam Muslim penuh dengan kegiatan mulia. Beliau meran-tau ke berbagai negeri untuk mencari hadits. Dia pergi ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan negara-negara lainnya. Dia belajar hadits sejak masih kecil, yakni mulai tahun 218 H. Dalam perjalanannya, Muslim bertemu dan berguru pada ulama hadis.
Imam muslim mempunyai kitab hasil tulisannya yang jumlahnya cukup banyak yang paling terkenal dan sangat bermanfat luas, serta masih tetap beredar hingga kini ialah Al Jami’ as-Sahih, terkenal dengan Sahih Muslim. Kitab Sahih ini diterima baik oleh segenap umat Islam. Setelah mengarungi kehidupan yang penuh berkah, Muslim wafat pada 25 Rajab 261 H, dalam usia 55 tahun dan di makamkan di kampong Nasr Abad daerah Naisabur. Semoga Allah Ta’ala mencurahkan rahmat-Nya kepada Al Imam Al Bukhari dan Imam Muslim.

D. Keutamaam Membaca, Mempelajari, mengajarkan dan Mengamalkan Al-Qur’an
1. Keutamaan membaca Al-Qur’an.
Allah swt menurunkan kitabnya yang kekal, agar dibaca oleh lidah-lidah manusia, didengarkan oleh telinga mereka, ditadaburi oleh akal mereka dan menjadi ketenangan bagi hati mereka ( Yusuf Qardhawi, 1999:225). Dari sentral hadist diatas menunjukan betapa pentingnya seorang muslim untuk membaca Al-Qur’an. Rasulullah saw pun mengajarkan tidak boleh kita iri hati kecuali pada dua hal, dan diantaranya adalah kepada orang yang diberi kemampuan oleh Allah untuk membaca dan memahami Al-Qur’an.
Iri hati (حَسَدَ) pada sentral hadist diatas pula maksudnya adalah rasa iri untuk memiliki juga, yaitu berkeinginan untuk mendapatkan kebaikan dan kenikmatan seperti yang didapatkan oleh seseorang yang diirikanya itu. Iri seperti ini adalah iri yang terpuji. Berbeda dengan Iri hati yang bermakna menginginkan agar nikmat dari seseorang lenyap, iri yang seperti ini iri termasuk perbutan dosa.
Al-Qur’an Adalah sebaik-baik bacaan bagi orang muslim, baik dikala senang maupun dikala susah, dikala gembira ataupun dikala sedih. Malahan membacanya bukan saja menjadai amal dan ibadah, tetapi juga menjadi obat dan penawar bagi orang-orang yang gelisah jiwanya Banyak ayat Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah saw yang mendorong kita untuk membaca Al-Qur’an, dengan menjanjikan pahala dan balasan yang besar bagi yang membacanya, termasuk Al-Qur’an di hari kiamat kelak akan menjadi penolong bagi yang membacanya. Sebagaimana Rasulllulah saw bersabda dalam hadis riwayat muslim:

عَنْ اَبىِْ اُمَامَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ اِقْرَءُوا الْقُرْاَنَ, فَاِنَّهُ يَأْتِىْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا لاَِصْحَابِهِ. (رواه مسلم)
Artinya:
Dari Abu Umamah r.a. berkata, ” Saya mendengar Rasullulah saw bersabda : ”Bacalah Al-Qur’an karena sesungguhnya Al-Qur’an itu nanti pada hari kiamat akan datang untuk memberi syafa’at kepada orang yang membacanya” ( HR Muslim ).
Selain itu juga, Rasulullah saw bersabda dalam hadis riwayat Bukhari -Muslim:

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَتْ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلَّذِىْ يَقْرَأُ الْقُرْاَنَ وَهُوَ مَاهِرٌ بِهِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ, وَالَّذِىْ يَقْرَأُ الْقُرْاَنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيْهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ اَجْرَانِ. (متفق عليه)
Artinya:
Dari Aisyah r.a. berkata, Rasulullah saw bersabda : ”Orang yang membaca Al-Qur’an dan ia mahir maka nanti akan bersama-sama dengan para malaikat yang mulia lagi taat. Sedang membaca Al-Qur’an dan ia merasa susah didalam membacanya tetapi ia selalu berusaha maka ia mendapat dua pahala”. (HR Bukhari dan Muslim).
Hadist tersebut menerangkan bahwa orang yang membaca Al-Qur’an mendapatkan dua pahala karena ia diberikan pahala dengan membacanya dan mendapatkan pahala dengan kesulitan yang ia rasakan dalam membaca yang menunjukan kesungguhanya untuk membaca Al-Qur’an, dan kekuatan semangatnya, meskipun sulit ia rasakan. Berapa banyak individu muslim yang berat lidahnya dalam membaca Al-Qur’an, namun ia terus berusaha untuk membaca sehingga lidahnya menjadi ringan. Disamping itu juga untuk meringankan lidahnya dalam membaca Al-Qur’an yaitu dengan belajar dari ahlinya, yaitu ulama yang mahir Al-Qur’an.
Sungguh telah banyak keutamaan orang yang membaca Al-Quran. Bukan hanya pahala bagi yang membacanya melainkan juga pahala bagi yang mendengarnya. Oleh karena itu sepatutnyalah seorang muslim menghiasi bacaan-bacaan Al-Quran dengan suara yang merdu, nyaring dan enak didengar. Sebagaimana sabda Rasulullah saw dalam hadist riwayat Bukhari-Muslim:

وَعَنْ اَبِىْ هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَااَذِنَ اللهُ لِشَئٍْ مَااَذِنَ لِنَبِىٍّ حَسَنِ الصَّوْتِ يَتَغَنىَّ بِالْقُرْاَنِ يَجْهَرُ بِهِ. (متفق عليه)
Artinya:
Dari Abu Hurairah r.a. berkata : ”Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda : ”Allah tidak senang sebagaimana Nabi juga tidak senang mendengar sesuatu suara yang merdu dan keras selain untuk menbaca Al-Qur’an”. ( HR Bkhari-Muslim).

2. Mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an
Setiap muslim yang mempercayai Al-Quran, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab kepada kitab sucinya. Diantara kewajiban dan tanggung jawab itu adalah mempelajari dan mengajarkanya. Belajar dan mengajarkan Al-Qur’an adalah kewajiban suci lagi mulia. Maka dari itu orang yang mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an mendapat predikat sebagai insan terbaik, dan sebaik-baik amalan adalah mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkanya. Sebagaimana sabda Rasullulah saw dalam hadist riwayat muslim :

وَعَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْاَنَ وَعَلَّمَهُ
Artinya:
Dari Usman bin Affan r.a. berkata, Rasullulah saw bersabda: ”sebaik-baik kamu sekalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an ”.(HR Muslim).
Jadi belajar Al-Qur’an itu merupakan kewajiban yang utama bagi setiap muslim, begitu juga mengajarkanya. Belajar Al-Qur’an itu tidak harus spontan, melainkan bertahap dan melalui proses dan tingkatan-tingkatan. Belajar Al-Qur’an mulai dari belajar membacanya sampai lancar dan baik menurut kaidah-kaidah yang berlaku, kemudian belajar arti dan maksudnya sampai mengerti akan maksud-maksud yang terkandung didalamnya, dan yang terakhir yaitu belajar menghafalnya di luar kepala.
Selain mempelajari cara membaca serta mendalami arti yang terkandung dalam Al-Qur’an, yang terpenting adalah mengajarkannya. Jadi belajar dan mengajar adalah dua tugas yang mulia yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Sedapat mungkin hasil yang dipelajari itu terus diajarkan pula, dan demikianlah seterusnya. Didalam tugas mengajarkan Al-Qur’an itu terkandung tiga kemuliaan, yaitu: kemuliaan mengajar, kemuliaan membaca Al-Qur’an sementara mengajar, dan kemuliaan memperdalam maksud yang terkandung didalamnya, (Depag RI. :1982). Dengan mengajar terus-menerus, ia akan menjadi orang yang mahir memahami Al-Qur’an.

3. Mengamalkan Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan pedoman dan tuntunan hidup islam. Sebagai pedoman dan tuntunan hidup, Al-Qur’an diturunkan Allah swt bukan hanya sekedar untuk dibaca secara tekstual, tetapi Al-Qur’an untuk dipahami, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan masyarakat (Said Agil 2005:16). Sungguh telah banyak orang yang menghafal Al-Qur’an di luar kepala. Juga berjuta-juta orang membaca atau mendengarkanya pada waktu pagi, siang, sore dan malam. Juga berjuta-juta lainya telah menghiasi dinding dengan kaligrafy ayat-ayatnya atau mencari berkah dengan membawa mushaf didalam saku atau mobil mereka.
Kita tahu bahwa keberkahan yang sebenarnya dari Al-Qur’an adalah bukan dengan jalan membawa, menggantung, dan menjadikanya hiasan-hiasan didinding, atau ditulis dalam piring lalu diisi air dan diminum airnya, atau lain sebagainya. Akan tetapi keberkahan Al-Qur’an yang sesungguhnya adalah mengikuti dan mengamalkanya. Adapun makna mengikuti Al-Qur’an adalah menjadikanya panutan yang menuntun kita dan kita mengikutinya dari belakang. Bukan sebaliknya ia kita posisika dibelakang kita.
Jadi barang siapa yang memposisikan Al-Qur’an di depanya maka ia akan mengantarkaya ke surga dan barang siapa yang memposisikan Al-Qur’an dibelakangnya maka ia akan melemparnnya kedalam neraka ( Yusuf Qadhrawi, 1999:583).
Sebagaimana dalam hadist riwayat Bukhari-Muslim dijelaskan:
وَعَنْ عُمَرَ بْنِ الخَطَابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : اَنَّ النَّبِيِّ صلّعم قاَلَ : اِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَ االْكِتَابِ اَقْوَاماً وَيَضَعُ بِهِ اَخَرِيْنَ َ(متفق عليه)
Artinya:
Dari umar bin Khathab r.a. bahwasanya Nabi saw. Bersabda : “Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat beberapa kaum dengan Al-Kitab(Al-Qur’an) ini, dan ia akan merendahkan derajat kaum yang lain denganya“. (HR Bukhari Muslim).

Sungguh banyak hadist yang menunjukan kelebihan Al-Qur’an dan ke muliaanya. Diantaranya ada yang berhubungan dengan keutamaan mempelajari dan mengamalkanya, ada yang berhubungan dengan keutamaan-keutamaan membaca dan memperhatikanya, dan ada pula yang berhubungan dengan penghapalan pemantapanya sampai mengamalkanya. Selain itu juga tidak sedikit pula tertera dalam kitab Allah tentang ayat-ayat yang menyerukan kepada orang mukmin untuk menghayati dan menerapkan hukum-hukumnya, disamping seruan untuk mendengarkan bacaanya dengan penuh perhatian ketika dibacakan ayat Al-Qur’an.
Nabi saw bersabda dalam hadis riwayat Muslim, dijelaskan bahwa :
وَعَنِ النَّوَسِ بِنْ سَمْعاَنِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قاَلَ : سَمِعْتُ رسول الله صلّعم يقول : يُؤْفىَ يوْمَ القيمة بالقران وَاَهْلِهِ الَّذِيْنَ كاَنُوْ يَعْمَلوُنَ بِهِ فىِ الدُّنْياَ تَقَدَمُهُ سُوْرَةُ الْتَقَرَةِ وَاَلِ عِمْرَنَ تُحَاجَّانِ عَنْ صاَحِبِهِماَ (رواه مسلم)
Artinya:
Dari An Nawwas bin Sam’an r.a. berkata :“ Saya mendengar Rasullulah saw bersabda: ”Pada hari kiamat nanti akan didatangkanlah Al-Qur’an dan orang –orang yang mengamalkanya didunia, dengan didahului oleh surat Al-Baqarah dan Al-Imran untuk mempertahankan orang yang mengamalkanya. (HR Muslim).
Al-Qur’an merupakan pedoman bagi uamt manusia. Konsep-konsep yang terkandung didalam Al-Qur’an selalu relevan dengan problem yang dihadapi manusia, sekaligus menawarkan pemecahan masalah terhadap problema yang dihadapi. Al-Qur’an bukansaja memuat hubungan manusia degan tuhanya, tetapi juga mengantar hubunga manusia dengan sesamanya, serta hubungan manusia dengan alam sekitarnya
Dalam upaya aktualisasi Al-Qur’an kepada peserta didik, baik dari segi membaca, mempelajari maupun mengamalkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, maka diperlukan adanya peran serta pendidik yang memiliki ahlak Qur’ani. Oleh karena itu seyogianyalah seorang pendidik supaya berbudi pekerti dengan sopan santun Al-Qur’an dan berahlak dengan ahlak Al-Qur’an disamping mengerti menguasai Al-Qur’an itu sendiri. Dalam hal ini maka optimalisasi peran keluarga harus dilakukan, disamping memperkuat lembaga pendidikan formal. Dengan demikian tanggung jawab akan dipikul bersama oleh orang tua, guru dan masyarakat.
Pada lingkungan keluarga menjadikan anak-anak dapat belajar Al-Qur’an mulai semenjak kecil itu, adalah kewajiban orang tuanya masing-masing. Maka dari itu hendaklah orang tua mendidik anak untuk belajar Al-Qur’an semenjak masih kecil. Selain itu juga nilai-nilai ahlak yang mulia hendaknya ditanamkan sejak dini melalui pendidikan agama melalui pembiasaan dan pembudayaan, sehingga kebiasaan itu kemudian di aplikasikan dan dikembangkan dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Sebagaimana sabda Nabi saw dalam hadist riwayat At-Turmuzdy:

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِنَّ الَّذِىْ لَيْسَ فِىْ جَوْفِهِ شَئْ ٌ مِنَ الْقُرْاَنِ كاَلْبَيْتِ الْخَرِبِ. (رواه الترمذى وقال حديث حسن صحيح)
Artinya:
Dari Ibnu Abbas r.a. berkata, Rasullulah saw. Bersabda : ”sesungguhnya seseorang yang didalam dadanya tidak ada sedikitpun Al-Qur’an itu seperti rumah yang kosong.”( HR At Turmudzy).

Di tingkat pendidikan formal peran serta guru dan komponen lainya sangat diperlukan. Oleh karena itu seorang guru hendaknya memiliki sikap dan sifat-sifat Qur’ani disamping memiliki kemampuan dan mahir dalam menguasai Al-Qur’an. Sikap dan contoh keteladaan seorang pendidik dihadapan peserta didik mencerminkan sebuah keyakinan dan diharapkan dapat terwujudnya pendidik yang dapat megaktualisasikan Al-Qur’an itu sendiri.

E. Nilai- Nilai Tarbawi
Di tingkat pendidikan formal peran serta guru dan komponen lainya dalam mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an sangat diperlukan. Oleh karena itu seorang guru hendaknya memiliki sikap dan sifat-sifat Qur’ani disamping memiliki kemampuan dan mahir dalam menguasai Al-Qur’an. Sikap dan contoh keteladaan seorang pendidik dihadapan peserta didik mencerminkan sebuah keyakinan dan diharapkan dapat terwujudnya pendidik yang dapat megaktualisasikan Al-Qur’an itu sendiri.
Untuk memahami islam secara sempurna diperlukan pemahaman terhadap kandungan Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan konsisten, langkah-langkah yang ditempuh untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai kitab kehidupan ialah dengan menciptakan motivasi dan kreativitas generasi islam khususnya dan umat islam pada umumnya untuk mengkaji kandungan ayat suci Al-Qur’an yang mutlak kebenaranya. Maka sepatutnyalah bagi guru, kepala sekolah serta komponen pendidikan lainya untuk mempelajari Al-Qur’an, supaya berbudi pekerti dengan sopan santun Al-Qur’an dan berahlak dengan ahlak Al-Qur’an, yang tujuanya disamping mempelajari ilmu, juga agar mendapat ridha Allah dan kebahagiaan di dunia dan akhirat kelak. Dan hendaknya guru dan siswa mengamalkan semua aspek Al-Qur’an agar dapat menjadi penolong baik didunia maupun diakhirat.
Seorang guru hendaknya menjadikan kitab Allah sebagai sahabat karib, kawan bicara. Jangan sampai ada hari yang dilaluinya, sedangkan tidak menjalin hubungan dengan Allah SWT melalui Al-Qur’an. Dan hendaknya seorang guru tidak berhenti pada batas membaca dan menghafal ayat-ayatnya saja, akan tetapi lebih dari itu, sampai pada perealisasian makna dan kandungan ayat-ayatnya ke dalam segala ucapan, perbuatan, prilaku dan mu’amalat dalam berbagai aspek medan kehidupan, di masjid, di rumah, di jalan raya, di sekolah, dan seterusnya. Maka dari itu, guru adalah seseorang yang berkewajiban melaksana amanah mendidik, mengajar, mengasuh, memimpin, membimbing dan apa saja yang boleh dikaitkan dengan usaha membantu seseorang yang bernama peserta didik menjadi insan yang berilmu pengetahuan, berakhlak mulia serta berguna kepada manusia lainnya. Oleh karena itu, Pendidik bukan sekadar mengajar tulis baca, tetapi lebih penting, ia berperanan membentuk insan dan jiwa kemanusiaan.
Konsep pendidikan Al-Qur’an bukan saja menuntun umat islam untuk bahagia di akhirat, melainkan juga membimbing dalam menjalani kehidupan didunia. Oleh karena itu, sikap dan contoh keteladaan seorang guru dihadapan siswa mencerminkan sebuah keyakinan dan diharapkan dapat terwujudnya peserta didik yang dapat megaktualisasikan Al-Qur’an itu sendiri. Disamping itu juga hendaknya guru mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an kepada peserta didik bukan semata-mata karena tanggungjawab dan kewajibanya, melainkan juga karena semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah swt. Sehingga apabila semua komponen pendidikan mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an diharapkan akan terwujud peserta didik yang tangguh, ber-IMTAQ dan ber-IPTEK guna menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan Khalifah-Nya.

F. Kesimpulan
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw, sebagai salah satu rahmat yang tidak ada taranya bagi alam semesta. Allah swt menurunkan kitabnya yang kekal, agar dibaca oleh lidah-lidah manusia, didengarkan oleh telinga mereka, ditadaburi oleh akal mereka dan menjadi ketenangan bagi hati mereka. Rasulullah saw pun mengajarkan tidak boleh kita iri hati kecuali pada dua hal, dan diantaranya adalah kepada orang yang diberi kemampuan oleh Allah untuk membaca dan memahami Al-Qur’an.
Banyak ayat Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah saw yang mendorong kita untuk membaca dan mengamalkan Al-Qur’an, dengan menjanjikan pahala dan balasan yang besar bagi yang membacanya, termasuk Al-Qur’an di hari kiamat kelak akan menjadi penolong bagi yang membacanya. Al-Qur’an Adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mukmin, baik dikala senang maupun dikala susah, bukan saja mendapat pahala bagi orang yang membacanya, melainkan bagi yang mendengarkanya, apalagi bagi yang mengamalkan dan yang mengajarkanya. Oleh karena itu sepatutyalah kita jadikan Al-Qur’an sebagai kebutuhan kita sehari-hari.
Kita tahu bahwa keberkahan yang sebenarnya dari Al-Qur’an adalah bukan dengan jalan membawa, menggantung, dan menjadikanya hiasan-hiasan didinding, atau ditulis dalam piring lalu diisi air dan diminum airnya, atau lain sebagainya. Akan tetapi keberkahan Al-Qur’an yang sesungguhnya adalah mengikuti dan mengamalkanya. Adapun makna mengikuti Al-Qur’an adalah menjadikanya panutan yang menuntun kita dan kita mengikutinya dari belakang. Bukan sebaliknya ia kita posisika dibelakang kita.
Begitu juga di bidang pendidikan, sepatutnyalah bagi pendidik dan peserta didik untuk selalu berinteraksi dengan Al-Qur’an, baik dengan membacanya, mempelajarinya, mengamalkanya, serta mengajarkanya. Disamping itu juga seorang pendidik harus bisa mengamalkan, memanamkan dan mengajarkan nilai-nilai Qur’ani dalam diri peserta didik, agar mereka dapat menjadi manusia yang ber-IMTAQ dan ber-IPTEK.














Daftar pustaka

Shabir, Muslich. Riyadlus Shalihin; Jilid II. Semarang: Toha Putra
Aminuddin. 1999. Studi ILmu Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.
Al-Qaradhawi, Yusuf. 1999. Berinteraksi dengan Al-Qur’an; alih bahasa oleh Abdul Hayyie Al-Kattany. Jakarta: Gema Insan Press.
DEPAG RI. 1982. Al-Qur’an dan Terjemahanya. Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an Depag RI.
Anonim. 2007. Berdekat-dekatlah dengan Al-Qur’an. http://www.dakwatuna.com Di akses 8 Mei 2009.

1 komentar:

Nelfianis Sajja mengatakan...

alangkah indahnya musik atau lagu buat sound tracknya lagu mujahid atau lagu lagu Islami.... waspadalah kalau hati telah cendrung kepada lagu orang orang selain Islam...