ZAKY BIOLOGI

Selasa, 07 Juli 2009

BUDIDAYA UDANG WINDU “PERHIMPUNAN PETANI TAMBAK” DI DESA WANAKAYA KECAMATAN GUNUNG JATI KABUPATEN CIREBON.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah
Cirebon merupakan salah satu kota di Indonesia yang terkenal dengan sebutan kota udang. Entah siapa yang mengawali sebutan itu, yang jelas daerah cirebon merupakan daerah yang banyak menghasilkan udang hal ini dikarenakan daerah cirebon merupakan daerah pesisir pantai yang penduduknya banyak bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani tambak. Salah satu yang banyak dikembangkan masyarakat pesisir cirebon adalah tentang budidaya tambak udang. Hal ini disebabkan lokasinya yang dekat pantai sehingga dapat mempermudah budidaya udang tersebut.
Begitu juga dengan masyarakat desa wanakaya, kecamatan gunung jati, kabupaten cirebon, masyarakatnya banyak yang bermata pencaharian sebagai petani tambak udang. Salah satunya adalah tambak udang milik bapak abbul halim, dilatarbelakangi oleh peluang yang menjajnikan dan lokasi yang strategis, beliau mengembangkan tambak udang didaerahnya.
Dari uraian diatas kami akan mencoba membahas budidaya udang sebagai mata pencaharian warga desa wanakaya. Dan rumusan masalah yang akan kami bahas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara budidaya udang windu Perhimpunan Petani Tambak desa wanakaya, kecamatan gunung jati kabupaten cirebon?
2. Bagaimana struktur, dinamika, institusi, interaksi, tindakan, solidaritas, etos dan etika, serta kebersamaan “perhimpunan petani tambak” desa wanakaya dalam budidaya udang windu?

B. Proses Observasi
Proses observasi yang kami lakukan yaitu dengan observasi langsung ke daerah tambak yang ada di desa wanakaya, kecamatan gunung jati, kabupaten cirebon. Selain itu juga kami melakukan wawancara dengan ketua ”perhimpunan petani tambak desa wanakaya” yaitu bapak Abdul Halim.

C. Gejala-Gejala yang diamati
Perhimpunan petani tambak desa wanakaya memiliki anggota 10 orang. mereka tergabung kedalam perhimpunan petani tambak desa wanakaya karena memiliki kesamaan terutama pada mata pencaharianya yaitu sebagai petani tambak. adapun gejala-gejala yang kami amati adalah sbb:
- Proses budidaya udang windu petani tambak desa wanakaya.
- Struktur, dinamika, institusi, interaksi, tindakan, solidaritas, etos dan etika, serta kebersamaan “perhimpunan petani tambak” desa wanakaya dalam budidaya udang windu




BAB II
BUDIDAYA UDANG WINDU “PERHIMPUNAN PETANI TAMBAK” DI DESA WANAKAYA KECAMATAN GUNUNG JATI KABUPATEN CIREBON.

A. Teknis Budidaya
meliputi beberapa faktor, yaitu :
1. Syarat Teknis
- Lokasi yang cocok untuk tambak udang yaitu pada daerah pantai yang mempunyai tanah bertekstur liat atau liat berpasir yang mudah dipadatkan sehingga mampu menahan air dan tidak mudah pecah.
- Air yang baik yaitu air payau dan bebas dari pencemaran bahan kimia berbahaya.
- Mempunyai saluran air masuk dan saluran air keluar yang terpisah.
- Mudah mendapatkan sarana produksi yaitu benur, pakan, pupuk , obat-obatan dan lain-lain.
2. Tipe Budidaya.
Budidaya udang windu ”perhimpunan petani tambak desa wanakaya” masih mengembangkan tambak udang ekstensif atau tradisional. Hal ini dapat dilihat dari ciri-cirinya yaitu: Ukuran dan bentuk petakan tidak teratur, belum mengantungkan sepenuhnya pada pengunaan pupuk dan obat-obatan dan program pakan tidak teratur.
.
3. Benur
Benur didapatkan dari daerah Losari Cirebon, dan Juntinyuat-Indramayu. Biasanya petani membelinya seharga Rp 15,-/ ekor. Uji kualitas benur dapat dilakukan secara sederhana, yaitu letakkan sejumlah benur dalam wadah panci atau baskom yang diberi air, aduk air dengan cukup kencang selama 1-3 menit. Benur yang baik dan sehat akan tahan terhadap adukan tersebut dengan berenang melawan arus putaran air, dan setelah arus berhenti, benur tetap aktif bergerak.
4. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan, meliputi :
- Pengangkatan lumpur. Setiap budidaya pasti meninggalkan sisa budidaya yang berupa lumpur organik dari sisa pakan, kotoran udang dan dari udang yang mati. - Kotoran tersebut harus dikeluarkan karena bersifat racun yang membahayakan udang. Pengeluaran lumpur dapat dilakukan dengan cara mekanis menggunakan cangkul atau penyedotan dengan pompa air.
- Pembalikan Tanah. Tanah di dasar tambak perlu dibalik dengan cara dibajak atau dicangkul untuk membebaskan gas-gas beracun yang terikat pada pertikel tanah, untuk menggemburkan tanah dan membunuh bibit panyakit karena terkena sinar matahari/ultra violet.
- Pengapuran. Bertujuan untuk menetralkan keasaman tanah dan membunuh bibit-bibit penyakit
- Pengeringan. Setelah tanah dikapur, biarkan hingga tanah menjadi kering dan pecah-pecah, untuk membunuh bibit penyakit.

5. Pemasukan Air
Setelah dibiarkan 3 hari, air dimasukkan ke tambak. Pemasukan air yang pertama setinggi 10-25 cm dan biarkan beberapa hari, untuk memberi kesempatan bibit-bibit plankton tumbuh. Setelah itu air dimasukkan hingga minimal 80 cm.
6. Penebaran Benur
Tebar benur dilakukan setelah air jadi, yaitu setelah plankton tumbuh. Penebaran benur dilakukan dengan hati-hati, karena benur masih lemah dan mudah stress pada lingkungan yang baru.
7. Pemeliharaan
Pada awal budidaya, sebaiknya di daerah penebaran benur disekat dengan waring atau hapa, untuk memudahkan pemberian pakan. Sekat tersebut dapat diperluas sesuai dengan perkembangan udang, setelah 1 minggu sekat dapat dibuka. Pada bulan pertama yang diperhatikan kualitas air harus selalu stabil. Penambahan atau pergantian air dilakukan dengan hati-hati karena udang masih rentan terhadap perubahan kondisi air yang drastis.
8. Panen.
Udang dipanen disebabkan karena tercapainya bobot panen (panen normal) dan karena terserang penyakit . Panen normal biasanya dilakukan pada umur kurang lebih 120 hari. Sedang panen darurat dilakukan jika udang terserang penyakit yang ganas dalam skala luas (bintik putih). Karena jika tidak segera dipanen, udang akan habis/mati.
Udang yang dipanen dengan syarat mutu yang baik adalah yang berukuran besar, kulit keras, bersih, licin, bersinar, alat tubuh lengkap, masih hidup dan segar. Penangkapan udang pada saat panen dapat dilakukan dengan jala tebar atau jala tarik dan diambil dengan tangan. Saat panen yang baik yaitu malam atau dini hari, agar udang tidak terkena panas sinar matahari sehingga udang yang sudah mati tidak cepat menjadi merah/rusak.
9. Pakan Udang.
Pakan udang yaitu pakan alami yang terdiri dari plankton, siput-siput kecil, cacing kecil, anak serangga dan detritus (sisa hewan dan tumbuhan yang membusuk). Pelet udang dibedakan dengan penomoran yang berbeda sesuai dengan pertumbuhan udang yang normal.
10. Penyakit
Beberapa penyakit yang sering menyerang udang adalah ;
- Bintik Putih. Penyakit inilah yang menjadi penyebab sebagian besar kegagalan budidaya udang.

B. Struktur, Dinamika, institusi, Interaksi sosial, tindakan, solidaritas, etos dan etika, serta kebersamaan “perhimpunan petani tambak” desa wanakaya dalam budidaya udang windu.

Menurut Herbert Spencer dalam teori evolusinya, masyarakat yang dinamis itu akan selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman. masyarakat ibarat organisme biologis yang hidup dinamis, berkembang secara evolusi, dan saling terkait (terstruktur) atau terikat dalam suatu sistem sosial. masyarakat manusia tumbuh dan berkembang secara evolusi, berlangsung tahap demi tahap mengikuti hukum alam yang universal, berlaku bagi seluruh manusia kapan dan dimanapun adanya, ( Abdullah Ali, 2007:9 ).
Agust Comte memahami masyarakat dari segi struktur, dinamika, institusi, dan interaksi sosialnya. Begitu juga dengan kondisi ”perhimpunan petani tambak desa wanakaya”, dari tahun ketahun mengalami perubahan. Dari segi struktur ”petani tambak desa wanakaya” memiliki keterkaitan satu sama lainya, pada awalnya mereka berjalan sendiri-sendiri, namun adanya kesamaan latar belakang akhirnya mereka menyadari bahwa mereka saling membutuhkan satu sama lain. Misalnya dalam hal cara budidaya udang , mereka saling berbagi pengetahuan cara budidaya udang. Selain itu juga komunikasi antar individu dalam kelompok tersebut berjalan dengan lancar dan menunjukan hal yang positif, mereka saling membantu satu sama lain, hal ini dibuktikan dengan adanya pertemuan rutin tiap dua minggu sekali selain untuk mempererat silaturahmi juga untuk membahas semua hal tentang budidaya udang windu termasuk kendala-kendala yang dihadapinya serta solusinya.
Selain itu ”petani tambak desa wanakaya” mengalami perubahan yang walaupun lambat tetapi menunjukan kearah yang lebih baik. Hal ini dibuktikan dari kesejahteraan yang mereka alami. Pada awalnya ”perhimpunan petani tambak desa wanakaya” memiliki kesejahteraan yang kurang mencukupi, namun dengan beralihnya menjadi petani tambak udang kesejahteraan mereka sekarang ini terbilang sangat layak. Keinginan untuk mencapai status dan pengasilan yang lebih tinggi daripada apa yang pernah dicapai oleh orang tua mereka merupakan motivasi terbesar dari ”perhimpunan petani tambak desa wanakaya”. Meskipun demikian yang namaya kegagalan dalam budidaya udang kerap mereka alami, namun prinsip mereka tetap optimis dan yang namanya kegagalan dan keberhasilan adalan sesuatu hal yang biasa dalam dunia usaha. Dari pernyataan tersebut kalau ditinjau dari ilmu sosiologi adalah termasuk kedalam mobilitas sosial.
Jika kita berbicara menyangkut mobilitas sosial, biasanya kita berfikir tentang perpindahan dari suatu tingkat ketingkat lainya. Menurut Paul B Horton mengatakan bahwa mobilitas sosial dapat diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainya. dari pengertian mobilitas tersebut, ”perhimpunan petani tambak desa wanakaya” mengalami mobilitas yang naik dan menurun. Mobilitas naik terjadi ketika ”perhimpunan petani tambak desa wanakaya” mengalami keberhasilan dan keuntungan yang besar dari budidaya udang windu tersebut. Sedangkan mobilitas menurun terjadi ketika ”perhimpunan petani tambak desa wanakaya” mengalami gagal panen dan kerugian dalam budidaya udang tersebut.
Menurut Paul B Horton dan Chester L Hunt tingkat mobilitas pada masyarakat modern salah satunya di tentukan oleh faktor struktur, yakni faktor yang menentukan jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang harus diisi dan kemudahan untuk memperolehnya. Setiap masyarakat memiliki jumlah kedudukan tinggi dan kedudukan rendah yang harus diisi, yang berbeda dengan masyarakat lainya. Masyarakat yang kegiatan ekonominya terutama bergantung pada bidang pertanian memiliki banyak kedudukan yang berstatus rendah, dan sedikit yang berstatus tinggi.
Solidaritas ”perhimpunan petani tambak desa wanakaya” terbilang kuat. mereka saling membantu satu sama lain, memecahkan solusi secara bersama-sama, sehingga antar individu dalam kelompok tersebut memiliki rasa persaudaran yang erat, hal ini dikarenakan kesamaan prinsip yang mereka anut juga karena adanya kesaman dalam pekerjaan dan nili-nilai agama yang mereka anut. Dengan terbentuknya ”perhimpunan petani tambak desa wanakaya” antar individu dalam kelompok tersebut dapat mempererat ukuwah islamiyah diantara mereka, sehingga tercipta keharmonisan yang berdasarkan nilai-nilai moral, yang pada akhirnya eratnya persaudaran diantara mereka dapat menghilangkan konflik- konflik yang kadang-kadang terjadi.
Kalau dikaji secara mendalam terlihat bahwa konsep solidaritas yang mereka praktekan sesuai dengan konsep Ashabiyyah yang dikemukan oleh Ibnu Khaldun. berikut kutipan Zainab Al-Khudairi yang kami kutip dari buku Antropologi Dakwah, karya; Dr. H. Abdullah Ali, M.A.
Sebab pertentangan atau konflik menurut konsep Ibnu Khaldun lebih disebabkan oleh pemahaman atau persepsi yang keliru terhadap makna ’ashabiyyah’ yang dianut oleh masyarakat jahiliyah sebelum lahirnya islam. konsep Ashabiyyah Jahiliyah jelas merupakan perilaku yang tidak terpuji, timbul karena rasa sombong, takabur dan keinginan unruk bergabung dengan suku yang kuat dan terhormat, sehingga sering menimbulkan konflik antar suku-suku yang ada disekitarnya. padahal konsep Ashabiyyah sebenarnya mengandung nilai-nilai solidaritas sosial berdasarkan ajaran agama, sesuai dengan makna ’Ashab’ yang berarti hubungan atau ’ishabah’ yang berarti ikatan. Jadi ”Ashabiyyah” berarti ikata mental yang menghubungkan orang-orang secara kekeluargaan.
Selain itu juga, ”perhimpunan petani tambak desa wanakaya” dalam interaksinya menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas, misalnya pada saat mereka bertemu ditambak, mereka saling menghargai dan menghormati satu sama lainya, dalam interaksi tersebut bahasa yang mereka gunakan sama sekali tidak mengunakan bahasa preman (kasar). dalam pertemuan rutin juga solidaritas begitu tampak ketika tambak mereka tercemar oleh limbah dari tambak modern yang dimiliki orang asing. dalam pertemuan itu mereka masalah limbah tersebut yang selanjutya menghasilkan kesepakatan untuk melakukan tindakan dan relisasi dari tindakan tersebut yaitu mereka secara bersama-sama melakukan protes terhadap perusahaan tambak modern tersebut.










BAB III
KESIMPULAN
Budidaya udang windu ”perhimpunan petani tambak desa wanakaya” masih mengembangkan tambak udang ekstensif atau tradisional. Hal ini dapat dilihat dari ciri-cirinya yaitu: Ukuran dan bentuk petakan tidak teratur, belum mengantungkan sepenuhnya pada pengunaan pupuk dan obat-obatan dan program pakan tidak teratur. Walaupun demikian penghasilan yang didapatkan dari budidaya udang windu tersebut cukup besar dan sangat membantu perekonomian mereka.
Budidaya udang windu ”perhimpunan petani tambak desa wanakaya” merubah status mereka dari kurang sejahtera menjadi lebih sejahtera, walaupun kadang kegagalan dalam budidaya tersebut mereka alami, tapi mereka berprinsip optimis karena bagi mereka pada dasarnya semua usaha yang namanya keuntungan dan kerugian sebagai hal yang biasa, tetapi hal yang terpenting bagi mereka adalah ketika keuntungan dan kerugian mereka alami, mereka selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah swt, serta selalu mengevaluasi dan mencari sosulinya secara bersama-sama.






DAFTAR PUSTAKA
Ali, Abdullah. 2004. Antropologi Dakwah. Cirebon: KPI Stain Press
Ali, Abdullah. 2007. Sosiologi Pendidikan & Dakwah. Cirebon: Stain Press.
Horton, Paul B dan Chester L Hunt. Sosiologi; edisi keenam alih bahasa oleh Aminuddin Ram. Jakarta: Erlangga.
Ritzer, George & Douglas J Goodman. 2005. Teori Sosiologi Modern; edisi keenam cetakan ketiga, alih bahasa oleh Alimandan. Jakarta: Prenada Media.
Abror Yudi Prabowo. 2007. Budidaya udang. http://teknis-budidaya.blogspot.com. Diakses 3 Mei 2009.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

kami hatchery pembenihan di tegal - jateng menyediakan benur vaname dan windu unggul dengan harga terjangkau, utk order silahkan hub. pak Faqih 081902258259/ 085742846923